Charity Day ‘Life, Women, and Water’: Menghentikan Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak

 Charity Day ‘Life, Women, and Water’: Menghentikan Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak

Fashion Charity Day bertajuk “Life, Women, and Water” di Kubu Bali WCC/Foto: ist

Biasa menyaksikan fashion show di atas catwalk? Ini peragaan busana yang menarik. Para model melenggak lenggok di pematang sawah, penuh rumput dan hijau padi serta binatang sawah yang menggoda. Deretan model, berlatar panorama alam menjadikan ajang ini lebih mempesona.

Itulah Fashion Charity Day bertajuk “Life, Women, and Water” yang digelar di Kubu Bali Women Crisis Centre (WCC), Desa Penatahan, Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan, Bali, Sabtu, 2 November 2024. Ajang fashion ini menyatu dengan alam yang indah.

Ajang fashion ini digelar oleh Lembaga Bantuan Hukum Bali Women Crisis Centre (LBH BWCC) yang berkolaborasi dengan Ni Made Gadis Putri Maharani, seorang seniman perempuan yang menekuni bidang seni batik, yang juga berkomitmen menjadi paralegal aktif LBH BWCC.

“Kegiatan ini sebagai bentuk apresiasi saya terhadap LBH BWCC, donatur dan masyarakat Konyel yang telah bahu-membahu dan berhasil mencapai dan mendapatkan hak mereka untuk memiliki kehidupan yang lebih baik,” kata Ni Made Gadis Putri Maharani.

Baca Juga:  I Made Sumadiyasa Gelar Pameran Tunggal di Komaneka Gallery Tertajuk “Refresh” Dibuka 25 Juni 2022

Pada kegiatan Charity Day itu, Made Gadis – sapaan akrabnya menampilkan karya batiknya dengan membuat tiga motif batik terbaru. Motif-motif batik ini terinspirasi dari upaya LBH BWCC dalam mengadvokasi isu akses air bersih.

Termasuk terinspirasi dari sanitasi layak serta dalam menyediakan sarana air bersih bagi masyarakat Lingkungan Konyel di Desa Kedisan, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli. Motif-moyif yang disajikan sangat beda.

“Saya menyajikan motif batik dengan motif ‘Nyuun’ (istilah nyuun merupakan bahasa Bali yang berarti menaruh atau meletakkan sesuatu atau barang di atas kepala), motif ‘Perempuan dalam Air’, dan dan motif ‘Semesta’,” terang Made Gadis.

Workshop pembuatan Gebogan/Foto: ist

Menurut Made Gadis, kegiatan ini sebagai bentuk apresiasi saya terhadap LBH BWCC, donatur dan masyarakat Konyel yang telah bahu-membahu dan berhasil mencapai dan mendapatkan hak mereka untuk memiliki kehidupan yang lebih baik.

Baca Juga:  Kembang Api Spektakuler Malam Tahun Baru di GWK Bali Countdown 2024

“Air bersih sangat berpengaruh bagi kehidupan perempuan, anak, dan masyarakat Konyel dan saat ini telah memberikan dampak besar,” jelasnya meyakinkan.

Made Gadis kemudian berharap, kesehatan masyarakat di desa ini menjadi lebih membaik, serta perempuan, anak maupun bapak-bapak di Konyel tidak perlu lagi bersusah payah mencari air dengan berjalan kaki ataupun nyuun air seperti dulu.

Direktur LBH BWCC, Ni Nengah Budawati mengatakan, charity day “Life, Women, and Water” ini sebagai penggalangan dana untuk membantu para penyintas kekerasan dan mengampanyekan pencegahan dan penghentian kekerasan terhadap perempuan dan anak melalui seni.

Pengunjung dan para undangan terpesona dengan kreativitas para model dalam memperagakan berbagai desain batik kreatif karya desainer muda berbakat Made Gadis itu.

Baca Juga:  Film “Kumari” dan “Modulasi Delusi”, Dua Karya Mahasiswa ISI Denpasar Ramaikan JAFF Ke-18

“Peragaan busana edisi terbatas rancangan Made Gadis juga ditampilkan sekaligus menjadi media kampanye untuk menghentikan segala bentuk kekerasan terhadap perempuan dan anak,” imbuhnya.

“Tujuan kegiatan ini untuk memberikan berbagai akses bantuan dan akses keadilan bagi para penyintas kekerasan berbasis gender meliputi konsultasi, layanan hukum, menyediakan tempat aman (safe house) dan pemulihan,” imbuhnya.

Termasuk program-program pemberdayaan, seperti pelatihan ekonomi kreatif. “Kami menyambut dan mengapresiasi para undangan yang hadir. “Charity Day ini kami harapkan dapat berlangsung setiap tahun dan kegiatan hari ini merupakan Charity Day tahun kedua,” ungkapnya.

Kegiatan ini diharapkan, dapat membantu keberlanjutan program-program LBH BWCC ke depan dalam mendukung para penyintas kekerasan serta membawa perubahan signifikan bagi kesejahteraan masyarakat termasuk para perempuan secara khusus terkait isu akses air bersih.

Baca Juga:  “Weringin Art Klub Spirit of Bali” Wadah Seniman Seni Rupa di Tabanan

Kegiatan dihadiri oleh berbagai pihak undangan seperti Forum Partisipasi Publik untuk Kesejahteraan Perempuan dan Anak (Forum Puspa) Kabupaten Tabanan, Forum Anak Daerah (FAD) Kabupaten Tabanan.

Hadir pula jejaring organisasi masyarakat sipil lokal dan internasional (International Bridges for Justice/IBJ), kalangan akademisi, media, para pemangku kepentingan dari kalangan pemerintah lokal, dan kelompok masyarakat dampingan LBH BWCC.

Kegiatan juga diisi diskusi dengan topik seputar perempuan dan hak atas air. Dalam diskusi, Ni Wayan Rasmini (perwakilan kelompok perempuan pejuang air dari wilayah Lingkungan Konyel) memaparkan pengalaman memperjuangkan hak atas air dan advokasi untuk mendapatkan sarana air bersih.

Sementara Ni Nengah Budawati mengakat makalah tentang pengalaman dan wawasan terkait berbagai proses dan upaya pendampingan dalam memperjuangkan akses air bersih bagi masyarakat.

Baca Juga:  Pesona Musik Jazz Seluruh Dunia di Ubud Village Jazz Festival 2023

Paling menarik, para undangan dan masyarakat yang hadir berpartisipasi mengikuti berbagai kegiatan, seperti Magibung (makan bersama tradisional Bali sebagai simbol kebersamaan) dan workshop pembuatan Gebogan (sesajen Hindu di Bali untuk para dewa) secara kolaboratif. [B/puspa]

Related post