Paguyuban Peduli Drama Gong Lawas Sajikan “Pangruatan Gering Sasab Mrana” di Penghujung Bulan Bahasa Bali 2023.

 Paguyuban Peduli Drama Gong Lawas Sajikan “Pangruatan Gering Sasab Mrana” di Penghujung Bulan Bahasa Bali 2023.

Pasti menarik! Paguyuban Peduli Drama Gong Lawas mendapat kepercayaan dari Dinas Kebudayaan (Disbud) Bali untuk tampil pada penutupan Bulan Bahasa Bali V di Gedung Ksirarnawa Taman Budaya Bali, Selasa, 28 Februari 2023. Kali ini, drama gong yang didukung oleh para pemain drama terkenal di tahun 80-an – 90-an itu mengangkat judul “Pangruatan Gering Sasab Mrana” mengupas tema Bulan Bahasa Bali V yakni tema “Segara Kerthi: Campuhan Urip Sarwa Prani”. Kesiapan mereka tampil ditunjukan pada gladi bersih, Senin 28 Pebruari 2023.

Dalam penyajian kali ini, kesenian drama gong dipadu dengan teknologi canggih dengan menggunakan layar di belakang panggung. Layar berukuran besar ini, untuk menyajikan adegan yang tidak bisa diungkap dalam panggung. Sebut saja, adegan di laut yang memang memerlukan suasana laut yang seunmgguhnya. Demikian pula, ketika menampilkan Topeng Sidakarya saat memuput upacara pengruatan yang di tampilan dalam layar, juga dalam panggung. Perpaduan ini sangat menarik, karena saling melengkapi anatara di panggung dan dalam layar.

Ketua Paguyuban Peduli Drama Gong Lawas, A.A. Gede Oka Aryana, S.H.,M.Kn., para pregina menyambut moment ini dengan penuh semangat, melakukan persiapan dan secara bersama-sama menyukseskan program pemerintah. Hal itu, sesuai dan sejalan dengan visi dari Paguyuban. “Saya mengucapkan terima kasih sudah dipercaya kembali untuk ikut berpartisipasi mendukung program pembangunan Pemerintah Provinsi Bali yang dimotori oleh Gubernur Bali, Bapak Wayan Koster dengan visinya ‘Nangut Sat Kerthi Loka Bali’,” ungkapnya disela-sela gladi bersih itu.

Sekretaris Paguyuban Peduli Drama Gong Lawas, Drs. I Gusti Putu Nuraga mengatakan, sajian drama gong dalam ajang Bulan Bahasa Bali V ini untuk memberikan gambaran penggunaan sor singgih basa dalam berbahasa Bali. Sebagai kesenian tradisional drama gong menggunakan bahasa bali alus, lumlah dan lainnya, sehingga sering dijadikan acuan dalam dalam berbahasa Bali. “Ketika era tahun 70-an, semua orang belajar bahasa Bali acuannya ada pada drama, baik dari segi berbahasa atau berbusana,” ucapnya.

Baca Juga:  Sarati Banten di Badung Samakan Persepsi

Sekarang, ketika jaman global, kesadaran masyarakat Bali berbahasa Bali mulai menurun, maka bahasa dalam drama gong menjadi acuannya. Angah-ungguhing basa semu (ekspresi wajah) dan semita (ekspresi ketikta kita meghadap siapa, kapan dan dimana) semuanya kemudian merujuk pada drama gong. Sebut saja, menghadap pandita dari segi bahasa, ekpresia, body languid semuanya ada dalam drama gong. Dulu, dialog (bahasa) dan busana drama menggali di tengah-tengah kebiasaan masyarakat jaman duu. Sekarang ketika jaman mulai bergeser drama gong menjadi acuan bahasa, karena memang masih mempertahankan hal tersebut,” ungkapnya.

Pangruatan Gering Sasab Mrana
Paguyuban Peduli Drama Gong Lawas saat latihan untuk penutupan Bulan Bahasa Bali 2023

Drama gong bisa besar karena budaya Bali yang mendukung. Sekarang, dengan adanya kemajuan teknologi terjadi degradasi. Anak anak mulai meninggalkan tata cara berbusana yang baik dan beretika, berbahasa Bali yang baik dan benar, dimana, kapan dan dengan siapa. Maka itu, drama gong dijadikan rujukan dalam berbahasa sesuai anggah ungguhi basa. “Kebetulan, drama gong lawas ini menghadirkan pakem (tuntunan) dalam berbahasa Bali,” jelas Nuraga.

Menarik dari drama lawas ini untuk mengobati kerinduan. Selain itu, juga karena bahasa Bali sudah mengalami degradasi yang ditandai dari anak-anak yang lebih suka menggunakan bahasa Inggris atau bahasa Indonesia dalam kesehartian. “Dengan ikut sertanya drama gong dalam dimensi berhasa Bali, ternyata masyarakat Bali banyak mendukung,” ujarnya.

Bendaraha Paguyuban Peduli Drama Gong Lawas, Dewa Putu Kandel, S.Pd M.Pd mengatakan, kekompakan juga ada pada penabuh. Mereka sudah berpengalaman yang kebanyakan dari Bangli dan Gianyar. Ajang ini memsatukan mereka kembali mengisi pergelaran ini. Penabuh dan pregina sangat seimbang. Apalagi, penabuh dengan pemain yang sudah berpengalaman, sehingga tinggal seling memadukan saja sudah cukup baik.

Para penabuh ini memainkan gamelan dangan penuh semangat, sehingga menendengar suasa gamelan saja, semangat mereka bangkit. Bangkitnya drama gong lawas ini juga sebagai nostalgia para penabuh. Mereka dapat menghibur diri, menyalurkan hobinya kembali. Melalui gamelan yang enerjik seakan mengingatkan mereka pada pengalaman ketika bermaian drama dulu. “Semua gembira sekali karena ada yang membangkikan kemabali semangat bermaian drama dulu itu. Nostalgia-nostalgia yang mereka dapatkan di era tahun 70 dan 80-an, diulang di Bulan Bahasa Bali ini” ungkapnya.

Baca Juga:  Tubuh Tradisi dalam Pertunjukan Teater Modern di FSBJ IV

Ketika dibangkitkan kembali, mereka sangat senang. Apalagi program selanjutnya akan mengaudensi ke seluruh kabupaten untuk jangka penjang. “Semoga ini bisa terialisasi. Untuk menggenerasikan pelan-pelan. Karena sekaa gong lawas itu masih eksis dan senang, tetapi untuk jangka panjang, tetap akan melakukan penggenerasian. Kami berharap dengan penggerasian ini kesenian darma gong tetap berlanjut,” tutup Dewa Puru Kandel. [B/*]

Balih

Balihbalihan merupakan website yang membahas seputar informasi pariwisata dan seni budaya di Bali

Related post