Festival Ogoh-ogoh dan Baraong Show: Cara GWK Cultural Park Mendukung Pelestarian Seni Budaya Bali

 Festival Ogoh-ogoh dan Baraong Show: Cara GWK Cultural Park Mendukung Pelestarian Seni Budaya Bali

Festival Ogoh-ogoh GWK Cultural Park/Foto: darta

PARA PEMUDA ini bergerak mengikuti irama gamelan. Kakinya melangkah ke depan dan ke belakang, ke kanan atau ke kiri, lalu melingkar sambil mengangkat ogoh-ogoh yang diusungnya itu. Terkadang bersorak pada aksen gamelan tertentu, mereka begitu ceria dan penuh semangat.

Ogoh-ogoh itu bukanya diarak pada saat Hari Pengurupukan, sehari menjelang Nyepi, tetapi ditarikan pada Festival Ogoh-ogoh yang digelar di Garuda Wisnu Kencana (GWK) Cultural Park, daya tarik wisata di Desa Ungasan, Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung, Bali.

“GWK Cultural Park menyajikan pertunjukan spektakuler Baraong Show dan Festival Ogoh-ogoh untuk menyemarakkan momen spesial libur Lebaran,” kata Direktur Operasional GWK Cultural Park, Ch. Rossie Andriani, Rabu 2 April 2025.

Ogoh-ogoh berwujud patung raksasa yang terbuat dari bahan-bahan ringan seperti bambu dan kertas menggambarkan kepribadian “Bhuta Kala” dalam kebudayaan Bali, dan menjadi ikon ritual penting dalam menyambut Hari Raya Nyepi.

Baca Juga:  24-25 Februari, Pemkot Denpasar Gelar Parade Kesenian Palegongan

Ogoh-ogoh biasanya diarak mengeliling desa, dan diiringi gamelan bleganjur oleh pemuda pada Hari Raya Pengrupukan, sehari menjelang Nyepi. Kini disajikan kepada wisatawan yang belum sempat menyaksikan saat pengurupukan, pekan lalu. Meriah dan menghibur.

Ogoh-ogoh itu ditarikan dan dikolaborasikan dengan unsur seni lain, seperti tari, gamelan, dan tembang, sehingga menjadi seni pertunjukan yang menarik. Jika mampu mengupasnya, pertunjukan ini bukan sekedar hiburan, tetapi sebuah pembelajaran tentang nilai-nilai kehidupan.

Ketika disajikan, seni ogoh-ogoh ini tampak sangat indah. Lampu warna-warni yang menghidupkan suasana pertunjukan. Latar pementasan adalah patung megah yang dirancang oleh I Nyoman Nuarta, seorang pematung asal Bali, sehingga menghasilkan bidikan yang indah.

“Festival Ogoh-ogoh dimulai pada 2 April hingga 10 Mei 2025 yang melibatkan seniman ogoh-ogoh dari 13 Sekaa Teruna (ST) mewakili desa-desa di Kuta Selatan. Festival ini dimeriahkan MyMelali GWK Market hadir pada 1-5 April 2025 melengkapi konsep pesta rakyat,” ujarnya.

Baca Juga:  Peed Aya Duta Kota Denpasar, Libatkan 500 Talenta Muda Menuju Arena Pawai PKB XLVI

Festival Ogoh-ogoh GWK menjadi salah satu event tahunan yang menjadi magnet bagi wisatawan domestik maupun mancanegara. Festival Ogoh-ogoh dirancang dengan konsep “pesta rakyat”. Festival Ogoh-ogoh GWK ini merupakan ke-5 yang selalu menarik.

Bagi wisatawan yang tidak sempat melihat perayaan ogoh-ogoh saat menyambut Hari Raya Nyepi, festival ini menjadi hiburan tambahan bagi para pengunjung. Festival ini diadakan di waktu yang tepat, sehingga wisatawan menyambut antusias.

“Kami senang karena wisatawan senang, sehingga tiket masuk ke area Festival Ogoh-ogoh telah terjual lebih dari 10 ribu. Ini, mungkin karena bertepatan harinya dengan Lebaran, sehingga libur panjang ini menarik untuk menyaksikan budaya Bali,“ ujarnya.

Rossie menjelaskan, kegiatan festival ini menjadi ajang kolaborasi dan kompetisi dari komunitas seni, banjar serta sekaa teruna di Bali. Event ini merupakan wujud konsistensi GWK Cultural Park dalam mendukung pelestarian seni budaya Bali, khususnya ogoh-ogoh.

Baca Juga:  Dudonan Acara Bulan Bahasa Bali 2020

Pesta rakyat yang berlangsung di Lotus Pond GWK Cultural Park menjadi semarak karena mewadahi bagi para pengusaha lokal, pengrajin, dan industri kreatif untuk memamerkan produk mereka secara langsung kepada pengunjung.

Pasar ini menampilkan berbagai penawaran dalam lima kategori, yaitu seni dan kerajinan, fashion, makanan, dan aktivitas komunitas. “Dibandingkan dengan hari biasa, pengelola melihat kenaikan jumlah kunjungan berkali lipat,” ungkap Rossie.

Bersamaan dengan Festival Ogoh-ogoh, acara Baraong Show tetap disajikan kepada wisatawan. Baraong Show ini pertunjukan satu-satunya di Bali yang menghadirkan 5 sosok Barong Bali dalam 1 panggung. Pertunjukan ini menjadi sajian berbeda, dan menjadi atraksi spektakuler.

Tata lampu, visual dan musikal yang menciptakan sebuah pertunjuka unik, dan hadir dalam rangka liburan panjang. Dimulai pada 1 April, kemudian dipentaskan secara reguler setiap hari Rabu sampai Sabtu di Amphitheater, sebuat teater semi terbuka di dalam GWK Cultural Park.

Baca Juga:  Seni Budaya Bali Mewarnai Puncak Peringatan HUT ke-237 Kota Denpasar

“Kedua program unggulan ini telah dipersiapkan secara khusus untuk menampilkan kekayaan budaya Bali sekaligus memberikan pengalaman yang berkesan bagi seluruh pengunjung selama masa liburan Lebaran,” jelas Rossie.

Menurutnya, Festival Ogoh-ogoh GWK serta MyMelali GWK Market merupakan upaya GWK Cultural Park untuk menjangkau wisatawan lebih luas. Atraksi wisata serta peningkatan kualitas pertunjukan dilakukan secara kontinyu, termasuk evaluasi berkala bersama para seniman.

“Melalui upaya ini, GWK Cultural Park berharap dapat menjangkau wisatawan mancanegara, utamanya dari beberapa negara seperti India, Taiwan, Australia maupun negara-negara Eropa yang selama ini menjadi market potensial bagi industri pariwisata Bali,” tambah Rossie. [B/*/puspa]

Related post