Singaraja Literary Festival Dibuka dengan Pertunjukan Seni Bernafas Sastra

Pertunjukan seni bernafas sastra di ajang Singaraja Literary Festival/Foto: ist
Pertunjukan dramatic reading “Mlancaran Ka Sasak” dan Slonding memikat pengunjung Singaraja Literary Festival, Jumat 29 September 2023 malam. Sajian seni sastra ini dikemas dengan memadukan berbagai unsur seni pertunjukan yang sangat menarik. Lugas, mendidik juga menghibur.
Setelah festival pertama itu resmi dibuka oleh Pj. Bupati Buleleng yang diwakili Kepala Dinas Pariwisata (Kadispar) Kabupaten Buleleng, Gede Dody Sukma Oktiva Askara di Sasana Budaya itu, mahasiswa Sekolah Tinggi Agama Hindu Negeri (STAHN) Mpu Kuturan Singaraja selaku pendukung sajian seni itu langung berekspresi.
Sambutan para pengunjung juga meriah, ketika pementasan Wayang oleh Dalang, Putu Ardiyasa yang juga akademisi STAHN Mpu Kuturan Singaraja. Sajian seni klasik ini dikemas beda dan menarik. Demikian pula pementasan kolaborasi “Siap Selem” yang disajikan oleh siswa SDN 3 Singaraja di akhir acara.
Kadispar Gede Dody sangat mengapresiasi pelaksanaan Singaraja Literary Festival yang pertama ini. Festival ini diharapkan terus berlanjut. “Festival ini dapat memberi dampak kepada branding Kabupaten Buleleng yang positif,” katanya.
Adanya festival seperti ini, maka Singaraja sebagai kota pendidikan dapat terus melahirkan gagasan-gagasan baru, besar, seperti yang dilakukan oleh orang-orang tua jaman dulu.
“Ini tentu dapat memberikan multiplier effect kepada masyarakat Bali khususnya dan Indonesia umumnya. Tentu juga berdampak bagi dunia sastra dan dunia kreatif berbasis sastra di Kota Singaraja,” ujar Kadispar Gede Dody.
Founder Singaraja Literary Festival, Kadek Sonia Piscayanti dalam sambutannya mengatakan, festival ini mengambil napas sastra, karena itulah penggerak kebudayaan di masa lampau yang menggerakkan masa kini dan nanti.
“Festival sebagai sebuah jembatan penghubung untuk menghidupkan ingatan soal kehidupan di masa lalu sebagai sebuah cermin refleksi di masa kini,” ucapnya serius.

“Kami ingin mengalihwahanakan pemikiran di masa lalu yang tersimpan dalam manuskrip-manuskrip di Gedong Kirtya—perpustakaan manuskrip lontar di Bali, dan mungkin di Indonesia—ke dalam bentuk media baru, seperti teks pertunjukan, teater, film, dan karya sastra seperti novel, cerpen, maupun puisi,” paparnya.
Singaraja Literary Festival berlangsung dari tanggal 29 September – 1 Oktober 2023 ini digagas oleh Kadek Sonia Piscayanti dan Made Adnyana Ole dari Yayasan Mahima Indonesia. Tujuannya untuk menghidupkan, mendiskusikan, mementaskan, dan mengalih wahanakan kembali legacy bidang sastra dan intelektualisme masa lalu yang dimiliki Singaraja.
Festival ini mengambil tema “Gedong Kirtya sebagai pusat intelektualisme bangsa” memiliki visi mengajak pendidik, peneliti, mahasiswa, dan pelajar untuk mengapresiasi dan mengaktivasi wawasan kesusastraan dalam berbagai bentuk alih wahana karya yang bersumber dari lontar di Gedong Kirtya.
Upaya ini juga selaras dengan aktivasi ruang publik Gedong Kirtya dan kawasannya, sehingga dapat diakses oleh siapapun yang ingin hadir dan menyaksikan festival. [B/*]

Balihbalihan merupakan website yang membahas seputar informasi pariwisata dan seni budaya di Bali