Joged Bumbung Giri Swara Tampil Memikat di PKB XLVI

 Joged Bumbung Giri Swara Tampil Memikat di PKB XLVI

Joged Bumbung Giri Swara tampil memikat di PKB XLVI/Foto: ist

Ketika mendengar iringannya yang lembut, pengunjung Pesta Kesenian Bali (PKB) XLVI langsung menuju Kalangan Terbuka Madya Mandala, Taman Budaya Provinsi Bali. Mereka mungkin penasaran dengan gerak penari yang diiringi gamelan yang syahdu itu.

Itu, benar, mereka kesemsem dengan gerak lincah tari joged bumbung yang tampil. Joged Bumbung, Giri Swara, Banjar Gunung, Desa Penatih Dangin Puri, Duta Kota Denpasar yang tampil, Selasa 18 Juni 2024.

Para penari, menari dengan pakem tari tempo dulu. Tidak goyang erotis juga bukan porno, sehingga benar-benar menjadi sebuah hiburan rakyat khas tradisi..

Setiap pentas, joged memang tak pernah sepi dari perhatian masyarakat terutama penggemar joged. Para penggemar joged pun tampak antusias, bahkan sebelum joged tampil, kalangan yang berhadapan dengan panggung Terbuka Ardha Candra sesak dipenuhi para penonton.

Baca Juga:  Galungan-Kuningan, Tradisi Ngelawang di Desa Adat Tegal, Masih Eksis

Mereka datang dari lintas generasi, tua muda bahkan anak-anak. Animo pengunjung untuk menyaksikan joged bumbung cukup tinggi. Itu karena, joged tampil menyajikan kekhasan joged tradisi dengan seni joged yang menghibur, merakyat dan bergembira sesuai pakem.

Joged Bumbung merupakan salah satu tarian tradisional dan pergaulan di Bali. Tari ini biasa dipentaskan dalam acara sosial kemasyarakatan di Bali, seperti acara pernikahan, pada musim sehabis panen, dan hari-hari raya.

Tari Joged ini menjadi tari pergaulan masyarakat Bali yang kemudian menjadi tradisi. “Sekaa joged kami sudah ada cukup lama. Bahkan tahun 2014, sekaa joged kami pernah menjadi duta Kota Denpasar tampil di PKB,” kata I Komang Juni Antara selaku pembina.

Untuk PKN kali ini, pihaknya membawa sekaa generasi baru yang mewakili Denpasar Timur yang kembali dipercaya tampil di Parade Joged Bumbung. “Kami melakukan latihan selama 4 bulan untuk tampil di ajang PKB ini,” paparnya.

Baca Juga:  Arja Klasik Duta Kota Denpasar Didukung Seniman Muda

Sementara untuk pengibing, pihaknya membawa khusus dari sanggar. Jenis ibingannya sangat beda, karena dengan ibingan yang bercerita terkait masalah sanggar joged. Kisah ini diangkat dari kisah yang sering terjadi di jaman ini.

“Ceritanya, ada pembina tari memiliki suami peminum, karena kebiasaan minum mereka hampir hancurkan sanggar istrinya, setelah diberikan pengertian akhirnya suaminya sadar,” ungkap Juni Antara serius.

Sementara itu terkait problema tari joged jaruh, pihaknya menolak keras joged bumbung ini ditarikan porno. “Dari dulu kami menerapkan pakem joged, Denpasar tidak pernah menunjukan joged porno seperti itu,” katanya.

Dari sanggar ini tidak mengizinkan joged diluar pakem tradisi masuk. “Ketika ada permintaan joged sedikit nakal dari masyarakat, kami menolak keras, tidak melayani joged jaruh. Baik diminta penari secara pribadi maupun sanggar,” tandasnya.

Baca Juga:  Sanggar Seni Cudamani Ubud dengan Pelegongan Klasik Lintas Generasi

Memang permintaan masyarakat, lanjut Juni, ada yang nyeletuk kalau joged biasa-biasa atau polos tidak laku. “Ada selentingan di masyarakat kalau jogednya biasa-biasa saja tidak laku, tapi itu tantangan kami tidak hiraukan,” skunya.

Pihaknya tetap menjaga joged tradisi yang sesuai pakem tampil sensual, menghibur tapi bukan porno. Sanggar Giri Swara membawakan 4 penari joged, 4 penari anak-anak menampilkan tari kreasi dan 20 penabuh.

Mereka tampil atraktif dengan payas joged memikat, membuat panggung semarak dan terhibur. “Saya bangga dan senang bisa menari ngibing bersama joged yang pentas di PKB. Kalau penari polos tiang polos, apalagi ada joged yang melampahan saya sangat senang, saya menolak joged terlalu porno,” ucapnya. [B/*/darma]

Balih

Balihbalihan merupakan website yang membahas seputar informasi seni budaya di Bali

Related post