Tung Tung Uma: Film Pendek Karya Amrita Dharma Angkat Budaya Agraris dan Permainan Megandu
Tung Tung Uma, film pendek karya Amrita Dharma bakal tayang hari ini, Jumat 17 Januari 2025 bertempat di Gedung Cita Kelangen Lantai 3 Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar. Film sebagai karya tugas akhir itu rencananya tayang mulai pukul 13.30 Wita.
Film Tung Tung Uma ini merupakan karya tugas akhir dari Amrita Darma, mahasiswa Fakultas Seni Rupa dan Desain Program Studi (Prodi) Film dan Televisi. Film berdurasi sekitar 17 menit itu, menampilkan adegan-adegan yang diselingi dengan tarian dan nyanyian oleh para pemeran.
Dalam karya filmnya itu, pria asal Tabanan yang memiliki kebiasaan menari, menabuh dan bermain musik itu mengangkat tentang budaya agraris yang kini mulai terkikis, dan permianan tradisional Megandu yang telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda Indonesia.
Film yang didukung para pemain lokal ini tak hanya menghibur, tetapi juga mengedukasi dengan pesan-pesan yang disampaikan lewat kisah, juga adegan. “Budaya agraris yang berlandaskan agama Hindu itu melahirkan berbagai adat istiadat dan kesenian,” kata Amrita Dharma.
Megandu sebagai bentuk permainan tradisioal juga lahir dari budaya agraris. Megandu itu ada dan masih lestari di Banjar Dinas Ole, Desa Marga Dauh Puri, Kecamatan Marga, Kabpaten Tabanan, Bali.
Permainan Tradisional Megandu, semua alat dan sarana pendukungnya berasal dari sawah. Jika sawah hilang, permainan Megandu ikut lenyap. “Sayangnya, anak-anak kini jarang memainkan Megandu,” ungkap temaja yang suka mendaki ini.
Menurut Amrita Dharma, Megandu mengandung nilai-nilai budaya gotong-royong, pelestarian lingkungan dan pengetahuan tentang musim. “Saya menggarap film pendek berjurul “Tung Tung Uma” sebagai upaya pelestarian,” sebutnya.
Selain itu, Tung Tung Uma sebagai edukasi terkait budaya agraris dengan memanfaatkan dunia digital yang berkembang pesat saat ini. “Memanfaatkan dunia film terasa tepat untuk mengenalkan permainan tradisional Megandu termasuk budaya agraris kepada generasi muda,” imbuhnya.
Pembuatan Film Ring Tungtung Uma ini juga sebagai upaya pengembangan seni dan budaya dalam bidang Film di wilayah Provinsi Bali. “Intinya, film ini untuk mengimplementasikan hasil dari pembelajaran baik secara teori maupun praktek di Jurusan FTV,” paparnya.
Produksi film ini, ditujukan sebagai salah satu bentuk keikutsertaan Ujian Akhir. Sebagai didukung oleh pemain pendatang baru, Yadi sebagai Kayan dan seorang peduli lingkungan Dek Enjoy memerankan tokoh Pekak.
Film Tung Tung Uma ini diproduksi oleh Satu Frekuensi Films, Produser oleh Medy Mahasena, Co Produser Dhani Prasetyo, dan Line Producer oleh Ingga Adelia.
Didukung pula oleh Tisha Sara (Production Design), Deta N (Director of Photography), Mahijasena (Choreographer), Dhanan (Field Sound Records), Luthfi Muhamad (Editor), Gede Bayu (Sound Designer), Made Manipuspaka (Music Composer), Andika Arya Pratama (Colorist) serta Abirama dan Adi Triana (Assistant Director).
Amrita mengaku proses pembuatan Film Tung Tung Uma ini juga didukung oleh Asa Film, Imajirent, Joy Films, Maher Film Support, Niskala Studio, PT. Langsai Titian Nusantara, Magic Post House, Disvuck Studios, Amrita Studio, Anahita Film, Sanggar Buratwangi, POLA, Restu Ibu Pictures.
Mulawali Institute, Komunitas Budang Bading Badung, HMJ Televisi dan Film. Juga di sponsori oleh Bumi Bajra, Mahima Institute, Balihbalihan.com, IHKA Bali, DTW Tanah Lot, Tatkala.co, Warung Ole, Purana Suite Ubud, Ubud Hotels Association, Desa Swan Villas and Spa Keramas. Dan bekerjasama dengan SD Negeri 1 Marga Dauh Puri.[B/puspa]
Balihbalihan merupakan website yang membahas seputar informasi pariwisata dan seni budaya di Bali