Buku Prosa Gerilya: Sejarah Sosok I Gusti Ngurah Rai dalam Balutan Sastra

 Buku Prosa Gerilya: Sejarah Sosok I Gusti Ngurah Rai dalam Balutan Sastra

Membedah Buku Prosa Gerilya di Singaraja Literary Festival 2023/Foto: Dok. Singaraja Literary Festival.

Pernah membaca buku Prosa Gerilya karya Andre Syahreza? Buku Prosa Gerilya mengajak para pembaca untuk menikmati biografi, deskripsi I Gusti Ngurah Rai. Idenya lahir saat Andre Syahreza melewati patung I Gusti Ngurah Rai ketika melakukan liputan di Bali.

“Saya akhirnya mulai riset dan tertarik dengan sejarah itu. Sebelumnya, saya tidak tertarik dengan sejarah, karena terlalu kaku dengan waktu, tanggal, dan peristiwa,” kata Andre Syahreza pada acara Bedah Buku Prosa Gerilya serangkaian Singaraja Literary Festival hari kedua di halaman depan Gedong Kirtya Singaraja, Sabtu 30 September 2023.

Bedah buku yang dimoderatori oleh Agus Wiratama dan melibatkan pembedah I Wayan Artika, S.Pd.,M.Hum itu, Mas Andre sapaan akrabnya menegaskan dirinya juga berpikir bagaimana caranya agar sejarah itu tidak boring, sehingga ia memasukkan unsur masa kini juga dalam buku itu.

Dalam kesempatan itu, Andre Syahreza menegaskan bahwa ia sebenarnya kurang tertarik dengan sejarah. Lalu, berangkat dari latar belakangnya yang merupakan anak sastra, ia kemudian mencoba mengemas sejarah dengan sudut pandang sastra.

Melalui buku Prosa Gerilya ini, ia mengemas perjalanan dua masa, yakni masa lalu dan masa kini. Ia menyadari bahwa sosok I Gusti Ngurah Rai adalah seorang tentara sama seperti sosok Andika Perkasa yang biografinya sedang digarapnya pada waktu itu,

“Ini menarik, karena selama ini kita hanya tahu bahwa Ngurah Rai itu hanya nama Bandara di Bali, nama jalan atau nama pahlawan di uang pecahan lima puluh ribuan, sehingga saya mencoba mengemas biografi dan sejarah perjuangan tersebut dari sudut pandang sastra,” paparnya.

Dengan begitu, perjuangan I Gusti Ngurah Rai dapat dinarasikan dengan lebih menarik melalui buku ini.

I Wayan Artika mengatakan, dalam proses membedah maupun membahas sebuah buku, diperlukan beberapa catatan pinggir ketika membacanya, “Dimana kita menemukan sebuah kesan dari buku yang dibaca, di sana nantinya kita mencatatnya sebagai penanda agar tidak lupa” ujarnya.

Baca Juga:  Singaraja Literary Festival 2024 Dibuka ‘Tari Padi’ Dihibur ‘Teater Dharma Pemaculan’

Sesungguhnya bedah buku juga tidak dapat menggunakan teori dan perspektif yang sama. “Buku Prosa Gerilya ini memiliki tata bahasa yang indah, berisi pengalaman penulis hingga cara seorang Andre Syahreza menulis buku ini,” imbuh Wayan Artika.

Buku Prosa Gerilya ini mengajak para pembaca untuk menikmati biografi, deskripsi yang didasarkan pada apa yang dilihat penulis ketika terjun ke lapangan untuk melakukan riset, hingga argumentasi penulis mengenai I Gusti Ngurah Rai dan sejarah perjuangannya. Pariwisata Bali di masa lalu dan masa kini, serta narasi-narasi sastra yang unik berdasarkan sejarahnya. [B*]

Balih

Balihbalihan merupakan website yang membahas seputar informasi pariwisata dan seni budaya di Bali

Related post