Tari Siwa Nataraja Diiringi Gong Guwung Gumi Akan Awali Peed Aya PKB Ke-47

 Tari Siwa Nataraja Diiringi Gong Guwung Gumi Akan Awali Peed Aya PKB Ke-47

Tari Siwa Nataraja diiringi Gong Guwung Gumi garapan ISI Bali awali Peed Aya PKB Ke-47/Foto: sana

TARI Siwa Nataraja sebagai lambang sakral pembuka Pesta Kasenian Bali (PKB) bakal mengawali Peed Aya (pawai) Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-47. Garapan tari kolosal yang disajikan Insititut Seni Indonesia (ISI) Bali ini menggunakan barungan Gong Guwung Gumi.

Garapan tari dengan menggunakan property menyerupai penjor dengan berbagai hiasan unik itu akan dimulai setelah pawai pembukaan yang rencananya dilepas oleh Menteri Kebudayaan Republik Indonesia, Fadli Zon dengan membunyikan kulkul.

Seperti itulah gambaran pemantapan persiapan pembukaan Peed Aya oleh Dinas Kebudayaan Provinsi Bali di depan Monumen Perjuangan Rakyat Bali Bajra Sandhi Renon, Jumat 20 Juni 2025. Kegiatan gladi bersih Peed Aya itu dilakukan seperti pentas aslinya, hanya tanpa rias.

Selanjutnya, peserta pawai dari 9 kabupaten dan kota di Bali menampilkan atraksi terbaik mereka dalam pawai yang menjadi simbol kebangkitan kreativitas dan identitas budaya Bali. Setiap peserta mendapat waktu 10 menit untuk unjuk karya di hadapan tamu kehormatan.

Baca Juga:  Pj. Gubernur Meletakan Globe di Atas Bedawang Nala, Bulan Bahasa Bali VII Dimulai

Setelah garapan Tari Siwa Nataraja yang tampil dengan simbol-simbol dan kaya makna itu, dilanjutkan dengan duta Kabupaten Karangasem, Jembrana, Buleleng, Bangli, Klungkung, Tabanan, Gianyar, Kota Denpasar, dan ditutup dengan duta seni Kabupaten Badung.

Rute Peed Aya mengalir mengikuti arah purwa daksina (searah jarum jam), dimulai dari simpang tiga Jl. Ir. H. Juanda dan Jl. Raya Luputan, dengan start utama tepat di depan ujung timur panggung kehormatan pertama, dan berakhir di depan Kantor Kemenkeu Wilayah Bali.

Menyaksikan gladi tersebut, maka bisa dibayangkan pembukaan Peed Aya dengan hiruk pikuk seni budaya Bali itu akan semakin bergema. Gladi ini menjadi pemanasan menjelang puncak perayaan seni tahunan yang akan dibuka secara resmi, besok, Sabtu 21 Juni 2025.

Tari Siwa Nataraja diiringi Gong Guwung Gumi garapan ISI Bali awali Peed Aya PKB Ke-47/Foto: sana

“Gladi ini sangat penting untuk menyelaraskan waktu dan koordinasi teknis, karena pelaksanaan pawai dan pembukaan PKB berlangsung di dua titik terpisah,” kata Kepala Dinas Kebudayan (Kadisbud) Bali, I Gede Arya Sugiartha disela-sela acara gadi tersebut.

Baca Juga:  Belajar Seni Kekebyaran Karya Maestro I Wayan Rindi di PKB XLVI

Pelepasan pawai Peed Aya mulai pukul 14.00 WITA di depan Monumen Perjuangan Rakyat Bali Bajra Sandhi Renon, lalu pembukaan PKB ke-47 secara resmi dilakukan pukul 20.00 WITA di Panggung Terbuka Ardha Candra, Taman Budaya.

Kadisbud Arya Sugiartha mengatakan, garapan seni yang disajikan dalam pawai Peed Aya ini sesuai dengan tema PKB ke-47 “Jagat Kerthi Lokahita Samudaya” yakni menjaga harmoni semesta untuk kesejahteraan dengan menampilkan kekhasan desa adat di Bali.

Artinya, semua peserta pawai mengimplemtasikan garapan yang mengacu pada tema tersebut. Termasuk, garapan ISI Bali yang menggunakan Gamelan Guwung Gumi yang mana semua pencon itu melambangkan gong, dan gong itu melambangkan bumi alam semesta.

Lalu, Tari Siwa Nataraja ini melambangkan jagat raya, sama dengan lambang PKB serta sesuai dengan lambang tematik PKB tahun ini. Demikian halnya, garapan kabupaten dan kota menyajikan garapan tematik yang berbasis kan desa adat.

Baca Juga:  Warna-Warni Imajinasi Anak SD Ramaikan PKB ke-47

Dalam konteks kebudayaan, jelas Kadisbud Arya Sugiartha, desa adat dapat dianggap sebagai “dunia kecil” (bhuana alit) karena desa adat memiliki sistem nilai, norma, dan praktik-praktik budaya yang khas dan unik yang membentuk identitas dan cara hidup masyarakatnya.

Garapan seni kabupaten dan kota, khusus garapan tematik menampilkan seni yang berbasiskan desa adat. “Keunikan yang menjadi ciri khas di desa adat itulah yang ditampilkan dalam Peed Aya ini,” papar mantan Rektor ISI Bali itu.

Peed Aya duta Kabupaten Karangasem yang menampilkan kreasi rarejangan yang terinspirasi dari Rejang Kuningan yang ada di Karangasem. Sedangkan garapan potensi adat ditampilkan tradisi Dangsil, Desa Adat Culik yang diiringi gamelan barungan madya. Atraksi tematiknya menampilkan garapan kreasi baru “Jempana Masolah” yang diiringi gamelan barungan besar.

Tari Siwa Nataraja diiringi Gong Guwung Gumi garapan ISI Bali awali Peed Aya PKB Ke-47/Foto: sana

Peed Aya duta dari Kabupaten Jembrana yang menyajikan tari kreasi Pajogedan Desa Pendem yang diiringi gamelan Berko. Untuk garapan potensi desa adat ditampilkan Rejang Busana Desa Adat Pendem diiringi gamelan barungan madya. Sedangkan, atraksi tematik dipentaskan garapan kreasi baru “Jimbarwana” yang diiringi gamelan barungan besar.

Baca Juga:  Siapkan Sekehe Terbaik, Kota Denpasar Ikuti Seluruh Materi PKB XLVII

Peed Aya duta Kabupaten Buleleng menampilkan tarian kreasi yang terinspirasi dari Deeng Buleleng. Untuk garapan potensi desa adat dipentaskan Desa Adat Pedawa dan atraksi tematik “Tradisi Sabha Malunin yang diiringi gamelan barungan besar.

Peed Aya duta Kabupaten Bangli yang menampilkan Tari akreasi Barong Brutuk dengan garapan potensi desa adat tradisi Purwa Sancaya, Nungdung dan Pepet, Desa Adat Sukawana yang diiringi gamelan barungan madya. Sedangkan, atraksi tematik dipentaskan garapan kreasi baru “Jaya Pangus Anglanglang Mandala Nirwana” yang diiringi gamelan barungan besar.

Peed Aya dari duta Kabupaten Klungkung yang menampilkan tarian kreasi bebarisan yang terinspirasi dari Tari Baris Oncer Gana. Untuk garapan potensi desa adat ditampilkan dari Desa Adat Klungkung. Sedangkan atraksi tematik dipentaskan fragmentari berjudul “Manunggaling Kaula Gusti” yang mengisahkan puncak kejayaan Ida Dalem Waturenggong.

Peed Aya duta dari Kabupaten Tabanan menampilkan tarian kreasi bebarisan yang terinspirasi dari Baris Memedi/Baris Katujeng. Garapan potensi desa adat dari Desa Adat Wongaya Gede dengan atraksi tematik kreasi baru bertemakan “Subak” disertai garapan Tari Sanghyang Sampat yang diiringi gamelan barungan besar.

Baca Juga:  PKB XLVII Angkat Tema 'Jagat Kerthi': Ajakan Merawat Alam dan Budaya

Peed Aya dari duta Kabupaten Gianyar yang menampilkan tari kreasi Palegongan yang terinspirasi dari Tari Palegongan yang berkembang. Garapan potensi desa adat dipersembahkan dari desa adat Singkerta, Ubud dengan atraksi tematik berjudul “Siat Sambuk” yang diiringi gamelan barungan besar.

Peed Aya Kota Denpasar menampilkan tari kreasi Patopengan yang terinspirasi dari segala jenis topeng yang berkembang di Kota Denpasar. Sedangkan, atraksi tematik ditampilkan “Ngerebong”, garapan dari Desa Adat Kesiman.

Peed Aya dari Kabupaten Badung menjadi penutup pementasan, menampilkan sajian seni berjudul “Perang Untek: Pusaka Agraris Desa Kiadan Kabupaten Badung” yang diiringi gamelan barungan besar.

“Pada pembukaan pawai, sejumlah pejabat negara dijadwalkan hadir, seperti Menteri Pariwisata, Wakil Menparekraf, Mensesneg, hingga Mendagri yang masih menunggu konfirmasi kehadiran langsung,” ucap Kadisbud Arya Sugiartha.

Baca Juga:  Taksu Jagaraga, Pameran Asosiasi Seniman Singapadu di ARMA Ubud

Penarik pada pelaksanaan Peed Aya kali ini, panitia memberi perhatian lebih kepada kenyamanan penonton. Disbud Bali menyiapkan tribun penonton berkapasitas 2.500 orang, membentang dari timur ke barat panggung kehormatan. Langkah ini sebagai bentuk kesetaraan dan penghormatan terhadap masyarakat.

“Kami ingin semua merasa dihargai. Tidak hanya pejabat yang duduk nyaman. Penonton pun harus dapat fasilitas yang layak. Ini perintah langsung Pak Gubernur agar PKB jadi ruang milik semua lapisan,” tegas Kadisbud Arya Sugiartha. [B/sana]

Related post