Generasi Muda Berkontribusi Melestarikan Bahasa, Aksara dan Sastra dengan Lomba Musikalisasi Puisi Bali
Lomba Musikalisasi Puisi (Muspus) Bali serangkaian Bulan Bahasa Bali (BBB) VI ini patut disimak. Pesertanya lebih banyak pendatang baru dengan warna dan model garapan Muspus yang baru. Ide-idenya lebih kreatif. Sebagai seni pertunjukan, Muspus ini menarik ditonton.
Anak-anak muda setingkat SMA/SMK, mahasiswa serta masyarakat pecinta seni memenuhi Gedung Ksirarnawa, Taman Budaya Provinsi Bali, Rabu 7 Pebruari 2024. Mereka memberikan support terhadap kelompoknya yang ikut sebagai peserta. Ada pula yang hanya mengapresiasi.
Dalam lomba Muspus BBB tahun 2024 ini, hanya diikuti sebanyak 8 peserta, lebih sedikit dari jumlah peserta tahun sebelumnya. Namun, semua peserta itu tampil sangat kreatif, menawarkan ide-ide baru, sehingga menawarkan warna yang baru pula.
Jenis alat musik yang digunkan sangat beragam, sesuai dengan kebutuhan garapan. Ada peserta yang hanya menggunakan alt musik suling dan penting saja. Walau minim alat musik, tetapi kelompok ini tampil menyanyi sambil menari. Pembacaan puisi juga penuh penjiwaan.
Ada kelompok yang menyajikan berbagai alat musik, seperti kendang, penting, gitar, floor (sejenis drum), biola, sneer, xylophone yang dimainkan dengan sangat manis, serasi dan seimbang. Maka dari itu, seluruh pemain, tak hanya menyanyi tetapi juga bermain musik.
Perpaduan alat musik modern dan alat musik tradisional itu memang menarik. Garapan Muspus juga tergolong unik, seperti dalam konsep seni pertunjukan Bali, yang memiliki pengawit, penyalit, pengawak, pengecet dan pekaad. Bagian-bagian itu sangat jelas dan menarik.
Peserta yang lebih kreatif, memanfaatkan alat-alat upacara, seperti uter, genta, dulang, tempeh (alat tradisional dari bambu) selanjutnya dipadu dengan alat musik modern yang sangat atraktif. Komposisi pemain juga ditatat menarik, sehingga penonton tak merasa jemu, justru ketagihan.
I Komang Darmayuda, S.Sn., M.Si. selaku Dewan Juri mengakui lomba Muspus BBB VI ini banyak diikuti pendatang baru, sehingga menyajikan model garapan baru. “Kehadiran dari peserta yang baru ini memberikan warna dan model garapan musikalisasi yang baru,” katanya.
Namun, terkadang kurang masuk dalam suasana musikalisasi puisi. Dalam menggarap musikalisasi puisi Bali itu perlu memperhatikan penataan, yaitu menata sebuah puisi menjadi musikalisasi puisi atau membuat melodi, agar tidak hilang makna dari pada puisi itu sendiri.
Penataan musik itu juga penting untuk menghindari kesan monoton, asal jangan mendominasi. “Ada peserta yang menggarap musik, dari awal semua alat musiknya bermain dan vokalnya juga menyanyi, sehingga tidak bisa mendengarkan pesan yang ada dalam puisi itu,” ucapnya.
Hal tersebut menyebabkan pesan puisi itu tertimbun oleh musiknya, Dalam mengkemas musikalisasi puisi jadikanlah sesuatu yang betul betul menarik, tanpa menghilangkan roh dari pada puisi itu. “Memang, itu yang sulit dicari oleh para peserta kali ini,” ucapnya.
Walau demikian, lanjut Dosen Musik Insitut Seni Indonesia (ISI) Denpasar ini, diantara peserta yang tampil sudah ada yang menemukan hal seperti itu. Mereka tidak hanya tampil indah, bagus, dan harmonis, tetapi juga membuat merinding mendengarkan gubahan puisi menjadi Muspus. “Keren dan kreatif banget,” sebutnya.
Jumlah peserta dalam lomba kali ini memang lebih sedikit dari tahun lalu. Dulu, pesertanya banyak, tetapi bobotnya hanya orang-orang itu saja. Beda dengan sekarang, pesertanya baru-baru, dan hanya satu dua yang sudah pernah tampil.
Peserta baru ini juga menawarkan suatu konsep yang berbeda. “Mungkin saja mereka belum pernah melihat musikaliasi yang ada, sehingga mereka menafsirkan, seperti itu. Penampilanya, membuat terpesona, tetapi pesan puisisnya belum jelas,” tegasnya.
Peserta Muspus tahun ini, lebih bebas mengekpresikan. Ada pula, peserta yang tetap terpegang pada puisisnya, sehingga makna dan pesan dalam puisi itu dapat dirasakan oleh penonton. Itu sebagai suatu penafsiran yang kreatif.
Ada pula yang memamerkan kreativitas, namun keluar dari jiwa puisinya. Dari segi seni pertunjukan, itu sangat bagus. “Semua peserta Muspus membawakan materi yang sesuai dengan tema dari BBB VI ini. Baik ketika menampilkan puisi pilihan ataupun puisi bebas.
“Kami berterima kasih terhadap generasi muda yang banyak terlibat di dalam kegiatan BBB VI ini. Itu artinya, mereka peduli dan melestarikan bahasa ibu. Di situ generasi muda berkontribusi. Mereka yang suka musik, bisa masuk lewat ajang Muspus,” ujarnya menuh syukur.
Keterlibatra anak-anak muda luar biasa. Antosias ini begitu tinggi. Sebab, yang datang tak hanya peserta itu-itu saja, tetapi banyak yang baru. “Kami berharap tahun depan lebih banyak lagi anak-anak SMA dan perguruan tinggi hadir menunjukan kreativitasnya dalam melestarikan bahasa ibu di ajang Muspus ini,” harapnya. [B/puspa]
Balihbalihan merupakan website yang membahas seputar informasi pariwisata dan seni budaya di Bali