Film Lokal Bali ‘Cening Nepukin I Kawa’ Dibalut Nuansa Budaya dan Tradisi Bali
Cening Nepukin I Kawa, merupakan karya film lokal Bali pertama yang menyasar penonton anak-anak usia 7-13 tahun. Film yang diciptakan dan disutradarai Ayu Pamungkas dan didesain grafis oleh Purwa Andhika itu menghadirkan karakter fantasi yang unik dan ikonik.
Namanya I Kawa, sebuah makhluk setengah manusia dan setengah kera yang lucu. Film yang diproduser I Made Denny Chrisna Putra ini menjadi salah satu karya yang berhasil lolos dalam pitching Program Open Call Layar Anak Indonesiana 2024.
“Film Cening Nepukin I Kawa ini akan ditayangkan secara eksklusif di Indonesiana.tv,” kata Ayu Pamungkas desela-sela perayaan berakhirnya pra produksi film tersebut di Tegal Temu Creative Space, Banjar Tegal Tamu, Batubulan, Sabtu 31 Agustus 2024.
Perayaan berakhirnya pra produksi film Cening Nepukin I Kawa itu bertepatan dengan Tumpek Wariga yang dilaksanakan dengan selametan potong tumpeng. “Acara ini sekaligus menjadi momen doa bersama bagi seluruh tim produksi untuk memulai,” ucap Ayu.
Artinya, jelas Ayu, moment untuk memohon kelancaran dan keselamatan pada tahap produksi dan pasca-produksi yang akan segera dimulai. “Acara slametan bertepatan dengan Tumpek Wariga dikenal Tumpek Pengarah, sebuah hari sarat dengan makna dalam tradisi Bali,” jelasnya.
Ayu mengatakan, film pendek berdurasi 12 menit ini menjadi film yang direncanakan untuk mengikuti berbagai festival film, sesuai target yang telah ditetapkan oleh produser. “Film ini mendapatkan dukungan fasilitas peralatan dari Movie Studio Bali,” imbuh Ayu.
Movie Studio Bali, salah satu studio film terbesar dan tertua di Bali yang hingga kini masih berperan penting mendukung ekosistem perfilman lokal. Film ini juga didukung oleh Jay’s Bali Lighting, Mid Night Sun, SRCO, Sriwijaya Camera, Maher Film Support, dan lainnya.
Film Cening Nepukin I Kawa ini lahir dari semangat untuk menyajikan kisah yang tak hanya menghibur, tetapi juga kaya akan nilai budaya lokal yang relevan untuk anak-anak Indonesia, khususnya Bali.
Proses produksi film ini juga didukung oleh mahasiswa dari Prodi Produksi Film dan Televisi ISI Denpasar. “Film ini sebuah cerita tentang tanggung jawab, rasa bersyukur, dan berterima kasih terhadap alam, yang dibalut dalam nuansa budaya dan tradisi Bali,” jelas Ayu.
Untuk kebutuhan Prosthetic Make-Up, film ini didukung oleh para profesional dari Studio 3D dan PT. Sari Rambut yang telah berpengalaman menggarap berbagai film box office. “Film ini lahir karena dukungan dan kerja sama dari semua pihak,” ucap Produser Lini Dita Helvinda.
Berkat dukungan itu maka perjalanan yang sejauh ini bisa diselesaikan. “Kami berharap agar film ini nantinya bisa menjadi karya yang dapat dinikmati oleh masyarakat luas, khususnya anak-anak Indonesia,” harap ujar Lini Dita Helvinda.
Sementara First Assistant Director, Prawira Nugraha menyatakan, kesiapan para talenta sudah mencapai 90%, dan sisanya akan disesuaikan sambil berproses di lokasi syuting. “Sisanya tinggal menyesuaikan di lokasi. Puja Astawa yang telah membantu proses casting,” ujarnya.
Dalam slametan tersebut dimulai dengan pelaksanaan final rehearsal yang dihadiri oleh seluruh pemeran, termasuk anak-anak dari Sanggar Bumi Bajra Sandhi yang dibantu oleh koreografer kondang Ida Ayu Wayan Satyani beserta asistennya Dewa Nana.
Setelah rehearshal, acara dilanjutkan dengan sesi foto profil kru dan pemain, serta workshop wardrobe dan make-up test. Penampilan karakter Kawa menjadi pusat perhatian selama sesi make-up test berlangsung, menambah semarak suasana sebelum acara puncak. [B/*/darma]
Balihbalihan merupakan website yang membahas seputar informasi pariwisata dan seni budaya di Bali