Made Duatmika dan I Wayan Suastama Pamerkan ‘Path of Time, a Returning’ di Santrian Art Gallery
Ketika Made Duatmika (Bodrek) dan I Wayan Suastama yang akan memulai pameran bersama di Santrian Art Gallery, Hotel Griya Santrian, Sanur, masyarakat pecinta seni datang mengalir. Bahkan, wisatawan yang sedang menginap di hotel itu pun ikut meramaikan suasana.
Para pecinta seni itu mungkin saja penasaran dengan karya kedua perupa muda itu menampilkan kerinduan dengan kenangan masa anak-anak. Pameran bertajuk ‘Path of Time, a Returning’ itu dibuka oleh Made Djirna pada Jumat 10 Januari 2025 sekitar pukul 19.00 Wita.
Path of Time, a Returning itu memajang sebanyak 32 karya, karena masing-masing perupa menampilkan 12 karya. Pameran itu memajang karya-karya baru yang memang disiapkan untuk pameran di Santrian Art Gallery ini.
Pameran ganda dari Made Duatmika dan Wayan Suastama menampilkan karya-karya baru yang mengangkat ide dari kerinduan akan kenangan-kenangan masa kecil, dengan hal-hal yang tidak lagi sama, seperti masa kanak-kanak mereka temo dulu.
Made Duatmika dan Wayan Suastama, merupakan dua sahabat yang telah terlibat dalam lingkaran seni yang sama sejak muda. Mereka berbagi kenangan-kenangan dari latar belakang kehidupan di desa. Dibalik keindahan karya itu, tentu memiliki pesan dan makna mendalam
Duatmika berasal dari Jembrana dan Suastama dari Tabanan, masingmasing dengan budaya lokal yang sama meskipun berbeda. Keduanya merupakan anggota Militant Art Group dan mereka sekarang bersama dalam pameran ini.
Kedua seniman ini merasakan kerinduan terhadap “masa lalu,” bukan hanya rumah tinggal yang merupakan tempat fisik, tetapi sebagai masa-kenangan akan rumah masa kecil yang kini terasa berbeda.
“Saya sendiri memamerkan karya terbaru yang memang dibuat untuk megikuti pameran di sini. Kalau ada tiga karya yang dibuat tahun 2023, namun karya-karya itu belum pernah saya pamenkan, selain pamaran di Santrian Art Gallery ini,” kata Duatmika.
Duatmika mengungkapkan kenangan masa kecilnya dengan warna dan emosi yang sangat ekspresif, dengan fokus pada kerbau air, sebuah simbol budaya Jembrana. Karyanya memadukan kesederhanaan memori memori yang sangat polos dengan teknik warna dan tekstur yang matang.
Dalam seri Path of Time, a Returning, ia mengkomunikasikan kenangan masa lalu dengan humor dan kehangatan, menciptakan karya yang penuh dengan keceriaan dan nostalgia.
Sementara karya Wayan Suastama lebih banyak terinspirasi oleh filosofi Hulu dan Teben di Tabanan, yang kemudian menggabungkan elemen tradisional dengan eksplorasi imajinatif yang bebas, sehingga menjadi karya menarik dan syarat pesan.
Karya-karyanya menunjukkan keseimbangan antara manusia, alam, dan hewan. Kemungkinan bisa di terjemahkan simbol simbol seperti harimau sebagai lambang kekuatan dan keseimbangan ekosistem yang kini rapuh. Emas dalam karyanya berkesan nilai kehidupan yang berharga dan hubungan spiritual antara semua makhluk hidup.
Duatmika dan Suastama yang memiliki pengalaman hidup yang berbeda, namun keduanya berbagi kerinduan untuk kembali ke rumah, ke desa, ke masa yang lalu. Karya mereka, yang berakar pada kenangan masa kecil, menyampaikan perasaan ini dalam cara saling melengkapi.
Pameran ini menyoroti pentingnya menjaga warisan budaya dan mengingatkan semua orang akan kerinduan terhadap kesederhanaan yang semakin sulit ditemukan di jaman ini. Semua kenangan itu seakan lenyap di telah jaman. [B/darma]
Balihbalihan merupakan website yang membahas seputar informasi pariwisata dan seni budaya di Bali