Suara Alam dan Tradisi ‘Gerebeg Bikul’ di Desa Apuan, Dalam Garapan Seni Tabuh dan Tari di PKB Ke-47

 Suara Alam dan Tradisi ‘Gerebeg Bikul’ di Desa Apuan, Dalam Garapan Seni Tabuh dan Tari di PKB Ke-47

Komunitas Seni Sari Sentana tampilkan Tabuh “Kulicak” dan Tari “Ngerebeg Bikul” di PKB ke-47/Foto: ist

PENGUNJUNG Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-47 dibuat terpesona dengan penampilan Tabuh “Kulicak” dan Tari “Ngerebeg Bikul” yang disajikan oleh dari Komunitas Seni Sari Sentana, Banjar Apuan, Desa Apuan, Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan, Sabtu 5 Juli 2025.

Saat tampil di Kalangan Angsoka, Taman Budaya Bali, komunitas seni yang didukung anak-anak muda ini mengangkat karya seni yang bertema keindahan alam, hingga fenomena yang terjadi di jaman ini. Karya seni yang ditata apik itu, sungguh menghibur dan mengedukasi.

Sekitar dua jam, seniman muda dari desa sejuk itu menyuguhkan garapan Tabuh Petegak “Kulicak” dan Tari “Ngerebeg Bikul”. Tabuh Kulicak lahir dari inspirasi suara alam, khususnya kicauan burung kulicak yang riang, lincah, dan berirama alami.

Sementara Tradisi Ngerebeg Bikul lahir dari pengalaman nyata masyarakat setempat pada tahun 50-an, ketika itu desa mengalami gagal panen akibat serangan hama tikus yang merusak tanaman persawahan dan perkebunan. Tradisi tersebut kemudian dilaksanakan untuk menetralisir alam.

Baca Juga:  Mengangkat Tradisi Lokal, Teater Ombak Tampil Memukau dengan 'Bulan Kuning'

Kedua garapan seni diperkuat 50 orang penari dan penabuh serta seorang dalang yang membawa tabuh pelegongan klasik Kulicak dengan menggunakan gamelan Semar Pegulingan. Nada-nada ditata menjadi gending yang sangat indah, terkesan berbeda, namun tetap ada ruh tradisional.

“Kami menyampaikan apresiasi kepada Pemerintah Provinsi Bali dan Pemkab Tabanan yang memberikan kesempatan pentas di ajang PKB,” kata Pimpinan Komunitas Seni Sari Sentana Apuan sekaligus Pembina Tabuh, Nyoman Mas Prema Ganda alias Mang Angin.

Mang Angin mengatakan, Kulicak merupakan sebuah tabuh petegak pelegongan klasik yang lahir pada era70-an. Tabuh ini diciptakan oleh sang maestro tabuh, I Gusti Putu Made Geria, yang merupakan murid dari seniman legendaris, I Wayan Lotring.

Tabuh Kulicak lahir dari inspirasi suara alam, khususnya kicauan burung kulicak yang riang, lincah, dan berirama alami. Suasana ini dituangkan secara musikal ke dalam komposisi yang memperlihatkan keindahan dialog antara instrumen-instrumen gamelan, permainan tempo, dan dinamika yang kaya.

Baca Juga:  Di Bulan Bahasa Bali, Sanggar Seni Kebo Iwa Sajikan “Kawisesan Mahosadhilata”

“Secara struktur dan gaya garapan, Kulicak memiliki kedekatan dengan karya-karya monumental lainnya yang lahir di era yang sama, seperti Bintang Siang, Cingkrem, Kesiar, Kompyang, dan sebagainya,” ungkap Mang Angin serius.

Karya ini pertama kali dipentaskan oleh tim kesenian RRI Denpasar, lembaga penyiaran yang pada masa itu turut berperan dalam mendokumentasikan dan memperkenalkan seni-seni tradisional Bali ke khalayak luas.

“Pada kesempatan ini, Komunitas Seni Sari Sentana, Desa Adat Apuan membawakan tabuh pelegongan klasik Kulicak dengan menggunakan media ungkap gamelan Semar Pegulingan, dalam rangka Pesta Kesenian Bali ke-46 tahun 2025,” jelasnya.

Lalu, Tari “Ngerebeg Bikul” salah satu tradisi adat unik di Desa Apuan, Kecamatan Baturiti. Tradisi Ngerebeg Bikul lahir dari pengalaman nyata masyarakat pada tahun 50-an, ketika itu desa mengalami gagal panen akibat serangan hama tikus merusak persawahan dan perkebunan.

Baca Juga:  Astra Roma Ballet Pergelarkan “BALLOON! (Komik)” di Festival Internasional Bali Padma Bhuwana II ISI Denpasar

Warga yang resah akhirnya menghadap pemimpin desa untuk memohon solusi dari masalah tersebut. Atas saran Sang Pemimpin, masyarakat melakukan matur pakeling ke Pura Khayangan Pucak yang terletak di ujung utara desa.

Pemimpin desa mengajak masyarakat menggelar upacara, tujuannya untuk memperoleh wahyu dari Ida Bhatara yang berstana di pura tersebut. Dari proses spiritual itu, Warga desa menerima pawisik agar masyarakat melaksanakan upacara ngerebeg atau Nangluk merana.

Upacara itu berlangsung di tengah tegalan, dengan diiringi bunyi-bunyian tek-tekan yang dilakukan beramai-ramai. “Inilah awal mula tradisi Ngerebeg Bikul yang dipercaya mampu menetralisir energi negatif dan menghalau hama secara niskala,” kata penata tari I Dewa Putu Kresna Riawan bersama I Putu Bagus Nuarsa dan I Made Rai Widana.

Karena memiliki komitmen melestarikan nilai-nilai luhur dari tradisi ini, maka Komunitas Seni Sari Sentana Banjar Apuan bersama Desa Adat Apuan berinisiatif menyajikan makna spiritual dan sosial Ngerebeg Bikul dalam bentuk seni pertunjukan inovatif.

Baca Juga:  I Wayan Suweca Seniman Karawitan Pencetus Penabuh Wanita dan Penggagas Lomba Gender Wayang

Garapan ini menggabungkan seni tari dan gamelan tradisional Semara Pagulingan. Pertunjukan ini dirancang dalam alur dramatik yang menggambarkan proses ritual, konflik batin masyarakat, hingga kehadiran kekuatan niskala melalui simbol dan ekspresi musikal.

Melalui kreativitas dan kolaborasi, pertunjukan ini tidak hanya menjadi media pelestarian budaya, tetapi juga bentuk edukasi kepada generasi muda akan pentingnya menjaga keseimbangan antara alam, manusia, dan unsur spiritual sesuai tradisi leluhur Desa Apuan. [B/sana]

Related post