Kelompok Makanti Puisi Gelar Lomba Menulis dan Membaca Puisi. Guru Menulis Puisi untuk Mengasah Pikiran
Guru lihai dalam mengajar, itu biasa. Tetapi, kalau guru yang piawai dalam menulis puisi, nah ini yang belum banyak. Kalau pun ada guru yang bisa menulis puisi, jumlahnya bisa dihitung dengan jari. Karena itu, Kelompok Makanti Puisi yang terdiri dari berbagai komunitas literasi di Bali menggelar lomba menulis dan membaca puisi berbahasa Bali, khusus untuk guru. “Kegiatan ini untuk mengajak guru-guru se-Bali bersenang-senang dan berteman dengan puisi,” kata Ketua Panitia IGA Darma Putra disela-sela acara lomba, Sabtu 19 November 2022.
Kegiatan bertajuk Malila Cita, Magendu Wirasa, Makanti Puisi yang bermakna bersenang-senang, bertemu dan berteman dengan puisi itu sangat diminati para guru. Peserta yang ikut pun sangat antusias, sebanyak 69 guru mengikuti lomba membaca puisi Bali, dan sebanyak 89 guru ikut menulis puisi. “Kegiatan ini membuktikan, guru di Bali tak hanya bisa mengajar, tetapi juga bisa berekspresi lewat puisi. Para guru ini melakukan ekspresi lewat puisi berbahasa Bali, meskipun beberapa guru dari mereka bukan guru bahasa Bali,” ucapnya serius.
Para guru itu menunjukkan ekspresinya lewat puisi, bahkan menjadi yang terbaik. Kegiatan ini, memag untuk mengajak guru-guru se-Bali bersenang-senang dan berteman dengan puisi. “Kegiatan ini tak terbatas hanya untuk guru bahasa Bali saja, tapi semua guru di Bali. Karena penulis berbahasa Bali tak hanya berasal dari guru bahasa Bali saja. Lewat puisi guru-guru ini akan mampu mengungkapkan berbagai perasaannya, karena bahasa adalah alat untuk berbagi rasa,” sebut Darma Putra meyakinkan.
Selama ini, guru-guru mungkin menguras pikiran dan suntuk pada pekerjaannya, sehingga kegiatan ini menjadi ruang seluas-luasnya untuk berekspresi tanpa terikat oleh sebuah tema. Selain lomba menulis maupun membaca puisi, acara ini didahului dengan workshop menulis dan membaca puisi Bali. “Berpuisi adalah sebuah derita yang indah,” ungkap Darma Putra.
Setelah dilakukan penjurian, kemudian memperoleh 5 terbaik di masing-masing kategori. Sebanyak 5 terbaik lomba baca puisi tersebut, yaitu Luh Arik Sariadi dari SMK Negeri 3 Singaraja, Putu Dessi Rosdiani dari SMPN 1 Satap Sukasada, I Wayan Sandika Adi dari SMK Negeri 1 Bangli, Ni Ketut Wahyuningsih dari SD Cipta Dharma Denpasar, dan Ni Komang Nopi Karuniasari dari SMKS Praja Pandawa Bangli.
Sementara untuk 5 puisi terbaik cipta puisi, yaitu Ni Wayan Adnyani dari SMA Negeri 1 Bebandem, I Made Nurjaya Putra Mahardika dari SMP Negeri 14 Denpasar, Putu Ardana Bukian dari SMK N 1 Kubutambahan, I Gusti Bagus Weda Sanjaya dari SMAN Bali Mandara, dan I Wayan Wikana dari SMK Negeri 1 Amlapura. Khusus untuk lomba membaca puisi favorit diberikan kepada Ni Komang Erawati dari SMK Negeri 2 Singaraja dan I Ketut Suwindu dari SMA Negeri 1 Tampaksiring. Penyerahan hadiah dilakukan di Balai Bahasa Bali, Jalan Trengguli I Denpasar pada hari itu juga.
Salah seorang pemenang, Ni Wayan Adnyani, Guru Fisika dari SMAN 1 Bebandem mengaku bersyukur puisinya bisa menjadi salah satu yang terbaik. Puisi yang dibuat berjudul “Alas Ngandang”. Meskipun bukan guru bahasa Bali, namun dirinya mengaku tetap menulis puisi untuk mengasah pemikiran. Menulis puisi maupun bersastra bukan hanya pekerjaan orang sastra, namun bisa dilakukan oleh semua orang yang ingin mengobati rasa haus dan dahaga lewat puisi. “Menulis puisi dan belajar Fisika sama-sama menggunakan logika dan sama-sama ada seninya. Bahkan jadi guru pun ada seninya masing-masing,” paparnya polos. [B/*]
Balihbalihan merupakan website yang membahas seputar informasi pariwisata dan seni budaya di Bali