Mendokumentasikan Tanaman Obat Tradisional di Desa Guwang dengan Metoda Scanografi

 Mendokumentasikan Tanaman Obat Tradisional di Desa Guwang dengan Metoda Scanografi

Mendokumentasikan Tanaman Obat Tradisional di Desa Guwang dengan Metoda Scanografi/Foto: ist

PROGRAM “Mendokumentasikan Tanaman Obat Tradisional di Desa Guwang dengan Metoda Scanografi” lahir dari ide untuk menggali kembali dan menambah pengetahuan anak-anak tentang potensi dan kegunaan tanaman yang ada di lingkungan sekitar.

Program ini disupport oleh Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XV, Wilayah Kerja Bali dan Nusa Tenggara Barat. Program ini juga dirancang untuk mendekatkan komunikasi antar generasi, komunikasi anak dan orang tua atau pun kakek dan neneknya.

Anak-anakpun secara tidak langsung akan belajar tentang interaksi sosial, ketika mereka meminta tanaman pada teman, tetangga, ataupun tanaman di sawah-sawah yang dilewati saat susur sawah.

Metoda yang digunakan dalam pendokumentasian ini adalah dengan teknik scanogarfi. Apa itu Scanografi? Scanografi / dokumentasi scanografi adalah proses merekam gambar digital dari objek datar menggunakan pemindai (scanner) datar, dengan tujuan menciptakan karya seni yang dapat dicetak. Istilah ini juga dikenal sebagai fotografi pemindai.

Baca Juga:  Kampus Perhotelan dan Kapal Pesiar “Monarch Bali Dalung” Gelar “Jalinan Kasih” di Bulan Kasih Sayang

Program Pendokumentasian Tanaman Obat Tradisional, yang dilanjutkan dengan pameran ini, dilaksanakan dengan dua tahapan yaitu workshop dan pameran.

Untuk workshop, pada hari pertama, anak-anak dikumpulkan di halaman Kulidan Space, kemudian mereka dijelaskan tentang tujuan program yaitu untuk mengumpulkan tanaman obat tradisional yang ditemui selama perjalanan susur sawah di Subak Kulidan.

Acara susur sawah ditemani oleh I Komang Adiartha dan Bapak Landep, seorang petani dan penduduk lokal yang memiliki pengetahuan tentang tanaman herbal di Subak Kulidan, Desa Guwang.

Mendokumentasikan Tanaman Obat Tradisional di Desa Guwang dengan Metoda Scanografi/Foto: ist

Landep memang mengetahui jenis-jenis tanaman itu dari mendengarkan cerita ayahnya juga dari penduduk desa. Banyak tanaman yang sebelumnya tahu namanya, tetapi tidak tahu wujudnya. Maka ia sering menanyakan dan minta ditunjukan tanaman tersebut dari warga yang lebih tua.

Baca Juga:  Paguyuban Kandapat Maknai hari Kasih Sayang Bagikan Masker dan Nasi Jinggo Gratis Untuk Masyarakat Dimasa Pandemi

Keluarga Landep pernah membuat sayur yang tidak sengaja terdapat tanaman sejenis perdu yang membuat lancar buang air besar, kemudian dia tahu nama tanaman tersebut adalah “tanaman perdu urus-urus” atau lebih dikenal tanaman “kate mas atau daun suduk mentul”.

Setelah selesai susur sawah dan menemukan beberapa tanaman herbal, workshop dilanjutkan dengan pemaparan teknik dan metoda scanografi dalam pendokumentasian objek. Program dilanjutkan dengan melakukan scan terhadap tanaman yang ditemukan selama perjalanan susur sawah.

Pendokumentasian tanaman ini dikaitkan dengan seni rupa, anak-anak diajak “bermain-main” dengan mengkomposisikan tanaman tersebut dengan mainan yang dibawa oleh anak-anak peserta program.

Hari berikutnya, anak-anak membawa tanaman obat tradisional yang ada di rumahnya atau di pekarangan tetangganya. Kegiatan ini, untuk menghidupkan kembali ingatan akan tanaman yang pernah dipakai oleh orang tuanya atau kakek neneknya saat mereka sakit atau saat pencegahan.

Baca Juga:  Made Kaek Pameran Tunggal di Jimbaran Hub, Tampilkan 48 Karya Periode 2019-2021

Ada salah satu anak mendapat cerita, ketika neneknya membuat loloh kayu manis, saat neneknya sedang batuk atau tidak enak badan. Kegiatan ini juga menghidupkan kembali komunikasi yang intim antara anak dan keluarganya.

Anak-anak langsung diajak menscan tanaman yang dibawa dan dipadukan dengan tanaman yang dibawa teman-temannya, untuk dikomposisikan menjadi sebuah karya visual. Selain tanaman yang dibawa, anak-anak juga bebas mencari tanaman yang ada di sekitar kebun Kulidan.

Dalam proses produksi scan tanaman, anak-anak didampingi oleh mentor Vifick Bolang, seorang fotografer professional yang mulai tertarik dengan teknik scanografi saat dia mengikuti residensi di Yogyakarta beberapa tahun silam.

“Tanaman obat tradisional yang kami dokumentasikan adalah tanaman yang dibawa anak-anak peserta workshop, cerita para petani dan tetua yang kami tanyakan di desa,” kata I Komang Adiartha, Koordinator Program Dokumentasi Tanaman Obat Tradisional di Desa Guwang melalui Scanografi.

Baca Juga:  Pemuteran Bay Fest 2023: “Bhakti Baruna” - Keindahan, Konservasi, dan Kebudayaan

Untuk memperkuat pengetahuan, Komang Adiartha mencari referensi dari tulisan jurnal ilmiah SANJIWANI: Jurnal Filsafat Vol. 12 No. 1, Maret 2021. Di sana menemukan bahwa salah satu lontar yang membahas tentang tanaman obat adalah lontar taru pramana.

Lontar Taru Pramana adalah naskah kuno Bali yang berisi pengetahuan tentang pengobatan tradisional menggunakan tumbuhan obat. Naskah ini memuat informasi tentang 168 jenis tumbuhan yang bisa digunakan sebagai obat, lengkap dengan cara pengolahannya.

“Taru” berarti pohon atau tumbuhan, dan “Pramana” berarti kekuatan atau khasiat, sehingga Taru Pramana secara harfiah berarti tumbuhan yang memiliki khasiat obat.

Baca Juga:  “Weringin Art Klub Spirit of Bali” Wadah Seniman Seni Rupa di Tabanan

Lontar Taru Pramana, menjelaskan berbagai cara pengolahan tumbuhan obat, seperti:

Loloh/Jamu: Cairan pekat yang diminum.

Sembar/Simhuh: Ramuan yang dikunyah lalu diludahkan pada bagian yang sakit.

Boreh/Lulur: Ramuan yang dihaluskan dan dibalurkan pada bagian yang sakit.

Tutuh: Ramuan yang diperas atau digiling, lalu diteteskan atau dihirup.

Tempel: Ramuan yang ditempelkan pada bagian yang sakit.

Ses: Ramuan yang dikompreskan pada bagian yang sakit.

Baca Juga:  Inagurasi Teatrikal “Tejarasmi”. Walikota Jaya Negara Bermain Kendang Buka Denfest Ke-15

Dari kegiatan mendokumentasikan akhirnya menemukan sekitar 50an jenis tanaman obat yang ada di Desa Guwang, Sukawati, Kabupaten Gianyar. Temuan awal ini baru berupa dokumentasi tanamannya, tentang manfaatnya didapat dari studi literatur, baik literatur online ataupun jurnal ilmiah.

Menumbuhkan kembali relasi anak-anak

Melalui “Pameran Herbalova”, pengetahuan yang semula bersifat lisan dan tersebar mulai terdokumentasi dan divisualisasikan dengan pendekatan kreatif. Lebih dari sekadar program pameran, kegiatan ini menumbuhkan kembali relasi anak-anak dengan tanah, tradisi dan komunitasnya, serta mengangkat nilai-nilai lokal dalam bahasa visual yang baru.

“Herbalova” bukan hanya pameran seni dan dokumentasi, tetapi juga ruang pertemuan antara generasi, tradisi dan teknologi. Melalui keterlibatan anak-anak dan penggunaan media scanografi, tanaman herbal yang dahulu hadir dalam diam kini bersuara melalui visual dan cerita.

Program ini merupakan langkah kecil untuk merawat warisan besar “pengetahuan lokal yang hidup di Palemahan Desa”. [rls]

Related post