Festival Seni Budaya Badung, Transformasi dari Peringatan Hari Puputan Badung
Festival Seni Budaya Kabupaten Badung Ke-14 mengambil tema “Abyakta Loka Budaya” yang bermakna Badung Maju Berlandaskan Seni Budaya. Festival seni budaya ini berlangsung dari tanggal 1 – 16 November 2023. Sejumlah perlombaan memeriahkan ajang tahunan diantaranya baleganjur, gong kebyar, dokumenter film bersejarah dan lomba dokumenter kreativitas sekaa teruna. Festival ini memberi tempat kepada para pelaku seni untuk mengembangkan kreativitas di bidang seni dan budaya.
Seniman I Nyoman Mariyana, S.Sn.,M.Sn mengatakan, Kabupaten Badung merupakan salah satu daerah yang memiliki beragam kesenian khas dan tersebar di berbagai desa. Pertumbuhan seni dan budaya di Kabupaten tentunya juga didukung sepenuhnya oleh Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Badung. “Berbagai bentuk perhatian diberikan tidak saja berupa sarana pengajaran seni, namun juga perhatian lebih ditujukan kepada seniman penggeraknya, yang telah memberikan andil dalam pemajuan seni budaya di daerah,” katanya.
Hal tersebut tentunya termuat pada Undang-undang No.5 Tahun 2017 tentang pemajuan seni di daerah. Pasal 5 Undang Undang Pemajuan Kebudayaan menyebutkan tentang Objek Pemajuan Kebudayaan meliputi: a. tradisi lisan; b. manuskrip; c. adat istiadat; d. ritus; e. pengetahuan tradisional; f. teknologi tradisional; g. seni; h. bahasa; 1. permainan rakyat; dan J. olahraga· tradisional.
Dosen Seni Karawitan Fakulats Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar menambahkan, upaya pemajuan kesenian di Kabupaten Badung dilakukan dengan memberikan ruang kreatif pada senimannya untuk menunjukan karyanya. Seniman hebat dan berbakat tidak akan diketahui kalau tidak didukung dengan karya dan apresiasi penikmatnya juga oleh pemerintahnya sebagai pengayom. “Wadah itu menjadi penting untuk menunjukan eksistensi kekaryaannya,” ujarnya.
Sebagai ajang untuk memberikan ruang kreatif itu, Pemkab Badung membuat sebuah kegiatan Festival Budaya Kabupaten Badung. Bila menoleh kebelakang, kegiatan ini merupakan transformasi dari kegiatan sebelumnya yang dulu dilaksanakan berkaitan dengan peringatan hari Puputan Badung. Pemerintah menetapkan tanggal 20 September sebagai Hari Puputan Badung. “Hari Puputan Badung ini kemudian ditetapkan sebagai peringatan terhadap peristiwa heroik perlawanan rakyat Badung Bali terhadap armada pasukan Belanda yang dikenal dengan nama Perang Puputan,” ucapnya.
Dahulu peringatannya dilaksanakan berbagai kegiatan, seperti; Lomba Gerak Jalan Puputan Badung, Lomba Baleganjur Se-Bali (kelompok pelajar dan umum), Lomba Gong Kebyar antar Kecamatan Se-Kabupaten Badung, dan lomba-lomba lainnya. “Saya masih ingat ketika dulu duduk di sekolah menengah pertama, di tahun 1997 mulai mengikuti lomba Baleganjur antar pelajar dan Gong Kebyar Anak-anak dan Gerak Jalan Puputan Badung yang starnya dari Monumen Margarana dan finish di Lapangan Lumintang,” kenang pria kelahiran Sempidi, 8 Maret 1985.
Dalam kegiatan lomba seni tersebut, mereka yang mendapatkan juara, akan mewakili Kabupaten Badung dalam event Pesta Kesenian Bali (PKB). Selanjutnya setiap tahun pun kegiatan ini digelar. Lomba Baleganjur khususnya, merupakan acara yang paling bergengsi dikalangan sekaa yang ada di Bali. Acara ini sangat ditunggu-tunggu, karena sebagai sebuah ajang untuk menunjukan skill “taringnya” dibidang seni gamelan (juga alat intrumennya).
Setelah Kabupaten Badung resmi pindah ke Pusat Pemerintahan Kabupaten Badung di Sempidi, kegiatan tersebut diberi nama baru dan kemudian dikenal dengan “Festival Budaya Kabupaten Badung” yang digelar serangkaian perayaan HUT Ibu kota Kabupaten Badung, Mangupura.
Festival budaya Kabupaten Badung merupakan sebuah ajang pertunjukan seni budaya yang ada di Kabupaten Badung. Festival ini dilaksanakan pertama kalinya tahun 2009, yang terpusat di Pusat Pemerintahan (Puspem) Kabupaten Badung. “Ada sedikit perubahan mata acara dari kegiatan Perayaan Puputan Badung dengan Festival Budaya Kabupaten Badung. Namun, esensinya untuk pemajuan seni budaya di Kabupaten Badung masih menjadi hal terpenting dan tetap menjadi “roh” kegiatannya,” jelasnya.
Kegiatan Festival Budaya Kabupaten Badung, sebelumnya rutin dilaksanakan setiap tahunnya. Namun di tahun, 2018 sempat terhenti hingga tahun 2022 dikarenakan adanya perubahan mata kegiatan dan wabah Covid-19 yang melanda. Kegiatan Festival Seni Budaya Kabupaten Badung, dikembangkan dengan penambahan mata acara, seperti; Lomba Bapang Barong Se-Badung, Lomba Penjor, Lomba Film Dokumenter, Lomba Gong Kebyar Anak-Anak, Lomba Gong Kebyar Dewasa, Lomba Gong Kebyar Wanita antar Kecamatan Se-Kabupaten Badung.
Acara tersebut digelar juga bertujuan untuk mencari penampil terbaik untuk menjadi duta Badung pada perhelatan Pesta Kesenian Bali di tahun berikutnya. Namun, perayaan kembali Festival Budaya Kabupaten Badung ke-14 tahun 2023 ini, “wajahnya” digelar dengan format sedikit berubah dari tahun-tahun sebelumnya. “Pada penyajian lomba Gong Kebyar misalnya, dahulu pemainnya dan penggarap seninya merupakan mereka yang dipilih dari kecamatan masing-masing,” paparnya.
Namun di tahun ini, skema kegiatan lomba, didisain berbeda. Sekaa-sekaa yang terlibat dalam kegiatan ini merupakan sekaa-sekaa yang ada dalam lingkup desa. Peserta dibatasi melalui lingkup desa/kelurahan. “Tujuannya yakni menumbuh kembangkan potensi-potensi seni yang ada di desa. Selain itum sebagai sebuah upaya untuk memberikan kesempatan pada anak-anak muda di desa menunjukan potensi seninya. Begitu juga para penggarap seni yang ada di masing-masing kecamatan, diberikan ruang kreatif untuk berkarya. Menariknya, penggarap seni dibatasi berasal dari 1 lingkup kecamatan tertentu,” imbuhnya.
Maka itu, mereka yang memperoleh juara pada kegiatan lomba ini, tidak didaulat langsung mewakili Kabupaten Badung untuk maju ke perhelatan Pesta Kesenian Bali yang diselenggarakan di tahun berikutnya. “Salah satu panitia penyelenggara, I Wayan Mulyadi mengatakan, terpenting dari Festival Budaya tahun ini merupakan ajang untuk menunjukan keberadaan sekaa di desa masing-masing dan ruang untuk seniman muda menunjukan kekaryaannya,” ucap Mariyana menirukan kata salah satu panitia penyelenggara itu.
Mariyana berharap, semoga kedepannya makin banyak tumbuh menggeliat seniman-seniman muda yang ada di desa masing-masing, seiring dorongan dan dukungan penuh dari Pemkab Badung baik sarana maupun ruang kreatif ini. “Perlu juga menjadi evaluasi kedepannya, Pemkab Badung membangun tempat yang lebih representative untuk hiburan (stage terbuka) untuk pertunjukan seni, yang tentunya juga didukung dengan tata lighting dan sound system yang memadai serta dikendalikan oleh pertugas yang professional,” usulnya.
Lalu, Mariyana kemudian memberikan catatan, agar jangan sampai proses panjang latihan para seniman dikacaukan sehari oleh pengelolaan pertunjukan yang kurang maksimal (sound dan lighting). “Mari kita bersama saling mendukung, memperbaiki kwalitas layanan kita untuk Badung, dan seni budaya Badung yang adi luhung,” ajak Mariyana mengakhir pemvicaraannya. [B/*]
Balihbalihan merupakan website yang membahas seputar informasi pariwisata dan seni budaya di Bali