Tiga Mahasiswa ISI Denpasar Pamerkan 31 Karya Seni di Maha Art Gallery

 Tiga Mahasiswa ISI Denpasar Pamerkan 31 Karya Seni di Maha Art Gallery

Tiga mahasiswa Program Studi Seni Murni, Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar menggelar pameran Tugas Akhir (TA) di Gujji Cafe (Maha Art Gallery) Renon, Denpasar. Mereka adalah Fiqih Hikmawan, Amandus Lionisius Epo dan Renata Ayu Kristina. Karya seni yang disajikan merupakan hasil dari program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) dengan mitra Seniman Made Budhiana. Karya seni itu mulai dipajang pada, Rabu 26 Januari 2022 bersamaan dengan jadwal ujian Tugas Akhir (TA) yang menjadi syaratnya.

Ada sebanyak 31 karya seni lukis dengan berbagai ukuran disajikan dalam pameran tersebut. Fiqih Hikmawan memajang 11 karya seni yang seirama dengan karya tulisnya berjudul “Ambiguitas Sebagai Inovasi Radikal Seni Dalam Penciptaan Karya seni Rupa Abstrak Ekspresionisme”. Sementara Amandus Lionisius Epo memajng 11 karya yang sesuai dengan judul “Belis Masyarakat Kabupaten Sikka, Flores, Nusa Tenggara Timur Sebagai Sumbert Inspirasi”. Sedangkan Renata Ayu Kristina hanya menyajikan 9 karya yang mengangkat tentamg zodiak terkait dengan elemen air.

Sebelumnya, ketiga seniman akademis ini, sebelumnya belajar pada seniman Drs. Made Budhiana selam 3 bulan. Masing-masing mahasiswa menyajikan karya dengan tema, gaya dan ukuran yang berbeda-beda. Karya-karya mereka tak hanya indah dipandang, tetapi juga sarat makna. Menyaksikan pameran itu, tak hanya mampu menciptakan rasa senang, tetapi juga sebagai ajang untuk edukasi, baik terkait dengan alam, hubungan antar manusia itu sediri serta budaya yang mesti dijaga dan lestarikan. Karya itu juga menebar energi positif yang berimbas pada prilaku yang baik.

Keberhasilan ketiga mahsiswa itu dalam belajar bersama mitra itu dibuktikan melalui evaluasi berupa ujian tugas akhir. Pada saat ujian ini melibatkan dosen penguji, pembimbing dan mitra, seperti Drs. Ketut Murdana, M.Sn, Drs I Wayan Gulendra, M.Sn, Drs. I Made Bendi Yudha, M.Sn, dan Dra. Ni Made Purnami Utami, M.Erg serta mitra Made Budhiana.

Baca Juga:  Dosen Pedalangan ISI Denpasar Lestarikan Wayang Wong di Banjar Pesalakan Gianyar

Ketut Murdana mengakui, MKBK ini merupakan luncuran program dari pusat maka sepatutnya ISI Denpasar mengikuti dan menjalankan sesuai dengan kemampuan. Dari proses akademi yang dilakukan bersama mitra, pembimbing dan mahasiswa selama 3 bulan ternyata hasil dari pada proses projek independen ini sangat berhasil. Hal itu dibuktikan dalam pameran yang sudah dilakukan secara maksimal. “Sebab secara kuntitatif, masing-masing diwajibkan membuat 6 karya, tetapi mereka mampu membutkan 9 karya, bahka lebih. Jenisnya juga besar dan juga bagus, sehingga secara kuantitatif dapat dianggap sebagai keberhasilan,” ucapnya.

Secara kualitatif, proses berkarya dan juga menulis juga sudah memasuki wilayahnya, seperti literasi, disiminasi dan metode penelitian cukup bagus. “Saya sebagai seorang pembimbing sangat senang dan bahagia melihat proses kemajuan bimbingan itu. Walaupun, ada hal-hal yang perlu diperbaiki dan diberikan penajaman secara konsep konferenship, itulah proses akademik yang tak bisa sempurna sekali tetapi bisa disempurnakan memlalui proses evaluasi konfersnship seperti saat ini,” sebutnya.

Menurutnya, proses pembelajaran MBKM itu cukup berhasil. Hal ini bisa dilihat dari kemampuan ketiga mahasiswa ini dalam beradaptasi, terutama ekloprasi dengan mitra. Sesungguhnya program belajar bersama mitra ini sudah dilakukan sejak dulu, tetapi sekaran g ini bisa dinilai. “Inilah perhatian besar para seniman untuk memberikan ilmunya kepada kampus. Kita maklum tak sepenuhnya dapat diserap oleh mahasiswa karena tingkatnya memang beda. Walau demikian, dengan level S1, nampaknya sudah sangat cukup baik,” imbuhnya.

Made Budhiana melihat program MBKM ini sebagai pola baru, sehingga pengetahuan itu tak hanya didapat dari kampus saja melalui teks book belajar terori saja, tetapi di luar kampus. “Saya dipercayakan untuk membimbing adik-adik mahasiswa, tentu semua yang saya jalani dalam berkesenian secara merdeka dan mandiri itulah yang saya berikan. Saya hidup dari berkesnian bukan dari dosen atau guru di kampus dan di sekolah,” paparnya.

Baca Juga:  Generasi Muda Pegiat Seni dalam Menghadapi Perkembangan Era Digital

Sebagai generasi sebelumnya, Budhiana hanya memberikan esensi, hal-hal yang mendasar dalam pendidikan itu, seperti semangat, spirit dan energi yang bisa datang dari manapun juga. “Itu yang saya berikan dan refrensikan dari mana-mana. Saya memperlihatkan buku pada mereka, karean saya punya banyak buku di studio. Mereka bisa belajar langsung dari melihat da membaca buku-buku itu,” imbuhnya

Kordinator Prodi Seni Murni, Dr. I Wayan Setem, M. Sn merasa senang karena mahasiswa telah melakkan tugas kekaryaannya dengan baik. Pameran tugas akhir MBKM Prodi Seni Murni FSRD ISI Denpasar ini merupakan lanjutan dari pameran bersama di LV8 Resort Hotel Canggu. Selain pamera di Maha Art Gallery ini, ketiga mahasiswa ini juga ikut berpameran di LV 8 Resort Hotel Canggu yang bermitra dengan Made Budiana.

Dalam karya seni ini tidak menentukan alirannya, mereka melakukan studi indpenden apa yang didapat dari Made Budiana lalu berkarya. “Mahasiswa ini tidak meng-copy paste karya-karya Budhiana, tetapi membangkitkan jati diri para mahasiswa masing-masing dalam berkarya. Mitra Made Budiana hanya sebagai driver, napikagator, sementara mahsiswa yang berjaklan sesuai kemampuannya,” terangnya.

Mahasiswa tetap diberikan kebebasan berkarya dalam konsep, termasuk kebebasan dalam kontek mendisiminasikan di sini. Ketiga mahasiswa ini cukup berhasil, karena mereka juga ikut dalam pameran terpusat di LV8 Resort Hotel Canggu, selain berpameran di Maha Art Gallery ini. “Ini tantangan bagi mahasiswa setelah proses karya, ada tuntutan publishing yakni memamerkan untuk masyarakat luas. Bisa mendapatkan tempat di sini kan tidak gampang, perlu kualitas karya yang bagus, buka permajangan karya semata. Mereka tak hanya berhasil menciptakan karya, tetapi juga sukses mempublikasikan kle ruang-ruang publik,” paparnya.

Baca Juga:  Pentaskan “Arjuna Tapa”. Cara Dosen dan Mahasiswa Pedalangan ISI Denpasar Menghidupkan Kembali Wayang Kulit Parwa gaya Bebadungan

Program MBKM ini memang mendorong mahasiswa untuk belajar memahani realita yang ada di lapangan, realitas riil yang terjadi di masyarakat. Karya-karya seni yang dipajang ini bercirikan akademik, sehinga semua proses diikutinya, mulai dari konsep proposal yang layak, kemudian ditindaklanjuti dengan mitra dan pembimbing, hingga riset artistik dan kobsep. Itu ciri akademis berdasar kajian dan penelitian ilmiah. [B/*]

Balih

Balihbalihan merupakan website yang membahas seputar informasi pariwisata dan seni budaya di Bali

Related post