Mencari Penyanyi “Gending Rare” Terbaik di Bulan Bahasa Bali Ke-5

 Mencari Penyanyi “Gending Rare” Terbaik di Bulan Bahasa Bali Ke-5

Peserta lomba Gending Rare dalam ajang Bulan Bahasa Bali ke-5.

Menyaksikan Wimbakara (Lomba) Gending Rare dalam ajang Bulan Bahasa Bali ke-5 di Gedung Ksirarnawa, Minggu 5 Januari 2023, kita tak akan ragu terhadap anak-anak dalam mencintai bahasa Bali. Mereka, berbahasa secara baik dan lugas, walau itu hanya dalam bentuk lagu. “Lomba Gending Rare tadi berjalan lancar. Saya memberikan apresiasi terhadap penampilan para peserta dalam menyanyikian lagu Bali. Ini langkah positif dalam upaya pelestarian bahasa dan sastra daerah Bali,” kata Dewan Juri, Ni Made Suarningsih,

Semua peserta tampil sangat baik, baik secara pelafalan, teknik ataupun penjiwaan dari setiap lagu yang dibawakan. Liriknya jelas, setiap kalimat atau kata yang dilantunkan terdengar dengan baik. Maksud dan pesan dalam gending yang dinyanyikan itu bisa sampai kepada penonton. Para peserta yang tampil tampak sudah berpengalam,an lomba, sehingga setiap katanya terdengar jelas hingga kata yang paling rumit sekalipun. Apalagi diisi dengan improvisasi sesuai dengan lagunya, membuat penampilan anak-anak ini semakin menarik.

Jumlah peserta sebanyak 19 peserta yang merupakan anak-anak setingkat Sekolah Dasar (SD). Masing-masing membawakan lagu wajib berjudul Juru Pencar dan lahu pilihan. Untuk lagu pilihan itu ada sebanyak 9 lagu, diantaranya Gending Putri Cening Ayu, Mejangeran, Sekara Emas, Dadong Dauh, dan Gending Mati Delod Pasih. Namun, dari semua lagu pilihan itu, lebih banyak peserta yang membawakan Gending Putri Cening Ayu, Mejangeran dan Sekara Emas. “Kami menilai vocal musikalisasi, lafalnya, bahasanya, ekspresi atau penghayatan dan penampilannya,” ucapnya.

Gending Rare
Foto bersama pemenang, dewan juri dan panitia lomba Gending Rare dalam ajang Bulan Bahasa Bali ke-5

Walau demikian, Suarningsih yang dosen Universitas Dwijendra ini menilai masih ada peserta yang lafalnya perlu ditingkatkan lagi. Ada pula peserta yang melakukan improvisasi secara berlebihan, sehingga dapat mengganggu kualitas vokalnya. “Ini kan lomba gending rare, sehingga vocal yang mendapat perhatian utama, baik kejelasan vokal, bahasa dan cengkoknya. Sementara yang lainnya hanya sebagai pendukung saja,” imbuhnya.

Baca Juga:  Drupadi Menggugat Kemapanan Kekuasaan Lelaki di Jakarta

Hal senada juga dikatakan dewan juri Luh Putu Liana Indayana Dewi. Ajang lomba ini sangat sangat menarik, karena melibatkan anak-anak setingkat SD, khususnya dalam upaya pelestarian aksara, bahasa dan sastra Bali. Mereka merupakan generasi yang akan melestarikan semua itu, sehingga sangat tepat diberikan sejak dini. “Acara tari sudah bagus. Pengemasan acara juga bagus, tetapi mungkin untuk lomba selanjutnya di bagi menjadi dua katergori, laki-laki dan perempuan, sehingga pemenang lebih banyak. Itu karena banyak yang bagus-bagus,” ucap penyanyi yang kini menjadi dokter itu. [B/*]

Balih

Balihbalihan merupakan website yang membahas seputar informasi pariwisata dan seni budaya di Bali

Related post