BEM ISI Denpasar Gelar “Festival Nungkalik” Seni Memaknai Gerhana Matahari

 BEM ISI Denpasar Gelar “Festival Nungkalik” Seni Memaknai Gerhana Matahari

Gladi bersih pementasan seni serangkaian Festival Nungkalik yang diprakarsai BEM ISI Denpasar di Pantai Segara Ayu, Sanur./ist

Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar bakal menggelar Festival Nungkalik di Pantai Segara Ayu Sanur, Kamis 20 April 2023. Festival kali pertama ini untuk merespun fenomena umbra dan penumbra yang ada pada peristiwa Gerhana Matahari total yang pada hari itu.

Festival yang melibatkan sebanyak 200 orang itu seperti meminta berkat dari peristiwa semesta, melalui ritual seni rupa pertujukan bertajuk “Penumbra’s Final Gloom”. Festival Nungkalik 2023 dimulai pukul 09.00 Wita dan rencana dibuka oleh Rektor ISI Denpasar Prof. Dr. Made Kun Adnyana.

Presiden BEM ISI Denpasar, Putu Durga Laksmi Devi dan Valda sebagai wakil panitia event menyampaikan, kata Nungkalik dipilih sebagai bingkai festival seni yang bersifat eksperimental karena makna kata tersebut. Nungkalik yang mengandung makna berlawanan dengan prinsip-prinsip seperti, siang-malam, laki-perempuan.

Namun, bukanlah dualisme yang ingin ditonjolkan, tetapi sebuah realitas kongkrit yang memiliki dua aspek saling berkaitan. “Ini menjadi sebuah jawaban akan kebutuhan pelaku seni dalam merespon fenomena-fenomena yang kini tengah terjadi,” kata Durga di Denpasar, Rabu 19 April 2923.

Baca Juga:  Digelar Dua Pekan, FSBJ III Sajikan 45 Mata Acara dan Libatkan 1.000 Seniman

BEM ISI Denpasar memperkenalkan seni konseptual Nungkalik yang tentunya berbeda dengan seni komersial pada umumnya. Pada April 2023 ini memiliki banyak berkah bagi berbagai kalangan, dimulai dengan merayakan bulan suci Puasa Ramadhan bagi umat Muslim sejak 23 Maret 2023, upacara Karya Ida Betara Turun Kabeh di Pura Besakih oleh umat Hindu pada bulan Purnama ke dasa di 5 April 2023, hingga Hari Jumat Agung pada 7 April 2023 bagi umat Kristiani.

Pembina BEM ISI Denpasar I Wayan Sujana Suklu, Presiden BEM ISI, Putu Durga Laksmi Devi. dan Valda akil panitia event.

Tak berhenti disitu, pada 20 April ini berkesempatan melihat Gerhana Matahari Hibridia yang terjadi setiap 8,8 tahun sekali. Fenomena langka yang terjadi ketika posisi Bulan berada di dekat Matahari, maka Matahari akan tampak seperti lingkaran cincin yang terbakar di langit.

“Kami, mahasiswa ISI Denpasar berkesempatan untuk memaknai fenomena Gerhana Matahari dengan menampilkan perfomance tarian kontemporer yang terdiri dari tiga jenis tarian dan ditarikan setelah berakhirnya bayangan Panumbra,” imbuhnya.

Pertama, Tari Langit-Lelangit sebagai simbol Dewa Brahma mencari Hyang (kebenaran) dengan menggambar menggukanan asap obor. Kedua, Tarian Sunari adalah tarian yang menggerakkan bambu berlubang untuk mengukur keberadaan Dewa Siwa melalui bunyi angin. Ketiga, Tarian Suryakanta merupakan tarian yang merajah tanah dibantu dengan energi matahari atau Dewa Surya dalam upaya Dewa Wisnu mencari Hyang (kebenaran) ke bawah.

Berkaitan dengan Tarian Suryakanta, pada 22 April 2023 merupakan Hari Bumi sedunia, sebagai calon seniman para mahasiswa ISI Denpasar Merajah Bumi dengan cahaya matahari yang telah mengalami momentum animistik. Memunculkan irama gerak yang diiringi dengan musik yang penuh dengan irama energi alam semesta. “Ketiga tarian itu adalah simbol bagi manusia umtuk menyerap energi semesta, mengolahnya hingga mentransfer kembali energi tersebut kepada pemiliknya,” paparnya.

Baca Juga:  Lomba Babanyolan di Bulan Bahasa Bali VI, Lucu dan Kaya Dialek

Salah satu Pembina BEM ISI Denpasar Dr. I Wayan Sujana Suklu, S.Sn., M.Sn. yang mendamping Durga saar itu menambahkan, menggurat tanah akan dilakukan oleh seniman visual bahkan mahasiswa umum yang tidak memiliki latar belakang seni untuk merespon melalui workshop dengan garisgaris gembira.

Workshop ini dijadikan sebuah aktivitas yang prosesnya terus bergulir dalam pemaknaan penghormatan kepada alam semesta. Dari peristiwa ini, maka akan menghasilkan artefak-artefak yang memiliki nilai keragaman bentuk garis yang mencerminkan individu masingmasing.

Pada akhir April, akan di display dalam bentuk pameran untuk menyambut hari Menggambar Nasional melalui rangkaian acara Menggambar Gembira Nasional pada 2 Mei 2023. Selain menampilkan karya konseptual eksperimental, ruang Nungkalik akan lebih dimatangkan dengan mengadakan Open Space mengenai “Apa itu seni?” oleh dua narasumber yakni, Dr. I Wayan Sujana (Suklu) S.Sn., M.Sn dan Ketut Sumerjana, S.Sn., M.Sn.

Nungkalik Festival “Panumbra’s Final Gloom” ini diharapkan mampu menciptakan dan menampilkan karya konseptual eksperimental yang berdasarkan konsep kuat, sebagai bentuk respon jawaban mahasiswa ISI Denpasar terhadap fenomena-fenomena yang tengah terjadi, yakni Gerhana Matahari hingga Hari Bumi.

“Hadirnya peserta diluar seni adalah langkah pendekatan untuk memperkenalkan seni konseptual melalui Nungkalik Festival agar memberikan ruang diskusi tentang wacana seni terkini,” ucap Suklu. [B/*]

Balih

Balihbalihan merupakan website yang membahas seputar informasi pariwisata dan seni budaya di Bali

Related post