Gong Kebyar Anak-anak dan Gong Kebyar Wanita Duta Kabupaten Gianyar Siap Tampil di PKB 2024

 Gong Kebyar Anak-anak dan Gong Kebyar Wanita Duta Kabupaten Gianyar Siap Tampil di PKB 2024

Tari Kelinci diciptakan Nyoman Cerita, S.ST.,M.A pada tahun 1987/Foto: ist.

Cantik dan cekatan. Ibu-ibu yang memiliki kebiasaan mengurus keluarga, tampil mempesona ketika berhadapan dengan gamelan gong kebyar. Mereka tampak piawai dalam olah rasa memainkan gamelan tradisional Bali berlaras pelog itu.

Tentu saja, penampilann mereka sangat enerjik. Karena semangat ibu-ibu ini dipacu oleh sajian sekaa gong anak-anak yang tampil sangat kreatif. Mereka tampil mebarung, sama-sama pentas berada dalam satu panggung. Wajar, saja sajian kedua sekaa gong ini menarik perhatian penonton.

Itulah penampilan Sekaa Gong Kebyar Wanita Kabupaten Gianyar Sekaa Gong Kebyar Anak-anak Duta Kabupaten Gianyar yang tampil bersama di Open Stage Balai Budaya Gianyar, Selasa 16 April 2024 malam. Kedua sekaa gong ini merupakan duta Kabupaten Gianyar pada Pesta Kesenian Bali (PKB) XLVI tahun 2024

Ketika seniman wanita dan anak-anak ini mulai memainkan panggulnya diatas bilah gangsa, suasana semakin ramai. Penonton disajikan penampilan seni yang apik dari kedua sekaa. Pasang mata seakan dihipnotis dengan alunan merdu melodi gambelan Bali yang dimainkan itu.

Pagelaran malam itu, diawali dengan penampilan Gong Kebyar Wanita Paguyuban Seni Swarna Gianyar yang membawakan Tabuh Kreasi Sunari. Tabuh ini terinspirasi dari “Sunari”, bambu panjang dengan tujuh lubang yang bentuk segitiga, bulat, bulan sabit, tegak lurus, lesung, swastika dan lubang paling bawah berbentuk segi empat.

Keragaman bentuk lubang mampu menghasilkan suara yang indah menyentuh dan merangsang kebangkitan aktivitas ketujuh cakra pada manusia. Tabuh ini merupakan karya seniman I Ketut Cater yang digarap pada Festival Gong Kebyar PKB Tahun 1995.

Penampilan Tari Kreasi Kanyaka Sura menjadi sajian yang mempesona. Tari ini menggambarkan keelokan dan keanggunan para bidadari kahyangan, yang ikut membantu pasukan Dewa Indra pada saat menyerang Mayadanawa.

Baca Juga:  “NG” Garapan Seni Komunitas Bumi Bajra Artikulasikan Bilah-bilah Selonding
Tari Kreasi Kanyaka Sura/Foto: ist

Para penari ini menari dengan gerak tari yang ritmis dan indah, dengan memadukan dua karakter yaitu karakter laki dan perempuan. Itu pula yang menjadikan tarian ini memiliki kekhasan dan jati diri sebagai sebuah tarian kreasi baru.

Tari ini diciptakan oleh Tjokorda Istri Putra Padmini dan I Wayan Darya, dalam parade gong kebyar duta kabupaten Gianyar PKB Tahun 2000. Meski digarap beberapa tahun lalu, tetapi tari ini masih menawarkan pesona keindahan.

Sajian Gong Kebyar Wanita Paguyuban Seni Swarna Gianyar kemudian ditutup dengan penampilan Tari Sandyagita Pangkah Pongah yang juga digarap I Wayan Darya. Tari ini menggambarkan prilaku umat manusia saat ini yang cenderung terlepas dari jati diri ke-Bali-an umat Hindu Bali.

Hal itu yang menimbulkan kegamangan warga untuk menemukan sosok panutan yang mampu menata nafas kehidupan budaya yang kian terkikis yang disajikan dengan konsep berbeda. Karya ini memadukan gerak tari dan teatrikel musik nyanyian yang khas dengan nafas tradisi yang luluh lebur dalam nuansa pop kekinian.

Gong Kebyar Anak-anak Sanggar Alit Sundari, Br. Buda Ireng, Desa Adat Batuyang/Foto: ist.

Penampilan Gong Kebyar Anak-anak Sanggar Alit Sundari, Br. Buda Ireng, Desa Adat Batuyang, Batubulan Kangin lebih enerjik lagi. anak-anak ini tampil dengan semangat dan kegirangan. Teknik permainnanya pun bisa dibilang tinggi.

Sajian pertama, mereka membawakan garapan Tabuh Raga Cara. Tari ini menggambarkan perjalanan pencarian diri yang mendalam, sekaligus penghormatan kepada mendiang I Made Subandi. Dalam setiap jalinan nada dan irama, tersirat refleksi mendalam tentang identitas, tujuan hidup, dan pencarian makna dari warisan bimbingan seorang guru.

Melalui karya ini, terpancar persembahan hati yang dipenuhi dengan rasa terima kasih dan penghargaan yang mendalam kepada sosok yang telah memberikan Cahaya dan arahan dalam perjalanan menuju kedewasaan dan kematangan seni. Tabuh ini merupakan karya seniman Putu Eman Sabudi Subandi.

Baca Juga:  Sayang Kepada Orang Tua, Putu Diky Wahyu Arjaya Garap “Tresna Sih Rupaka”. Ujian Sarjana ISI Denpasar

Penampilan selanjutnya adalah Tari Kelinci yang merupakan garapan karya dari almarhum Bapak Nyoman Cerita, S.ST.,M.A. Tari ini diciptakan pada tahun 1987. Tarian ini menceritakan sekelompok kawanan kelinci yang sedang mencari makan dan bermain di sebuah taman. Mereka, bergerak lincah, energik serta mengandung unsur estetik yang kuat.

Sanggar Alit Sundari Batuyang kemudian menampilkan Tari Dolanan Pilah-Pilih yang menceritakan perkembangan teknologi digital. Perkembangan teknologi digital bagai pisau bermata dua, disatu sisi bisa berdampak baik disatu sisi lagi bisa berdampak buruk.

Gong Kebyar Wanita Paguyuban Seni Swarna Gianyar/Foto: ist

Masyarakat harus pintar memilah dan memilih (pilah pilih) tontonan yang baik untuk anak. Sebab teknologi digital semua serba mudah diakses oleh anak-anak jaman sekarang. Jika kemudian anak-anak tanpa pengawasan orang tua maka disinilah akan berdampak kepada karakter anak itu sendiri.

Aanak-anak kemudian meniru apa yang ditonton dan lebih cendrung bergaya dewasa dan modern. Hal itu bisa dilihat, seperti cara berpakaian, cara bicara, berprilaku dan bahkan permainan yang kemudian idak mencerminkan lagi ke kanak-kanakan.

Garapan Tari Dolanan Pilah-Pilih digarap oleh Seniman I Komang Dedi Diana, S.Sn.,M.Si. Garapan ini terinspirasi dari kehidupan anak-anak dijaman sekarang yang sangat bebas mengakses media sosial.

“Media digital itu, bagaikan pisau bermata dua, kadang bisa membuat baik kadang membuat buruk. Ada dampak baik, ada dampak buruk. Artinya apabila tidak ada pengawasan dari orang tua maka prilaku dan karakter anak menjadi berbeda, dia akan menjadi dewasa karena tontonan yang mereka tonton,” kata personal Group lawak “Celekontong Mas”.

Maka dari itu, lanjut Tompel dama akrab dalam dunia panggung menegaskan untuk menjauhkan dari dampak negative tersebut, maka anak-anak perlu diarahkan ke hal-hal yang bersifat seni. Sebab seni dapat pengolahan rasa, untuk mengendalikan emosi.

Baca Juga:  Duta Kabupaten Gianyar Sajikan Garapan Seni 100% Otentik Rasa Desa Batuan

“Emosi yang labil pada anak bisa kita olah, dan kita tempatkan untuk mereka bisa belajar sekaligus bisa mendapatkan pendidikan. Melalui tampilan dolanan ini, dapat memberikan kritikan kepada orang tua, bagaiman generasi muda kita ini betul-betul diawasi,” tutup pria yang kini seorang pemangku. [B/*]

Balih

Balihbalihan merupakan website yang membahas seputar informasi seni budaya di Bali

Related post