Di Bali, UDG XXXI Diikuti 282 Peserta Kabupaten dan Kota
Gubernur Bali Wayan Koster akan membuka Utsawa Dharmagita (UDG) XXXI di Gedung Ksirarnawa, Taman Budaya Art Center Provinsi Bali, pada Senin 4 September 2023. Ajang sastra dan agama Hindu ini alan berlangsung selama tiga hari hingga 7 September 2023.
UDG yang mengangkat tema Segara Kerthi “Samudera Kehidupan Susastra Hindu Bali” diikuti oleh kabupaten dan kota di Bali, kecuali Kabupaten Buleleng yang tak mengirimkan wakilnya pada UDG yang kini mulai digelar secara mandiri.
Pelaksanaan UDG tahun 2023 ini menyajikan materi lomba yang sangat lengkap, sesuai dengan materi ditingkat nasional. Yakni, menampilkan semua materi ini, karena akan dilanjutkan dalam ajang Utsawa Dharmagita tingkat nasional tahun 2024 yang akan digelar di Prambanan Jawa tengah.
“Kepastian pelaksanaan ajang tersebut berdasarkan surat yang sudah turun dari Dirjen Bimas Hindu RI,” ucap Ketua Widyasaba Provinsi Bali, Prof. Dr. Drs. I Made Surada MA disela-sela gladi persiapan pembukaan UDG di Taman Budaya, Minggu 3 September 2023.
Lomba yang diutsawakan di Bali sangat lengkap. Bahkan, termasuk melombakan materi yang tidak dilombakan di tingkat nasional, yaitu kidung dan geguritan. Kedua materi ini, tak termasuk dilombakan di UDG tingkat nasional.
Namun di Bali, terjemahan masing-masing lomba tetap mempertahankan Bahasa Bali. “Itu artinya, semua terjemahannya bahasa Bali, termasuk menghaval sloka,” papar Wakil Rektor I UHN IGB Sugriwa ini.
Tujuannya untuk meningkatkan peran bahasa Bali merupakan bahasa utama untuk di Pulau Bali. “Meskipun nanti pemenang-pemenang dalam mengikuti lomba tingkat Provinsi Bali akan merubah terjemahnnya untuk ditingkat nasional menjadi bahasa Indonesia. Inilah semangat regenerasi yang memang luar biasa,” ucapnya senang.
Materi yang dilombakan untuk ditingkat nasional ada 10, yaitu Membaca Sloka (tingkat anak-anak, remaja dan dewasa) menggunakaan Bahasa Sansekerta yakni membaca sloka yang dikutif dari Weda (mantra-mantra weda).
Ada Palawakya yaitu membaca prosa yang dikenal sebagai bentuk Parwa (tingkat remaja dan dewasa), Kekawin menggunakan puisi Jawa Kuno (tingkat remaja dan dewasa), dan lomba Lagu Keagamaan yang diikuti peserta tingkat remaja.
Ada pula lomba menghafal sloka yang diambil dari sloka-sloka yang ada dalam kita suci besar, yaitu Bhagawadgita dan Sarasamuscaya (tingkat anak, remaja dan dewasa), serta lomba yang baru, yaitu lomba debat agama yang disebut Dharma Wiwada.
Lomba ini termasuk lomba terbaru ditingkat pusat tahun 2023 ini. “Utsawa itu memiliki visi bagaimana umat Hindu Indonesia mempertahankan metode tatacara untuk menghayati ajaran agamanya, yakni dengan metode dharmagita, seperti sloka, palawakya termasuk gegurita dan kidung,” jelasnya.
Jadi, lanjut Prof. Surada ajaran-ajaran agama dikemas di dalam sastra-sastra tersebut untuk nantinya disampaikan kepada umat sesuai dengan kemampuan kompetensi yang dimiliki oleh umat. “Orang belajar agama lewat kekawin dan geguritan juga bisa,” sebutnya.
Apalagi, bisa memahami sloka. Jadi itu namanya belajar agama dengan metode berjenjang sesuai dengan kemampuannya. Orang bisa belajar tatwa melalui geguritan saja, karena mereka tak mengerti bahasa kawi, namun mengerti bahasa Bali, sehingga geguritan itu menggunakan Bahasa Bali.
Kalau orang yang sudah meningkat, bisa belajar agama melalui makekawin. Itu karena mereka sudah mengerti Bahasa Jawa Kuno, Bahasa Kawi, sehingga nantinya mereka bisa memahami tatwa, susila dan lain-lainnya.
Melihat dari perjalanan UDG di Bali hingga ke 31 ini, Prof. Surada mengatakan motivasi dan antosiasme anak-anak, terutama para remaja cukup besar.
Termasuk, juga UDG tahun 2021 di tingkat nasional, dimana Bali sebagai juara bertahan mesti itu dalam kondisi pandemic Covid-19, sehingga piala UDG tingkat nasional sudah berturut turut 3 kali diraih Bali. “Tahun depan ini, kemungkinan pialanya baru, karena itu semangat kita,” ujarnya.
Sebagai Pembina di tingkat Nasional, Prof. Surada melihat Bali menjadi tolak ukur bagi peserta dari 32 Provinsi di Indonesia. Apalagi untuk lomba tahun 2023 ini diikuti sebanyak 33 provinsi. “Mereka bahkan celeteh, kalau Bali tampil tak mungkin kita dapat juara 1. Sebegitunya antusias generasi kita untuk belajar tradisi sastra yang diwarisi oleh leluhur kita,” sebutnya.
Sementara Plt. Kabid Sejarah dan Dokumentasi Kebudayaan Disbud Provisni Bali, I Wayan Ria Arsika mengatakan, untuk UDG tahun 2023 ini jumlah peserta dari seluruh Bali yang ikut sebanyak 282 orang.
Hal itu menunjukan antusias generasi muda dalam mencintai budaya leluhur yang memang penting. Karena itu, segala persiapan sudah dilakukan untuk menyambut ajang budaya terkait dengan pembelajaran agama Hindu ini. “Dari segi tempat pelaksanaan UDG XXXI ini, sudah siap,” tutupnya. [B*/]
Balihbalihan merupakan website yang membahas seputar informasi pariwisata dan seni budaya di Bali