Tari Kembang Ura Tampil Mempesona di Solo International Performing Art 2024

 Tari Kembang Ura Tampil Mempesona di Solo International Performing Art 2024

Tari Kembang Ura tampil di Solo International Performing Art 2024/Foto: amrita dharma

Suara gamelan palegongan itu terdengar manis dan ritmis, seperti di jaman dulu yang sangat alami. Setiap nada dalam gending (lagu) itu, bagai jiwa yang mampu menghidupkan setiap gerak enam penari wanita itu. Ini tari kreasi baru, namun memiliki nafas legong klasik yang menarik.

Itulah penampilan Tari Kembang Ura yang disajikan Tanzer Dance Company berkolaborasi dengan Sanggar Tari Maharani dalam Solo International Performing Art 2024 di Pamedan Pura Mangkunegaran, Solo, Jawa Tengah Kamis, 29 Agustus 2024 malam.

Tari Kembang Ura digarap bersama dengan penuh kreativitas dari Koreografer Putu Parama Kesawa Ananda Putra, S.Sn bersama Ass Koreografer Ni Putu Suci Pramesti, S.Sn serta didukung iringan musik yang ditata komposer Made Andita, S.Sn.

Sebagai duta seni dari Pulau Dewata, sajian Tari Kembang Ura yang sangat detail dengan pakem tari Bali, palegongan itu membuat para penonton terdiam seribu bahasa. Gerak tari halus dengan makna yang sangat dalam. Terkadang lembut menebar rasa indah dan penuh ekspresif.

Baca Juga:  Gubernur Koster: Bahasa, Aksara, dan Sastra Merupakan Akar Kebudayaan Bali

Bentuk-bentuk gerak dalam tari ini, mirip palegongan kuno menjadikan karya itu lebih kuat. Sebut saja, gerak ‘ngengsog’ yang dilakukan dengan pola serta uger (aturan) gerak tari dengan teknik tinggi. Gerak ‘nyebeng’ (perubahan wajah) sengaja didiamkan memberi kesan tegas.

Tari Kembang Ura tampil di Solo International Performing Art 2024/Foto: amrita dharma

Karya seni tari ini menjadi sangat klasik karena menggunakan kostum tampak seperti tempo dulu, sederhana, namun sangat indah. Setiap bagainnya penuh simbol dan makna. Di bagian kepala dihiasi taburan bunga yang bungah sebagai simbol kedermawanan.

Warna kostum tampak kusam serasa dalam kostum tari sisia dalam calonarang yang mistis, klasik dan mirip dengan warna kostum legong kuno yang sangat pas dilihat juga disimak. Penampilan, Tari Kembang Ura malam itu benar-benar menggugah.

Gending-gending masih terkesan palegongan klasik, yang mana melodi, struktur, komposisinya seperti pada palegongan pada umumnya. Namun, gending itu benar-benar sebagai identitas kembang ura yang ditabur oleh penari Topeng Sidakarya itu.

Baca Juga:  Tari Kontemporer “Terdampar” Suguhan Qakdanjur di Festival Seni Bali Jani

Putu Parama Kesawa Ananda Putra mengatakan, karya tari ini merupakan karya tari baru yang digarap dengan sebuah ide baru. “Tari ini mengambil esensi dari kembang ura yang terdapat pada Tari Topeng Sidakarya dengan meminjam nafas legong sebagai titik pijakan,” ujarnya.

Tari Kembang Ura karya Koreografer Putu Parama Kesawa Ananda Putra tampil di Solo International Performing Art 2024/Foto: amrita dharma

Tari Kembang Ura, sebuah pengembangan dari tari legong yang penuh inovasi, menggunakan gerak tradisi kuno. “Kembang ura merupakan simbol kedermawanan dan simbol medana-dana (bersedekah),” kata Kesa, sapaan pria itu.

Menurut seniman jebolan Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar itu, kembang ura memaknai kasih sayang untuk semesta agar kesejahteraan selalu terjaga dengan baik, sama dengan Ida Dalem Sidakarya yang memiliki kasih sayang sangat tinggi kepada umatnya.

Ketika menyaksikan sajiannya, Tari Kembang Ura memang sebuah pengembangan legong yang penuh inovasi, menggunakan gerak tradisi kuno. Demikian pula, make up para penari yang tak terlalu tebal, sehingga terlihat tampak alami seakan tanpa filter.

Baca Juga:  Ketika Disajikan di PKB XLIII Kesenian Gandrung Masih Digandrungi Generasi Muda

Dalam pertunjukan Tari Topeng Sidakarya itu, penari menaburkan bunga, pis bolong, dan beras. “Nah, Tari Kembang Ura adalah simbol kedermawanan Ida Dalem Sidakarya yang ingin rakyatnya sejahtera,” jelasnya.

Sebelumnya, Tari Kembang Ura pernah ditampilkan pada parade palegongan yang bertajuk “Revitalisasi dan Pengembangan Berbasis Tradisi” yang dikoordinir oleh Dinas Kebudayaan Denpasar di Gedung Taksu Dharma Negara Alaya (DNA) beberapa waktu lalu. [B/darma]

Related post