Bali International Kite Festival Digelar di Padang Galak, Libatkan 17 Pelayang Luar Negeri

 Bali International Kite Festival Digelar di Padang Galak, Libatkan 17 Pelayang Luar Negeri

Bisa dibayangkan, bagaimana meriahnya ajang Bali International Kite Festival ke-45 yang digelar di Pantai Padang Galak pada 14-16 Juli 2023. Rare Angon, pecinta layang-layang baik lokal, nasional dan internasional bakal bertemu. Mereka, saling mengadu kemahiran menaklukan angint melalui permainan layang-layang.

 

“Bali International Kite Festival ini, sengaja memadukan antara pelayang lokal dan mancanegara, sehingga tercipta akulturasi,” kata Ketua Harian Pelangi Bali, Ida Bagus Sedhawa disela-sela persiapan ajang tersebut, Senin 10 Juli 2023.

 

Gambaran, layang-layang tradisional yang khas, nasionla dan internasional akan tampak jelas dalam hajata tahunan itu. Walau demikian, roh layangan tradisi itu sendiri tidak akan hilang, bahkan nilai-nilai tradisi tetap menjadi hal terpenting karena budaya yang mesti mempertahankan unsur tradisionalnya.

 

“Bali Kite International Festival tahun 2023 ini memasuki usia yang ke-45 sama seperti usia Pesta Kesenian Bali (PKB),” ujar mantan Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali itu.

Baca Juga:  Jelang Tumpek Wayang, Wanita Hindu Berlatih Membuat Banten Otonan

 

Untuk hajatan layang-layang tahun ini mempersembahkan seniman layangan dari berbagai negara dipadukan dengan layangan lokal Bali. Sampai saat ini, sudah ada 17 seniman layangan dari beberapa negara sudah hadir di Bali, seperti dari Japan, Filipina, Polandia, Malaysia, Australia, Thailand, Singapore dan Swedia.

 

Sementara itu, ada 13 kelompok layangan dari luar daerah, seperti dari Jawa Tengah, Jogjakarta, Riau, Lampung, Kalimantan Selatan, Palembang – Sumsel, Sulawesi Tenggara, Jawa Barat, dan pelayang dari Jawa Timur.

 

Sementara pelayang local Bali baru terdaftar 783 peserta, dan ini masih sedang berjalan karena biasanya mencapai lebih dari 800 peserta. Perpaduan antara layangan tradisional dan lokal bukan dijadikan ajang untuk menunjukkan kelebihan, tetapi lebih kepada pertukaran informasi dan perspektif. 

 

“Pecinta layang-layang Bali perlu belajar dari seniman luar negeri karena mereka membawa layangan yang sudah mengakomodasi tekhnologi,” sebutnya. 

 

Walau demikian, layang-layang kekhasan Bali itu memiliki daya tarik bermain, unsur komunalnya sangat kuat partisipasi masyarakat yang ikut menonton merupakan sebuah dinamika yang menarik untuk disaksikan. Di sini, sebagai ajang untuk berkolaborasi dan saling belajar.

 

“Festival tahun ini mengusung tema pemulihan ekonomi, karena itu ajang ini juga dapat membangkitkan ekonomi terutama Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang ada di sekitar Pantai Padang Galak,” ungkap Sedawa.

 

Ketua I Pelangi Bali, Kadek Dwi Armika mengatakan, Pelangi Bali berusaha menjembatani pertemuan pelayang Bali, nasional dan internasional. Dari pertemuan itu, diharapkan ada sebuah akulturasi antara layang-layang tradisi, nasional dan inernasional.

Baca Juga:  Pedungan Village Festival: Wahana Kreativitas Seni, Budaya dan UMKM

“Layang-layang di Bali unik. Di Bali, layangan besar diarak oleh puluhan bahkan ratusan orang. Tetapi, di luar negeri hanya satu orang bisa membawa banyak layang-layang. Nah, dari ajang ini diharapkan dapat ilmu bagaimana layang-layang Bali bisa dikembangkan lebih baik dan tertib,” ujarnya.

 

Festival ini nantinya sebagai ajang sosialisasi bahwa layangan tidak selalu identik dengan pengganggu, tetapi mesti dikembalikan kepada marwahnya, bahwa layangan memiliki jiwa seperti keyakinan orang Bali. Layangan itu tidak hanya dimainkan oleh anak kecil di ujung seutas tali, tetapi layang-layang memiliki taksu, jiwa dari layang-layang dengan Dewanya Rare Angon. 

 

“Ajang ini untuk mengembalikan citra yang kurang baik dan dianggap mengganggu ketertiban umum, dan mengganggu kabel listrik. Senima layang-layang juga peduli lingkungan,” imbuhnya.

 

Namun, Kadek Dwi Armika dengan polos mengatakan, tantangan yang dihadapi sekarang, yaitu transport di jalan raya. Apalagi, di depan Pantai Matahari Terbit, lalu lintas sering krodit. “Mudah-mudahan petugas bisa mengatur keluar masuk para pemain layang-layang ke Pantai Matahari Terbit,” sebutnya.

 

Manajer Komunikasi PT PLN (Persero) Unit Induk Distribusi Bali I Made Arya mendukung Festival tersebut sebagai media kampanye bagi masyarakat untuk bermain layangan secara bijaksana. PLN tidak punya wewenang untuk melarang. PLN mendukung Pelangi Bali berkolaborasi membuat wadah, sehingga masyarakat bisa bermain layangan di tempat yang aman; aman buat pemain dan aman buat jaringan PLN. 

 

“Dengan wadah ini, masyarakat dapat bermain layang-layang tidak sampai mengganggu jaringan kelistrikan. PLN sahabat layangan. Budaya tetap jalan, keselamatan orang banyak juga sangat penting,” sebutnya. 

 

Sementara Japan Kite Association, Akio Takeda mengaku sangat antosias mengikuti ajang layang-layang ini, sehingga ini kali ketiga mengunjungi Bali. Lomba layangan di Bali ini merupakan terbaik di Asia. Permainan layang-layang di Bali sebagai cerminan rasa kekeluargaan yang tinggi.

 

Mereka menaikan layang-layang secara bergotong royong dan bersama-sama. Permainan layang-layang di Bali, lebih pada komunial yang justru itu menjadi keunikannya. Berbeda dengan orang asing yang hanya dimainkan oleh satu orang. “Itupun idenya dari pemerintah. Kalau di Bali, ketika sudah musim maka muncul dengan sendirinya,” tutupnya senang.

 

Sedangkan Sekretaris Pelangi Bali, Ida Bagus Alit Suryana mengatakan, konsep dari festival layang-layang di sini adalah di sini senang juga di sana senang. Kategori lomba untuk remaja terdiri dari Bebean, Pecukan, Janggan dan Janggan Buntut.

 

Demikian pula untuk kategori dewasa terdiri dari Bebean, Pecukan, Janggan dan Janggan Buntut.

Sementara itu, ada Bebean Big Size, Janggan Buntut Big Size dan kreasi. “Sekarang banyak diciptakan layangan knock down. Itu perkembangan layang-layang di Bali,” sebutnya. [B/puspa]

Balih

Balihbalihan merupakan website yang membahas seputar informasi pariwisata dan seni budaya di Bali

Related post