Utsawa Dharma Gita 2025, Dimeriahkan dari Berbagai Jenjang Usia

 Utsawa Dharma Gita 2025, Dimeriahkan dari Berbagai Jenjang Usia

Utsawa Dharma Gita 2025 dimeriahkan peserta dari berbagai jenjang usia/Foto: darma

TEMBANG-tembang spiritual berkumandang di setiap panggung di Arta Center, Taman Budaya Bali, Sabtu 25 Oktober 2025. Mulai dari Gedung Ksirarnawa, Kalangan Angsoka, Ayodya hingga Perpustakaan Daerah Bali hanya mendengar ayat-ayat suci yang manis.

Itulah pelaksanaan Utsawa Dharma Gita (UDG) XXXII Provinsi Bali, di hari kedua. Para peserta dari berbagai jenjang usia — anak-anak, remaja hingga dewasa — menampilkan kemampuan terbaik para duta dari kabupaten dan kota di Bali di berbagai arena lomba.

Mulai dari lomba Membaca Sloka, Dharmawiwada, Palawakya, Kakawin, hingga Dharmawacana Bahasa Inggris. Lomba tersebut berlangsung semarak dan penuh kreativitas yang telah disiapkan oleh masing-masing peserta.

Menariknya, di saat waktu istirahat, tepat jam makan siang, lomba dihentikan dan diisi dengan hiburan interaktif yang inovatif. Pada saat itu, penari dari grup Duo Liku yang tampil semakin memeriahkan suasana. Usai acara hiburan, lomba pun berlanjut.

Baca Juga:  Selamat Jalan Putu Sulastri, Tokoh Galuh Liku Drama Gong Bintang Bali Timur

“Pelaksanaan UDG tahun 2025 ini menunjukkan peningkatan kualitas yang signifikan, baik dari segi materi maupun penampilan peserta,” kata Guru besar Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana, Prof. Dr. Drs. I Nyoman Suarka, M.Hum., yang juga kurator UDG XXXII.

Menurutnya, kualitas vokal peserta meningkat pesat. Mereka sudah memahami teknik suara sesuai jenis lomba — dari geguritan, kidung hingga kakawin. Secara pakem dan kaidah sastra, peserta juga makin matang.

Menurut Prof. Suarka, peningkatan ini menunjukkan pemahaman peserta terhadap tiga aspek penting dalam dharmagita, yakni nawang (pengetahuan), bisa (keterampilan), dan dadi (pengamalan).

“Ketiganya sudah tampak pada peserta dari berbagai kabupaten dan kota. Persaingan pun sangat ketat, karena selisih nilai antarpeserta di tiap kategori begitu tipis,” imbuh Prof. Suarka.

Baca Juga:  Penuh Kreativitas Lomba Baleganjur Witning Kelangon Se-Bali di GWK

Meski kualitas meningkat, dari sisi kuantitas terjadi penurunan. Beberapa kabupaten/kota tidak mengirimkan peserta lengkap di semua kategori.

“Ini lebih karena faktor efisiensi anggaran di daerah. Padahal animo masyarakat sangat tinggi, banyak yang ingin ikut semua bidang lomba,” ungkapnya.

Prof. Suarka mengatakan tema “Jagat Kerthi Pramana Ning Bhawana” (Pemuliaan Alam Semesta), membuktikan UDG XXXII tak sekadar ajang lomba, tapi juga menjadi media refleksi spiritual dan ekologis.

Melalui karya sastra suci seperti Lontar Wrhaspati Kalpa, para peserta diajak memahami konsep panunggalan — kesatuan antara manusia dan alam semesta.

Baca Juga:  “Sangaskara: Abimatrana Tirtha Dakara” di FSBJ Ke-4 Komunitas Seni Arjuna Production Garap Fungsi Air Bagi Masyarakat Bali

“Sastra menjadi jalan untuk mengenali kembali hubungan harmonis manusia dengan alam. Alam adalah cerminan manusia, dan lewat dharmagita kita belajar menjaga keseimbangannya,” tutur Prof. Suarka.

Ia menilai sastra memiliki peran penting dalam mengembalikan kesadaran ekologis di tengah maraknya alih fungsi lahan dan eksploitasi sumber daya alam.

“Sastra itu mencerahkan. Melalui dharmagita, generasi muda diajak eling dan belajar bahwa alam bukan objek, melainkan subjek yang harus dihormati,” tegasnya.

Semangat itu pula yang dirasakan peserta muda seperti I Gede Wayu Putraya Pasek Panitan Pertama dari SMPN 2 Amlapura.

Baca Juga:  I Nyoman Winarta Miliki 29 Lontar, 9 Teridentifikasi Sisanya Rusak

“Saya senang bisa ikut UDG. Ajang ini membuat saya bisa mengembangkan minat di bidang sastra dan bahasa Bali, sekaligus ikut melestarikan budaya kita,” ujarnya penuh semangat.

Melalui UDG XXXII, Bali tak hanya merayakan seni dan spiritualitas, tetapi juga menanamkan kesadaran baru: bahwa menjaga alam bisa dimulai dari lantunan sastra — malajah sambilang magending, magending sambilang malajah — belajar sambil bernyanyi, bernyanyi sambil belajar tentang kesucian semesta. [B/darma]

Related post