Meneladani Jejak dan Kiprah ‘Maestro I Made Sija, Dalang Ruwat & Wayang Arja’ Melalui Pemutaran Film dan Pameran Arsip

 Meneladani Jejak dan Kiprah ‘Maestro I Made Sija, Dalang Ruwat & Wayang Arja’ Melalui Pemutaran Film dan Pameran Arsip

I Made Sidia memimpin peninjauan Pameran Arsip & Kenangan “Sudut Memori Sang Maestro”/Foto: doc.balihbalihan

Sore itu, udara masih terasa hangat. Namun, keakraban, kebersamaan dan persaudaraan dari ratusan anak setingkat SD itu terasa lebih hangat. Ya…, mereka berbicara dengan teman-temannya seakan tanpa jarak. Mereka duduk sabar, displin, dan paling terasa adalah karakternya.

Seperti warna-warni busana yang dikenakan, seperti itu pula gambaran mereka. Anak-anak itu bukan berasal dari satu desa atau dari satu sekolah, melainkan datang dari berbagai daerah. Bahkan, ada anak dari luar negeri. Mereka menebarkan aura persaudaran melalui aktivitas seni.

Apalagi, pada saat menari sambil menyanyikan lagu yang liriknya bernuansa kebersamaan, persaudaraan dan persatuan. Aksi mereka, tentu membuat pengunjung juga undangan terpesona, dan bangga dengan semangat generasi dalam melestarikan seni dan budayanya sendiri.

Itulah sajian seni yang mengawali Pemutaran Film dan Pameran Arsip Maestro I Made Sija, Dalang Ruwat & Wayang Arja di Sanggar Paripurna Banjar Dana, Desa Bona Kelod, Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar, Bali, Senin 9 September 2024.

Baca Juga:  Alm. Wayan Sujana ”Jedur” Legenda Drama Gong Puspa Anom dari Banyuning

Acara bertajuk “A Tribute to Maestro I Made Sija” di selenggarakan oleh Sanggar Paripurna dengan agenda Pemutaran Film dan Pameran Arsip. Film dokumenter “I Made Sija, Sang Guru Loka” itu merupakan karya sutradara Vanesa Martida, alumnus Magister Seni Pascasarjana Institut Seni Indonesia Denpasar.

Film dokumenter ini digarap dari tahun 2023 hingga Juli 2024. Film ini diproduksi dengan dana hibah dari program Dana Indonesiana Kemendikbudristek dan LPDP Kemenkeu RI pada fasilitasi 2023, dalam bidang Dokumentasi Karya Pengetahuan Maestro (DKPM) dan OPK Rawan Punah.

Sajian seni anak-anak mengawali Pemutaran Film dan Pameran Arsip Maestro I Made Sija/Foto: doc.balihbalihan

Lewat ingatan anak-anak, cucu, murid, dan orang-orang terdekatnya, kegiatan ini berupaya menghadirkan ingatan dan kenangan untuk merayakan cinta, nilai, dan memori kebersamaan dengan sang Maestro.

Sebelum para pengunjung menyaksikan yang mengungkap sosok dan kiprah Maestro Dalang I Made Sija itu, pengunjung dan para undangan diajak meninjau Pameran Arsip & Kenangan “Sudut Memori Sang Maestro”. Pameran ini mulai ada di dinding, di wantilan hingga ruangan.

Baca Juga:  Mengungkap Rahasia Industri Perhotelan Bersama Mahasiswa Culinary

Pameran Arsip “Sudut Memori Sang Maestro” dirancang oleh cucu I Made Sija, yakni I Putu Agus Widia Purnamia bersama tim. Tidak hanya memamerkan karya cipta I Made Sija berupa karakter wayang khususnya Wayang Arja.

Selain itu, pengunjung yang dipandu oleh I Made Sidia, putra ketiga Maestro I Made Sija sekaligus pimpinan Sanggar Paripurna itu, juga diajak menyaksikan berbagai jenis topeng, alat musik, dan benda-benda seni lainnya.

Para pengunjung diajak menelusuri kenangan sehari-hari berupa benda-benda yang digunakan sang Maestro saat berada di rumah, ngayah, ataupun pentas. Ada cat rambut yang menolak kering, wastra Bali yang bersahaja, rekaman musik, dan benda keseharian yang puitik.

Usai mengunjungi karya topeng I Made Sija, pengunjung kemudian digiring ke wantilan untuk menyaksikan film dokumenter “I Made Sija, Sang Guru Loka”. Para pengunjung disambut tabuh yang menarik dan tari penyambutan yang lembut.

Baca Juga:  BASCOMM Kupas Kekuatan Digital: Cara Mempertahankan Eksistensi Industri Pariwisata di Online

Film berdurasi 30 menit itu menyajikan dalam keseharian I Made Sijanya di usia senja, arsip-arsip peristiwa berkesenian, hingga upacara pengabenan saat sang Maestro berpulang pada Juni 2024. “Film dokumenter tersebut digarap dari tahun 2023 hingga Juli 2024,” kata Made Sidia.

Menurut I Made Sidia, pemutaran film ini bertujuan agar generasi muda nantinya dapat meneladani jejak dan kiprah beliau dalam berkesenian serta sikap sosialnya yang senang mengabdi untuk masyarakat.

“Dewasa ini, di era digitalisasi dengan penyebaran informasi yang instan dan beragam, orang-orang cepat sekali lupa, termasuk juga ingatan dan apresiasi seseorang kepada orang lain. Momen ini menjadi sangat penting untuk menghargai Sang Maestro I Made Sija,” terangnya.

Dalam film dokumenter itu mengisahkan I Made Sija yang merupakan salah satu maestro Bali asal Desa Bona Kelod, Blahbatuh, Gianyar yang lahir tahun 1933. Ia adalah satu-satunya Dalang di Bali sebagai pencipta Wayang Arja (1975) sekaligus Dalang Ruwat.

Baca Juga:  Sekaa Gong Abdi Budaya Banjar Anyar, Legendaris Dari Tabanan Tampil di PKB XLIV

I Made Sija telah mendedikasikan diri untuk seni wayang dan pedalangan selama puluhan tahun. Ia mendirikan Sanggar Paripurna pada tahun 1990.

Sang Maestro telah menerima banyak penghargaan, di antaranya : Piagam Dharma Kusuma Madia (1989) oleh Gubernur Bali, Piagam Wija Kusuma oleh Bupati Gianyar (1989), Penghargaan dari Pemerintah Pusat Menteri Lingkungan Hidup (1999).

Anugerah Lingkungan dari Menteri Lingkungan Hidup (2006), Penghargaan Seni Tradisi (Maestro) dari Menteri Kebudayaan dan Pariwisata RI (2007), Penghargaan Satyalancana Kebudayaan dari Presiden Republik Indonesia (2011).

Ketertarikan pada seni pedalangan berawal dari kesenangannya menonton pertunjukan wayang semasih kecil. I Made Sija adalah maestro tidak hanya fasih dengan satu keahlian. Untuk mendukung kegiatan berkesenian, Sija belajar hampir seluruh jenis kesenian.

Baca Juga:  I Dewa Kompiang Pasek, Mahaguru Suling Gambuh Batuan Gianyar

Mulai dari seni topeng, arja, calonarang, gender wayang, gamelan, menatah wayang, pemahat topeng, membuat berbagai jenis perangkat upakara di Bali seperti: gayah, palagembal, bade, dan lembu upacara ngaben.

Wayang Arja diciptakan oleh Sija tahun 1975 atas keprihatinannya terhadap seni pertunjukan arja yang sudah mulai jarang dibawakan karena maraknya pementasan Drama Gong yang populer. Wayang Arja menampilkan lakon-lakon yang bersumber pada cerita Panji (Malat). Sang Maestro berpulang pada tanggal 3 Juni 2024.

“Acara pemutaran film dan pameran arsip dihadiri oleh berbagai kalangan, termasuk tokoh budaya, seniman, dan masyarakat umum yang ingin lebih memahami seni dan budaya Bali,” papar Made Sidia. [B/*/darma]

Balih

Balihbalihan merupakan website yang membahas seputar informasi pariwisata dan seni budaya di Bali

Related post