Ida Bagus Kartika: Tukang Ugal Lawas Peka Membaca Situasi, Hidupkan Drama
Ida Bagus Kartika tukang ugal drama gong lawas/Foto: darma
MASIH ingat kemasyuran Drama Gong Bara Budaya dan Drama Gong Sancaya Dwipa? Mungkin tak banyak yang mengetahui, dibalik ketenaran seni pertunjukan Bali, memadukan unsur-unsur seni teater tradisional Bali dengan drama modern adalah Ida Bagus Kartika.
Pria kelahiran Banjar Apuan, Bangli, 29 Mei 1969 itu berperan sebagai tukang ugal dalam setiap pementasan drama gong tersebut. Aksinya selalu seksi, sebagai seorang pemain gamelan yang berperan sebagai pemimpin irama dan penentu dinamika musik itu.
Ia memainkan gangsa, seperti juru mat (dirigent) yang memang kaya gaya. Wajahnya selalu sigap, matanya tajam yang mengangkat pangul tinggi-tinggi dan terkadang memutar-mutatnya bahai seorang aktobatik.
Ida Bagus Kartika memang memiliki peran penting dalam mengatur irama dan suasana pementasan. Ia juga selalu peka terhadap situasi dan kondisi yang sedang terjadi dalam drama gong untuk memastikan musik yang dimainkan sesuai dengan suasana cerita.
“Saya menggeluti instrumen gamelan ugal sejak mengikuti festival gong kebyar pada tahun 1988 silam, lalu menjadi penabuh Drama Gong Bara Budaya berperan sebagai tukang ugal,” ucapnya disela-sela latihan Drama Gong Lawas di Puri Gandapura, belum lama ini.
Sayangnya Drama Bara Budaya kemudian pecah. Ia kemudian bergabung bersama Drama Gong Sancaya Dwipa hingga 15 tahun lamanya. “Saya kini ikut bergabung di Paguyuban Drama Gong Lawas, tetap sebagai tukang ugal dan memainkan gamelan gong kebyar itu,” ucapnya polos.
Ida Bagus Kartika selama 37 tahun menggeluti instrumen gamelan Ugal, maka tak heran ia kemudian dijuluki sebagai tukang ugal lawas.
Sosok penabuh legendaris ini selalu menjadi sorotan pecinta seni gamelan tradisional. Ia selalu energik, sehingga menjadi daya tarik penonton drama gong lawas. Apalagi, instrumen yang dimainkannya tersebut sebagai pengatur tempo selalu menjadi perhatian.
Instrumen ugal merupakan instrumen gong yang memiliki peran sentral dalam memandu jalannya musik drama gong. Tukang ugal harus mengetahui situasi dan kondisi yang sedang diperankan oleh pemeran drama gong.
Alunan musik gamelan gong mesti seirama dengan situasi dan kondisi yang sedang terjadi. “Di sinilah tukang ugal dituntut untuk peka membaca situasi agar musik tabuh yang diberikan tidak menoton,” paparnya bangga.
Menurutnya tukang ugal dengan pemain drama itu saling mengisi dan saling memahami. “Antara pemain drama dan tukang ugal itu bagaikan suami istri yang saling memahami. Tukang ugal harus tau ‘rasa’ pemain dramanya,” ucapnya.
Dengan begitu, suasana apa yang dirasakan pemain harus nyambung dengan pemain ugal. “Bagaikan suami istri ini, kalau nggak seperti itu gak hidup dramanya,” ujarnya di Sekretariat Paguyuban Peduli Seni Drama Gong Lawas itu. [B/darma]

Balihbalihan merupakan website yang membahas seputar informasi pariwisata dan seni budaya di Bali