Sthala Ubud Village Jazz Festival 2024: Berakhir dengan Kenangan Manis dan Pengalaman Berharga

Sthala Ubud Village Jazz Festival 2024/Foto: ist
Galaxy Bigband, grup jazz yang didirikan pada 1992 oleh warga Jepang di Jakarta menjadi sajian penutup Sthala Ubud Village Jazz Festival 2024, Sabtu 3 Agustus 2024. Mereka tampil dengan luar biasa. Sajian grup band ini seakan menghipnotis penonton yang hadir malam itu.
Galaxy Bigband ini mengajak penonton lokal dan asing menari-nari bersama mengikuti lagu “Kopi Dangdut” yang diaransemen dalam bentuk jazz. Dibawakan dengan vocal, gaya serta permainan musik yang beda, mampu menciptakan suasana yang meriah dan penuh kegembiraan.
Seorang pengunjung setia asal Balanda, Marjan yang sudah ke sembilan kali festival jazz ini sungguh-sungguh menikmati sajia musik itu. Karena selalu hadir dalam festival itu, pria ini memiliki pengalaman dan sangat tahu perjalanan Ubud Village Jazz Festival itu.
“Saya memang suka dengan sajian-sajian dari Ubud Village Jazz Festival ini. Ini adalah kesembilan kalinya saya datang ke festival ini. Saya akan terus datang setiap tahunnya. Setiap tahunnya festival ini menghadirkan pengalaman yang berbeda,” jelas Marjan.
Tampil memukau juga, dari Collective Harmony (Indonesia), Fawr (Indonesia), Eric Chong Trio With Sinuksma & Kanhaiya (Hong Kong-Indonesia), Simon Praticco Trio (Italia), Claude Diallo Trio With Indra Gupta & Gustu Brahmanta (Swiss-Indonesia).

Tak kalah menariknya juga penampilan New Centropezn Quartet (Rusia), Zagorski-Skowronki Project Feat Kajetan Galas (Polandia), Uwe Plath Quartet (Jerman), dan Galaxy Bigband (Indonesia) membuat festival ini begitu istimewa dan penuh warna.
Event Sthala Ubud Village Jazz Festival 2024 memang meninggalkan kesan mendalam bagi semua pengunjung. Festival dua hari ini berhasil menarik sekitar kurang lebih 3000 pengunjung, yang menikmati rangkaian penampilan menakjubkan itu.
Sembilan grup musik jazz internasional dan lokal menggebrak di tiga panggung sangat klasik dan cantic, yakni panggung Giri, Padi, dan Subak. Musik jazz, dengan kekayaannya dalam makna dan interpretasi, bergantung pada persepsi, intelegencia, dan pengalaman pendengar.
Co-founder Ubud Village Jazz Festival, Yuri Mahatma mengatakan, Jazz kerap kali dianggap musik borjuis dan elit, kendati demikian jazz tetap mampu memperlihatkan kerumitan teknik yang membuatnya terbuka terhadap interpretasi bebas di tengah keteraturannya.
Jazz mencakup berbagai sub-genre seperti Swing, Bebop, Ragtime, Smooth Jazz, Fusion Jazz, hingga yang paling kompleks, Free Jazz atau Avant-Garde Jazz. Festival ini memayungi semua jenis tersebut. “Bukan hanya free jazz, tapi just jazz,” ucap Yuri Mahatma.
Segala keindahan dan kelenturan, sekaligus kerumitan tekniknya, jazz terus menjadi wadah ekspresi yang tak terbatas. Meski, Ubud Village Jazz Festival 2024 telah berakhir, namun mampu meninggalkan jejak kenangan manis dan pengalaman berharga.
Kenangan dan pengalaman itu akan selalu dikenang oleh para penggemarnya. “Sampai jumpa di Ubud Village Jazz Festival tahun depan,” kata Yuri Mahatma menutup malam dengan janji akan pertemuan yang lebih meriah di tahun depan. [B/pran]

Balihbalihan merupakan website yang membahas seputar informasi pariwisata dan seni budaya di Bali