
Prof. Dr. Drs. Ketut Muka Pendet, M.Si./Foo: ist
Prof. Dr. DrKetut Muka Pendet, Guru Besar ISI Denpasar Kepakaran Seni Kriyas. Ketut Muka Pendet, M.Si. akan dikukuhkan sebagai guru besar Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar dalam ranting ilmu atau kepakaran Seni Kriya. Pengukuhan guru besar atau profesor anyar melalui sidang senat terbuka di kampus ISI Denpasar, Kamis 20 Pebruari 2025.
Selain Prof. Muka Pendet kampus seni milik masyarakat Bali itu juga mengukuhkan Prof. Dr. Drs. Wayan Karja, MFA, (guru besar dalam ranting ilmu/kepakaran Seni Murni), Prof. Dr. Anak Agung Bagus Udayana, S.Sn., M.Si. (guru besar dalam ranting ilmu/kepakaran Desain Komunikasi Visual).
Termasuk Prof. Dr. Ni Ketut Dewi Yulianti, M.Hum.,M.Si. (guru besar dalam ranting ilmu/kepakaran Linguistik Kebudayaan) dan Prof. Dr. Hendra Santosa, SS.Kar., M.Hum.(guru besar dalam ranting ilmu/kepakaran Sejarah Seni Pertunjukan).
“Gelar profesor ini merupakan capaian jenjang akademik tertinggi yang sungguh berarti bagi pengembangan diri, khususnya di bidang seni, baik dalam penciptaan dan pengkajian,” papar Prof. Muka Pendet, Rabu 19 Pebruari 2025.
Menurutnya, capaian ini sebuah prestasi sekaligus prestise. “Ketika menyandang guru besar, saya merasa berat dari sisi tanggung jawab. Setidaknya harus mampu menuangkan kebijakan sebagai dasar pengembangan seni, khususnya kesenian Bali,” ujarnya.
Prof. Muka Pendet akan membawakan orasi ilmiah berjudul “Inovasi Kerajinan Batu Padas Masa Kini: Tantangan Kreatif dan Tegangan Pasar” dalam upacara pengukuhan guru besar itu. Kerajinan batu padas Bali merupakan salah satu potensi seni yang berkembang dengan baik sampai sekarang.
Bahkan, belakangan ini, kerajinan batu padas Bali menjadi pekerjaan pokok dilakoni anak-anak muda putus sekolah. “Terjadinya perkembangan bentuk dan proses inovasi pada dasarnya dipicu oleh harus globalisasi memberikan peluang bagi masyarakat khususnya perajin muda kreatif untuk berkreativitas,” sebutnya.
Dalam konteks ini, jelas Prof. Muka Pendet, yang dimaksud masyarakat adalah pemilik modal atau pengusaha, masyarakat perajin dan masyarakat konsumen yang mengkonsumsi kerajinan batu padas, baik dari Bali, maupun dari luar Bali.
Berkembangnya inovasi kerajinan batu padas pada intinya mengarah pada pengembangan ide dan gagasan, bentuk, teknik produksi, motif desain, dan fungsi. Hasil rekayasa ide dan gagasan secara kreatif bersumber dari nilai warisan budaya Bali dikembangkan menjadi multifungsi dengan konsep penciptaan menuju kepentingan praktis.
Sebagai penyebab munculnya inovasi adalah faktor internal dan eksternal. Faktor internal menyangkut daya kreativitas dan ekonomi. Faktor eksternal menyangkut perkembangan pariwisata, teknologi, dan pengaruh budaya modern.
Putra seniman Jro Mangku Wayan Pendet asal Nyuh Kuning Ubud ini menegaskan, di samping faktor tersebut juga peningkatan permintaan pasar lokal-global (dikonsumsi) peningkatan nilai harga jual (distribusi) dan mudahnya mendapatkan bahan baku (produksi).
Perkembangan inovasi juga mempengaruhi perubahan nilai-nilai estetik kerajinan batu padas, yang pada awalnya masih tradisional, komunal, monoton dan penuh fantasi akhirnya berubah ke estetika postmodern.
Hal tersebut dicirikan dengan lahirnya bentuk-bentuk kerajinan batu padas dengan gaya pastiche (imitasi), kitsch (tempelan), dan parody (lucu). Perubahan gaya estetika tradisional menjadi estetika postmodern tersebut dipengaruhi oleh proses produksi yang dilakukan oleh perajin muda kreatif berpendidikan formal.
Sistem pendekatan komodifikasi serta mendekonstruksi kembali model kerajinan batu padas tradisional menjadi pola-pola atau model kerajinan batu padas bersifat kekinian dengan karakter postmodern untuk menjawab tantangan pasar global.
Dengan dikukuhkan Prof. Muka Pendet menjadi guru besar, maka bertambah putra Jro Mangku Wayan Pendet bergelar professor, dari sebelumnya hanya Prof. Dr. Wayan Windia P., Prof. Dr. dr. Made Jawi dan Prof. Dr. Ketut Muka Pendet.
Pada acara pengukuhan ituterjadi perubahan nama ISI Denpasar menjadi ISI Bali. Kebetulan Perpres sudah turun dan akan diresmikan tanggal 27 atau 28 Februari 2025.
Maka, seluruh guru besar harus berkomitmen menjaga dan berbuat menjadikan kampus seni ini sebagai laboratorium, bahkan barometer seni Indonesia. [B/*/puspa]

Balihbalihan merupakan website yang membahas seputar informasi pariwisata dan seni budaya di Bali