Tim Kesenian Jawa Barat Pentaskan ‘Rimbun Rimba Harmoni Alam Nusantara’: Seirama dengan Tema Pesta Kesenian Bali Ke-47

 Tim Kesenian Jawa Barat Pentaskan ‘Rimbun Rimba Harmoni Alam Nusantara’: Seirama dengan Tema Pesta Kesenian Bali Ke-47

Sanggar Tari Ayodya Pala Jawa Barat Pentaskan ‘Rimbun Rimba Harmoni Alam Nusantara’/Foto: tim kreatif PKB

INI Tim Kesenian Tradisional Sunda yang tampil dalam Rekasadana (Pergelaran) Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-47. Meski berasal dari satu daerah, yakni Kelurahan Depok Jaya, Kecamatan Pancoranmas, Kota Depok, Provinsi Jawa Barat, namun tim ini tampilkan seni daer berbagai daerah.

Artinya, tim kesenian dari Sanggar Tari Ayodya Pala ini menyajikan kekayaan nusantara, khusus dalam seni tari, musik dan seni lainnya. Garapan ini, memang berupa teatrikal tari bernuansa Sunda, tetapi di dalamnya mengungkap kekayaan kesenian Nusantara dari Sabang sampai Meraoke.

“Ini teatrikal dalam tarian yang mengisahkan tentang tarian yang ada di alam, tetapi tidak hanya satu daerah, melainkan dari seluruh daerah di Nusantara,” kata Art Direktor, Ririn Tri Alfiani yang juga berperan sebagai penari Lenong, Kamis 10 Juli 2025.

Pentas di Kalangan Angsoka, Taman Budaya Provinsi Bali itu, sanggar seni yang didukung sebanyak 30 penari mulai dari usia 9 tahun hingga 17 tahun itu mementaskan teatrikal tari berjudul “Rimbun Rimba Harmoni Alam Nusantara’ yang setiap adegan sarat makna dan pesan.

Baca Juga:  Gong Angklung Kebyar Mabarung di PKB ke-47, Diserbu Pengunjung

Di dalam pementasan itu, merupakan perpaduan teater dan tari yang menampilkan tari-tarian daerah yang unik yang ada di berbagai daerah di Nusantara. Misalnya Tari Burung Enggang merupakan tarian tradisional dari suku Dayak Kenyah di Kalimantan Timur, Indonesia.

Art Direktor, Ririn Tri Alfiani/Foto: tim kreatif PKB

Tari Enggang ini menggambarkan kehidupan burung Enggang yang dianggap sakral dan megah oleh masyarakat Dayak Kenyah. Tari ini melambangkan hubungan manusia dengan alam dan sering dipentaskan dalam berbagai upacara adat, penyambutan tamu penting, dan acara adat lainnya.

Ada pula Tari Panen dari Sumatera Barat, khususnya Minangkabau yang menggambarkan kegiatan memanen padi dan ungkapan syukur atas hasil panen. Selain itu ada pula tari dari daerah Batak, Sunda, Betawi dan daerah lain di Indonesia.

Suasana pertunjukan juga begitu akrab, sebab dalam garapan itu ada tokoh dalam setiap adegan. Narasinya dipandu oleh seorang narrator yang mampu mengolah suasana menjadi lebih hidup. Meski tanpa iringan musik secara langsung, sanggar seni ini berhasil menarik penonton lebih banyak.

Baca Juga:  Wayang Wong Jelantik Delod Pasar Intaran Sanur Angkat Kisah Setubande

Tari yang dipadu dengan teatrikal ini menyampaikan pesan, kalau alam pepohanan merupakan udara yang bersih sebagai lambang harmoni yang harus dirawat dan dijaga bersama-sama. Di dalamnya diisi dengan Lenong sebagai pengantar harmonis agar suasana tidak terlalu serius.

“Tema garapan yang kami angkat, sesuai dengan tema PKB ke-47, yakni “Jagat Kerthi: Lokahita Samudaya” yang berarti “Harmoni Semesta Raya”. “Hanya saja ada kelakuan manusia yang merusak alam tersebut yang ingin mengambil isi alam,” ungkapnya.

Para penebang pohon pencuri binatang alam itu kemudian berhasil ditangkap, lalu diberikan kesadaran untuk bersama-sama menjaga alam demi kehidupan masa depan. “Kami ingin mengajak seluruh masyarakat Indonesia untuk menjaga alamnya masing-masing,” paparnya.

Alam beserta isinya itu semestinya dibiarkan hidup bebas dan terbang sesukanya, sehingga alam menjadi damai. Maka itu, garapan harmoni nusantara ini mengisahkan alam-alam yang ada di masing-masing provinsi di Indonesia, mulai dari Jawa, Kalimantan, Sumatera dan lainnya.

Baca Juga:  Drama Gong ‘Kadga Maya’ di PKB Ke-47: Menghibur dan Sarat Pesan

“Melalui pergelaran ini, kami mengajak semua orang untuk saling menjaga, dan menjadi manusia yang menghargai alam sebagai tempat pepohonan juga hewan. Pohon di alam itu sering ditebang, binatangnya diburu lalu dikoleksi bahkan dijual,” imbuhnya.

Ririn Tri Alfiani kemudian mengaku, untuk tampil di pesta seni milik masyarakat Bali ini, Sanggar Tari Ayodya Pala melakukan persiapan sekitar 10 kali latihan. Artinya, latihan itu hanya menyesesuaikan dengan tema, karena masing-masing pemain memiliki dasar tari tradisi yang kuat.

Menurutnya, sanggar ini juga tampil pada PKB sebelumnya. Hanya saja, menyajikan garapan dengan tema yang berbeda. Kali ini, mereka menghadapi beberapa kendala, yakni semua penari bukan seorang pemain drama, sehingga perlu mengajarkan mereka beracting, yang cukup sulit.

“Untuk pentas kedua ini, kami juga harus menyesuaikan dengan tempat pentas. Dulu, kami pentas di Kalangan Ayodya, kali ini di kalangan Angsoka yang tentu memiliki perbedaan yang harus kami garap juga. Kami ingin mengulang tepuk tangan meraih penonton yang dulu itu,” pungkas Ririn Tri Alfiani. [B/darma]

Related post