Penyuluh Bahasa Bali Identifikasi Lontar Milik Ketut Jenin di Jembrana

 Penyuluh Bahasa Bali Identifikasi Lontar Milik Ketut Jenin di Jembrana

Penyuluh Bahasa Bali identifikasi lontar milik Ketut Jenin di Jembrana/Foto: ist.

Ketut Jenin yang memiliki 19 cakep lontar, hanya 16 cakep lontar yang berhasil diidentifikasi Dinas Kebudayaan Provinsi Bali melalui Penyuluh Bahasa Bali Kabupaten Jembrana. Sisanya, sebanyak 3 cakep lontar itu tidak bisa diidentifikasi karena beberapa halamannya yang hilang.

Ketut Jenin yang tinggal di Banjar Taman, Desa Batuagung, Kecamatan Jembrana itu memang biasa membaca lontar, sehingga lontar sebagai warisan leluhurnya itu terawat dengan baik. Jero Mangku yang masih merupakan anggota keluarganya, juga biasa membaca lontar itu.

Identifikasi lontar Ketut Jenin itu dilakukan dengan Festival Konservasi Lontar serangkaian dengan pelaksanaan Bulan Bahasa Bali pada, Sabtu 10 Pebruari 2024. Tim penyuluh Bahasa Bali Kabupaten Jembrana turun bersama-sama melakukan upaya pelestarian budaya Bali itu.

Lontar-lontar tersebut dipekirakan sudah ada sekitar tahun 1930. Kondisi lontar tersebut masih dalam keadaan baik karena sering dibuka dan dibaca. Lontar yang tidak bisa teridentifikasi ada beberapa halamannya yang hilang, dan kondisi kurang baik.

“Kami sudah membersihkan, kemudian mencocokkan antara halaman yang lepas itu, ternyata masih ada yang kurang, sehingga mohon maaf ada 3 naskah lontar itu belum bisa diidentifikasi,” kata Koordinator Penyuluh Bahasa Bali Kabupaten jembrana, I Nengah Yoga Darma Adi Putra melalui pesan WhatsApp.

Sebanyak 16 lontar warisan Ketut Jenin yang sudah diidentifikasi terdiri dari, Lontar Usada Rare, ⁠Tingkahing Asasawahan, ⁠Plutuk Iwak Banten, ⁠Kusuma Dewa, ⁠Usada, ⁠Wariga Padewasan, ⁠Tutur Sundari Trus, ⁠Kuranta Bolong, ⁠Tegesin Bawara Jagat, ⁠Wariga, dan ⁠Sarascamuscaya.

Selain itu, ada pula Lontar ⁠Wariga Padewasan II, ⁠Padewasan, ⁠Kakawin Arjuna Wiwaha, ⁠Kawisesan dan ⁠lontar Pangraksa Urip. Semua jenis lontar tersebut, diupacaria setiap enam bulan sekali, tepatnya pada Hari Raya Saraswati. 

Tim penyuluh ini, tak hanya melakukan konservasi dan identidikasi lontar yang tersebar di masyarakat, tetapi juga memberikan teknik dan cara merawat dan melestarikan lontar yang ada. Dengan begitu, lontar menjadi lestari, sehingga nantinya dapat dipalajari oleh genersi penerus.

Baca Juga:  Yang Fest 2024: Mengeksplorasi Minat dan Bakat Pribadi Masyarakat Peguyangan

Setelah mendapat arahan dari Dinas Kebudayaan melalui Penyuluh Bahasa Bali itu, pemilik akan berusaha merawat secara mandiri, namun tetap meminta pendampingam dari Penyuluh Bahasa Bali. “Kami mengucapkan terima kasih kepada Tim Penyuluh yang merawat lontar ini,” ujarnya.

“Saya baru mengerti cara merawat lontar, sehingga akan berusaha merawat warisan leluhur kami. Kami berharap ilmu pengetahuan yang ada dalam lontar itu bisa ditutunkan kepada anak cucu kita,” harap Ketut Jenin. [B/*/darma).

Balih

Balihbalihan merupakan website yang membahas seputar informasi pariwisata dan seni budaya di Bali

Related post