Jalan-jalan ke DTW Pura Taman Ayun Mengwi

 Jalan-jalan ke DTW Pura Taman Ayun Mengwi

Pengunjung berfoto dan selfie di halaman ke dua, Jaba Tengah Pura Taman Ayun/Foto: dok.balihbalihan

Daya Tarik Wisata (DTW) Pura Taman Ayun menjadi pilihan wisatawan domestic maupun mancanegara ketika berlibur di Bali. Menariknya, masyarakat lokal juga tak mau kalah, sehingga sering melakukan jalan-jalan ke DTW yang masih mempertahankan keaslian bentuk, bahan serta letaknya yang masih orisinil itu.

Hanya saja, untuk kunjungan masyarakat lokal itu bersifat musiman, yakni ketika libur hari raya, seperti Hari Raya Galungan, Kuningan dan Ngembak Nyepi. Saat itu, di luar Taman Ayun juga disertai dengan ayunan jantra, sehingga kawasan ini biasa menjadi lautan manusia.

Taman Ayun terletak di Desa Mengwi, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung, Provinsi Bali atau sekitar 20 Km menuju arah utara Kota Denpasar. Selain hari Raya Nyepi, Taman Ayun dibuka setiap hari mulai pukul 08.00 Wita hingga 16.00 Wita.

Agar bisa menikmati keunikan yang ada di objek tersebut, pengunjung wajib mengantongi tiket. Petugas yang ada akan mengarahkan wisatawan ke tempat tiket tersebut. “Tamu asing, utamanya sangat senang melihat objek wisata bersifat budaya,” kata Manager DTW Taman Ayun, I Made Suandi, beberapa waktu lalu.

Wisatawan asing dewasa akan dikenakan tiket masuk sebesar Rp 30.000 dan anak asing sebesar Rp 15.000. Sementara, untuk wisatawan domestik dewasa sebesar Rp 15.000 dan domestic anak sebesar Rp 10.000. Tiket itu kemudian ditunjukan pada penjaga pos penjaga.

Setelah tiket diperiksa, maka pengunjung wajib memenuhi satu syarat lagi, yakni wajib memakai pakaian sopan. Para tamu diberikan kain dan selendang agar bisa melihat berbagai keunikan yang ada di objek wisata yang terlah ditetapkan menjadi Warisan Budaya Dunia oleh UNESCO itu.

Baca Juga:  Tari Barongsai Meliuk Lincah Memikat Pengguna Jasa Bandara Ngurah Rai

“Taman Ayun ini merupakan milik Puri Ageng Mengwi yang didirikan dan dipelaspas (diresmikan secara budaya Hindu Bali) pada tahun 1634. Pura Taman Ayun ini didirikan, setelah berdiri Pura Taman Genter dan Pura Taman Sari,” terang Suandi.

Taman Ayun ini penataannya sangat bagus, dan arealnya luas hingga 5 hektar. Di sekelilingnya dilengkapi dengan kolam seluas 1 hektar. Kolam itu berfungsi untuk menjaga estetika Taman Ayun. “Air kolam juga sebagai irigasi yang mengairi sawah di sekitar Kecamatan Mengwi,” lanjut pria ini menjelaskan.

Meru menjulang tinggi dengan berbagai ukuran yang masih asri terletak di halaman suci/Foto: dok.balihbalihan.

Suandi memaparkan, penataan Taman Ayun dibagi menjadi 3 halaman. Pertama disebut dengan Jaba yang letaknya paling luar yang dapat dicapai melalui jembatan kolam, lalu gapura. Di halaman ini terdapat tugu kecil dan tugu air mancur yang mengarah ke 9 arah mata angin.

Selanjutnya menuju halaman ke dua, Jaba Tengah yang posisinya lebih tinggi dari sebelumnya. Untuk bisa ke areal ini, pengunjung harus melewati pintu gerbang kedua yang asri. Di sana ada sebuah bangunan yang disebut aling-aling Bale Pengubengan dihiasi relief.

Sementara di halaman ketiga terakhir adalah yang tertinggi dan merupakan kawasan yang paling suci. Bangunan besar yang ada bernama pintu gelung yang akan dibuka saat ada upacara. “Pengunjung tidak boleh masuk ke halaman suci itu,” tegas Suandi.

Nah, untuk mengetahui berbagai keunikan yang ada di areal halaman suci itu, pengunjung bisa menyaksikan melalui jalan setapak yang ada di sebelah kanan Pintu Gelung itu. Di halaman ini terdapat beberapa meru menjulang tinggi dengan berbagai ukuran dan bentuknya masih asri.

Halaman bangunan suci ini, seakan dipagari kolam yang melingkar serta taman bunga yang indah. Jika ingin bersantai, pengunjung bisa duduk-duduk di areal belakang pura atau sebelah utaranya pura. Areal itu ditata menjadi sebuah taman dengan tanaman lokal sejuk dan indah.

Baca Juga:  Berbagai Lomba Warnai Bulan Bahasa Bali di Buleleng

Di sebelah timur pura juga merupakan taman yang dibatasi dengan lingkaran kolam luas, mirip danau. Di situ, ada beberapa bale bengong yang disiapkan bagi pengunjung untuk bersantai atau bercengkrama bersama teman dan keluarga.

Ruang pameran yang memajang foto-foto budaya/Foto: dok.balihbalihan

Pengunjung kemudian memasuki areal theater, sebagai tempat untuk memutar video keadaan pura serta terkait dengan pelaksanaan upacara dan kegiatan besar di Pura Taman Ayun itu. Tayangan video akan menambah informasi DTW tersebut.

Selanjutnya memasuki ruang pameran foto-foto budaya yang lebih banyak menampilkan foto Taman Ayun masa lalu serta terkait pelaksanaan upacara di pura itu. Ada pula maket Pura Taman Ayun yang dikeliling kolam.

Selanjutnya, pengunjung menuju Wantilan. Bangunan terbuka ini dilengkapi dengan berbagai jenis patung yang menggambarkan kegiatan tabuh rah. Setelah keluar dari wantilan itu, kain mesti dikembalikan, selanjutnya kunjungan sudah selesai.

Suandi mengatakan, DTW Pura Taman Ayun lebih banyak dikunjungi wisatawan asing, seperti dari Belanda, Jepang, Jerman, Prancis, Italia dan lainnya. Wisatawan nusantara dari kota-kota di Jawa juga ramai.

“Sebelum pandemic Covid-19, rata-rata kunjungan wisatawan asing perhari mencapai 1000-an. Sedangkan, wisatawan nusantara hanya ada 200 orang per harinya. Sekarang, setelah pandemi ini, kunjungan wisatawn asing rata-rata perhari mencapai 700 orang dan wisatawan nusantara hanya 150 orang,” sebut Suandi.

Kalau warga lokal hanya datang pada libu hari-hari raya. “Masyarakat local yang hendak berkunjung tidak dipungut biaya tiket. Mereka hanya bayar parkir yang dikelola desa adat. Kalau sudah hari raya, jumlah kunjungan warga lokal bisa mencapai lebih dari 8 ribuan orang,” tutup Suandi. [B/pus]

Balih

Balihbalihan merupakan website yang membahas seputar informasi pariwisata dan seni budaya di Bali

Related post