Disbud Bali Selamatkan Naskah Lontar Kuno di Desa Kedisan dan Desa Suter Kintamani

 Disbud Bali Selamatkan Naskah Lontar Kuno di Desa Kedisan dan Desa Suter Kintamani

Disbud Bali selamatkan Naskah Lontar Kuno di Desa Kedisan dan Desa Suter Kintamani/Foto: ist

Jro Penyarikan Bawa, warga Desa Kedisan dan I Nyoman Parta warga Desa Suter, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli merasa senang karena menjadi pusat konservasi dan identifikasi lontar oleh Dinas Kebudayaan Provinsi Bali melalui Penyuluh Bahasa Bali, Jumat 14 Pebruari 2025.

Kegiatan konservasi serangkaian pelaksanaan Bulan Bahasa Bali VII Tahun 2025, untuk wilayah Kabupaten Bangli dipusatkan di dua tempat yakni di Desa Kedisan Kecamatan Kintamani dan Desa Suter Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli.

Kepala Bidang Sejarah dan Dokumentasi Kebudayaan, Dinas Kebudayaan Provinsi Bali, I Made Dana Tenaya menyampaikan, dalam rangka pelaksanaan Bulan Bahasa Bali VII Tahun 2025, Dinas Kebudayaan Provinsi Bali kembali melaksanakan kegiatan konservasi lontar.

Lontar yang konservasi dan identifikasi merupakan milik masyarakat di sembilan kabupaten dan kota se-Bali. “Kali ini kami melaksanakan konservasi dan identifikasi lontar di Kabupaten Bangli dipusatkan di dua desa yakni Desa Kedisan dan Desa Suter,” kata Dana Tenaya.

Baca Juga:  Rare Bali Festival 2024: Beri Kesempatan Anak-anak Berekspresi Melalui Bermain

Kegiatan konservasi lontar tersebut dilaksanakan dalam rangka penyelamatan naskah-naskah kuno yang tersimpan di masyarakat. “Dalam lontar berisi berbagai ilmu pengetahuan serta catatan penting dituliskan oleh leluhur yang perlu kita jaga untuk dapat diwariskan,” ungkapnya.

Dengan melaksanakan perawatan naskah lontar itu, diharapkan ilmu pengetahuan, catatan-catatan penting yang tersimpan di dalam lontar dapat dibaca untuk diketahui dan diwariskan kepada generasi selanjutnya.

Koordinator Penyuluh Bahasa Bali di Kabupaten Bangli, I Wayan Sudarsana, menjelaskan, kegiatan konservasi diawali dengan observasi keadaan lontar, pembersihan lontar, identifikasi dan dilanjutkan dengan digitalisasi.

Dalam pelaksanaan konservasi, tidak hanya melakukan pembersihan terhadap lontar, namun juga memberikan edukasi kepada pemilik lontar dalam hal menjaga dan memelihara lontar warisan leluhurnya.

“Tujuan konservasi yakni lontar milik masyarakat terselamatkan agar tidak rusak. Lontar agar dapat dibaca untuk diketahui isinya. Lontar itu perlu dirawat dengan baik agar tidak rusak,” tegas Sudarsana.

Baca Juga:  Dibuka Pagi Hari1 Pebruari 2023, Bulan Bahasa Bali Ke-5 Sajikan Masa Lalu dan Kekinian

Jadi dari pelaksanaan konservasi ini diharapkan dapat memberikan edukasi kepada pemilik lontar terkait bagaimana cara dan bahan apa saja yang digunakan dalam merawat lontar. Di Kabupaten Bangli di laksanakan di dua tempat yakni di Desa Kedisan dan Desa Suter Kintamani.

Disbud Bali selamatkan Naskah Lontar Kuno di Desa Kedisan dan Desa Suter Kintamani/Foto: ist

Untuk di Desa Kedisan, Konservasi menyasar lontar milik Jro Penyarikan Bawa yang juga merupakan Jro Penyarikan Desa Adat Kedisan. Adapun jumlah lontar di Desa Kedisan berhasil terkonservasi sebanyak 30 cakep lontar.

Setelah diidentifikasi, adapun lontar-lontar tersebut terdiri dari lontar Catur Laba tentang Hari Baik Bepergian, Usada (Pengobatan), Sarining Kanda Pat Sari, Carun Sasih tentang Upacara Caru yang dilaksanakan di Desa Adat Kedisan.

Ada pula, Lontar Dharma Pawintenan hingga Lontar Salinan Prasasti Desa Kedisan. “Dari puluhan cakep lontar yang terkonservasi, ada beberapa yang kondisinya rusak,” ujarnya.

Sementara untuk di Desa Suter, kegiatan konservasi menyasar lontar milik I Nyoman Parta, dengan jumlah lontar sebanyak 25 cakep. Dari 25 lontar tersebut, 20 cakep lontar dalam kondisi bagus dan utuh.

Baca Juga:  Utsawa Dharmagita Memotivasi Generasi Muda Mencintai Warisan Budaya

Sementara 5 cakep lontar dalam kondisi rusak. Adapun jenis lontar yang terindentifikasi diantaranya lontar Wariga, Pustaka Weda, Panulak Leak, Panyirep, Tamba Purus Lemah, Sarining Wariga Nasasari, Pretiti, dan Lontar Rare Angon.

Selain identifikasi dan dibuatkan katalogus, kata Sudarsana, pemilik lontar juga berharap dapat dilaksanakan alih aksara dan alih bahasa. Terkait proses alih aksara dan alih bahasa, pihaknya mengaku tidak bisa melakukan proses itu terhadap semua lontar.

“Mengingat proses alih aksara dan alih bahasa ini membutuhkan waktu cukup lama, maka dari itu kami akan melakukannya bertahap,” ujarnya.

Jro Penyarikan Bawa, selaku Pemilik Lontar sekaligus Penyarikan Desa Adat Kedisan menyampaikan, lontar yang diwarisi saat ini memang merupakan warisan leluhur yang diwariskan secara turun temurun.

Lontar yang tersimpan di rumahnya, sebagian merupakan milik desa adat Kedisan, seperti lontar pacaruan dan babad/prasasti Desa Kedisan. “Beberapa lontar memang milik desa yang disimpan di rumah, tetapi ada juga beberapa lontar milik pribadi milik leluhur,” ujarnya.

Baca Juga:  Bedah Buku Karya Made Suar Timuhun di Bulan Bahasa Bali

Dikatakan, sebagai pewaris, pihaknya telah berusaha membaca untuk mengetahui isi lontar yang diwarisi. Beberapa lontar juga sudah dilakukan alih media yakni dari media lontar ke media kertas namun masih menggunakan aksara Bali.

“Beberapa lontar memang sering kami baca karena ada beberapa lontar yang digunakan sebagai rujukan pelaksanaan Upacara di Desa Adat,” bebernya.

Mengingat begitu pentingnya keberadaan lontar sebagai dasar rujukan kehidupan adat di Desa Adat Kedisan, pihaknya berharap dengan dilaksanakan konservasi ini juga dapat dilaksanakan alih aksara dan alih bahasa.

“Jadi kegiatan ini bagus sekali. Lontar kami dibersihkan, sehingga terawat dan dapat diwariskan kepada generasi penerus supaya masih bisa dipelajari. Isinya bukan hanya usada. Ada menyangkut dengan tradisi desa adat, serta uger-uger yang akan berlaku di desa adat,” ujarnya.

Jro Penyarikan Bawa menyampaikan dengan adanya program konservasi lontar oleh Dinas Kebudayaan Provinsi Bali melalui Penyuluh Bahasa Bali yang bertugas di wilayah Kabupaten Bangli, keberadaan lontar warisan leluhur dapat dikonservasi dan dirawat dengan baik.

Baca Juga:  Bulan Bahasa Bali Ke-6 Angkat Tema “Jana Kerthi Dharma Sadhu Nuraga”

“Kegiatan konservasi yang dilaksanakan ini, sangat membantu menyelamatkan lontar-lontar yang ada di masyarakat,” ujarnya serius. [BB/darma]

Related post