Diskusi dan Bedah Buku “Seni Pasca Pandemi Seni untuk Kemanusiaan” DEDARI ART INSTITUTE & JKP BALI.

 Diskusi dan Bedah Buku “Seni Pasca Pandemi Seni untuk Kemanusiaan” DEDARI ART INSTITUTE & JKP BALI.

Salam Budaya

Sebuah acara pertemuan kali ini membahas seni pasca pandemi, seni untuk kemanusiaan yang diselenggarakan di Warung Mina, Senin 29 Agustus 2022. Acara ini di moderatori oleh Dr. Sahadewa yang diawali oleh sebuah memori dokumenta berbagi cerita, atau story telling, story teller, mengenai Pandemi, dan issue kesenian.

Sebuah fokus art and ceriti sebuah momen kehidupan manusia dalam masa pandemi. Adapun acara ini diawali dengan sebuah topik yang disampaikan oleh Hartanto yang menyampaikan priode dalam suatu ingat sejarah manusia melalui periode waktu.

Seni, selain merupakan suatu bahasa hidup, seni juga mampu mewakili sebuah kerja sosial di masyarakat, contohnya saat gempa di Yogyakarta, Hartanto menuturkan ada beberapa perupa Bali juga terlibat dalam kerja sosial dalam suatu bentuk pameran seni interaktif, perupa saat itu yang terlibat diantaranya I Wayan Suklu dan lain-lainnya, pada saat itu menghadirkan seni instalasi dengan judul air bersih.

Berlanjut dengan seni puisi Prof. Dr. I Wayan Dibia bercerita pengenalannya terhadap bahasa puisi yang telah dimulainya pada masa study sampai sekarang ditekuninya. Ia menuturkan pengalaman pribadi, yaitu modal sebagai sumber inspirasi, mengali endapan pikiran sebagai bahasa sederhana melalui bahasa sastra.

Prof. Dr. Nyoman Darma Putra menuturkan, pandemik harus dibahas sebagai bahasa seni, memiliki 2 arti 1 sebagai bencana, 2 kencana, misalnya Puputan Badung juga disebut sebagai bencana pada masa kolonial Belanda. Politik etis untuk mempromosikan Bali sebagai destinasi wisata pada saat paris Van Java, Bali mendapatkan suatu memori dari bencana menjadi kencana.

Dr. I Wayan Suklu melanjutkan dengan pengalaman pribadinya. Ia menuturkan bahwa memori proses kreatif di dalam dunia seni rupa memiliki proses secara priode waktu. Hal ini, tentunya erat seni dan kehidupan di tahun 1980 sebagai pencapaian dan sesuatu yang kering dan tidak terjawab dalam sisi kemanusiaan. Namun, pada tahun 1990, tahun 1980 Suklu mendapatkan suatu pencerahan. Melalui seni meditasi ialah prosesnya mendapatkan suatu bentuk healing melalui karya nya di tahun 1987.

Di tahun berikutnya, Suklu meriset soal seni meditatif lalu menemukan proses penciptaan, abstrak meditative. Dari hal tersebut menjawab seni pada masyarakat. Artistik menjadi modul kepada masyarakat, kegelisahan ruang megang sosial seni rupa, konsep seni yang interaktif. Menekankan pentingnya suatu riset dalam proses kreatif berkesenian, triping dengan dua metode, 1 melibatkan masyarakat, 2 no audiens. Dikatakan, seni dan kemanusiaan merupakan kesatuan yang dapat menyatu dalam proses terjadinya konsep penciptaan karya seni.

Di akhir acara, B Arif Budiman menyampaikan hubungan seni dengan kemanusiaan. Seni merupakan ciri manusia dengan kesenian, seni ciri khas manusia. Pandemi itu adalah kritik, kritik terhadap manusia, kemanusiaan terhadap antroposentris manusia menguasai dunia. Zaman antroposen zaman ketika manusia satu spesies yang bisa mempengaruhi terhadap Dunia, semuanya tidak selalu positif, kegiatan manusia bisa juga berdampak terhadap kehidupan. Artinya, seni dan kemanusiaan seni harus kritis terhadap kemanusiaan itu sendiri. Masa pandemi seni lebih jadi bermakna karena seni merupakan harapan. Seni adalah bentuk tertinggi harapan.

Baca Juga:  Doa dalam Pameran “Di Bawah Langit Kita Bersaudara”

Rangkaian acara ini secara keseluruhan lebih memberikan suatu perhatian terhadap lingkungan hidup hayati. Konsep budaya lokal terkadang masih baik untuk dikaji, seperti perihal adat istiadat di Bali, toleransi di Indonesia yang menekankan pada adanya berkesenian selain melahirkan sebuah karya dalam metode penciptaan. Kesenian juga memiliki konsep hidup yang luhur. Proses kreatif berkesenian juga merupakan bahasa yang hadir dalam jiwa jaman. Pandemik issues merupakan suatu kejadian yang memang tidak direncanakan secara moment pristiwa pandemik tentu memberikan suatu pelajaran alami mengenai lingkungan hidupini dan untuk menjadi lebih baik lagi bagi kemanusiaan. [B]

I Kadek Dedy Sumantra Yasa

Pelukis asal Apuan, Tabanan

Related post