Tradisi ‘Metimpugan Tipat Bantal’ di Desa Adat Padang Luwih

 Tradisi ‘Metimpugan Tipat Bantal’ di Desa Adat Padang Luwih

Tradisi Metimpugan Tipat Bantal diawali dengan sembahyang bersama/Foto: dok.hms Badung

SATU lagi tradisi unik merupakan warisan leluhur yang masih lestari. Tradisi itu bernama, Metimpugan Tipat Bantal yang dilaksanakan krama Desa Adat Padang Luwih, Desa Dalung, Kecamatan Kuta Utara tepat pada purnama sasih kapat, Senin 6 Oktober 2025.

Tradisi Metimpugan Tipat Bantal itu beralangsung di Pura Desa dan Puseh, Desa Adat Padang Luwih. Tradisi ini dilaksanakan secara turun temurun ini sebagai wujud rasa syukur dan terima kasih atas anugerah, kemakmuran dan kesejahteraan bagi krama yang dulunya sebagai petani.

Tradisi Metimpugan Tipat Bantal, dihadiri Wakil Bupati (Wabup) Badung, Bagus Alit Sucipta didampingi Camat Kuta Utara I Putu Eka Permana, Perwakilan Dinas Kebudayaan Badung, Bendesa Adat Padang Luwih I Ketut Adi Ardana, dan Perbekel Dalung I Gede Putu Arif Wiratya.

Wabup Bagus Alit Sucipta mengikuti tradisi, mulai dari persembahyangan, lalu megibung (makan bersama) dan metimpugan tipat bantal yang digelar di jalan raya Padang Luwih depan Pura Desa dan Puseh Padang Luwih.

Baca Juga:  "Krama Istri" Nyatwa di Gedung Ksirarnawa

Wabup Bagus Alit Sucipta sangat mengapresiasi dan mendukung tradisi metimpugan tipat bantal sebagai warisan leluhur yang patut dilestarikan. Tradisi ini juga sejalan dengan komitmen dan prioritas pembangunan di Badung dalam upaya melestarikan seni, adat, agama, tradisi dan budaya.

“Kami pemerintah badung sangat mendukung tradisi ini sebagai pelestarian adat dan budaya. Semoga tetap lestari dan krama mendapat merta dan kemakmuran,” terang Wabup Alit Sucipta yang dilanjutkan menghaturkan dana punia sebesar 15 juta.

Sementara Bendesa Adat Padang Luwih Ketut Adi Ardana mengatakan, tradisi metimpugan tipat bantal dilaksanakan setiap setahun sekali bertepatan dengan Purnama Kapat. Dulu masyarakat Padang Luwih beraktivitas sebagai petani, namun sekarang wilayah Padang Luwih sudah menjadi pemukiman.

Meskipun demikian masyarakat Padang Luwih tetap mengajegkan dan melestarikan warisan leluhur melalui tradisi metimpugan tipat bantal. Prosesi diawali dengan krama desa adat ngaturang soda yang isinya tipat sirikan dan bantal sebagai simbul purusa dan predana.

Baca Juga:  Pembawa Tedung, Bandrang dan Cane dalam Lomba Baleganjur, Dulu Pasif Kini Berperran Aktif

Diyakini bertemunya energi ini akan melahirkan kemakmuran dan kesejahteraan bagi krama desa adat. Dilanjutkan sembah bakti dan megibung dari para yowana sebagai wujud semangat, bersama-sama dan bergotong-royong serta suka cita yang dilaksanakan di pelataran Pura.

Setelah megibung, puncaknya adalah metimpugan tipat bantal. Yowana dibagi dua kelompok di sisi Utara dan Selatan yang saling melempar tipat dan bantal. “Tradisi ini tetap kami laksanakan yang bertujuan nunas wara nugraha, keselamatan serta kemakmuran krama desa adat Padang Luwih,” pungkasnya. [B/rls]

Related post