10 Perupa Kawasan Toba dan 5 Perupa Bali Pemerkan “Тoba Bali Art Project 2025” di Santrian Art Gallery Sanur
Kolaborasi perupa Kawasan Toba dan Bali pamerkan “Тoba Bali Art Project 2025” di Santrian Art Gallery Sanur/Foto: darma
PAMERAN seni rupa di Santrian Art Gallery Sanur, Griya Santrian Hotel kali ini terasa berbeda dari sebelumnya. Pemeran bertajuk “Тoba Bali Art Project 2025” ini diwarnai dengan seni pertunjukan, sebelum mempersilahkan masyarakat pecinta seni menikmati sajian karya itu.
Pameran ini menghadirkan 50 karya seni rupa, namun yang dipajang hanya 30 karya itu, dari 10 seniman di kawasan Toba berkolaborasi dengan 5 seniman rupa Bali. Tidak hanya karya, para perupa Toba ini hadir secara langsung pada pelaksanaan pameran ini.
Enam penari Sinanggar Tulo yang berekpresi di atas stage hingga berlanjut di depan gallery. Sajian seni tari khas ini bagai magnet yang mengajak para undangan, masyarakat pecinta seni hingga wisatawan asing untuk lebih mendekat, dan secara perlahan kemudian menuju gallery.
Saat itu juga menampilkan para model yang memperagakan desain busana khas Batak. Belasan busana itu merupakan karya desainer Torang Sitorus dan Nick Djatnika yang mendapat sambutan meriah dari pecinta seni, khususnya seni rupa.
Setelah beraksi di atas catwalk, para model itu kemudian memasuki ruang pameran dan berdiri di setiap sudut pameran. Kehadiran mereka seakan menambah koleksi karya yang sudah terpajang rapai, Kehadiran para model itu membuat bidikan kamera semakin ramai.
Seniman tinggal di Australia, Bernard Tampubolon bersama Ida Bagus Gede Sidharta Putra (owner Griya Santrian) dan Seniman I Wayan Sujana ‘Suklu’ mengunting pita bunga sebagai tanda pameran resmi dibuka, Jumat 11 Juli 2025 dan pameran berlangsung hingga 30 Agustus 2025.

Para perupa itu adalah Charis Martin Purba, Febrantonius Sinaga, Jeremy Pratama Manurung, Jesral Tambun Parulian Silaban, Adinda Cahaya Melati Purba, Angelina Ulibasa Butarbutar, Yon Riko Setiawan Pandiangan, Andy Boy Sianipar dan Aan Turnip.
Sementara perupa Bali, yaitu Ni Ketut Ayu Sri Wardani, Gusti Ketut Oka Armini, I Made Astawa (Dollar), Willy Himawan dan I Made Palguna. Kelima perupa ini Pertiwi Negeriku, juga anggota tim proyek Merajut Nusantara (Weaving The Colours of The Archipelago) melalui karya seni rupa.
“Kami merupakan kolaborasi seniman Bataka kawasan Toba dengan Bali menggelar pameran Pertiwi Negeriku bertajuk “Тoba Bali Art Project 2025” yang secara khusus menyajikan alam dan budaya Batak dalam bentuk karya seni rupa,” kata Ni Ketut Ayu Sri Wardani didampingi Gusti Ketut Oka Armini.
Pelukis Bali yang diberi marga boru Girsang ini menegaskan, karya itu lebih banyak menampilkan keindahan alam dan keunikan budaya Batak. Suasana kota yang kental dengan keberagaman budaya dan tradisi Batak, aktivitas masyarakatnya serta adat istiadat yang kaya.
Alam dan budaya Batak itu disajikan dalam bentuk karya seni rupa yang memikat di Santrian Art Gallery yang masih berada di areal Griya Santrian Hotel Sanur ini. Di tengah keramaian itu, beberapa pengunjung justru tertuju dengan lukisan berjudul “Memetik Kopi”.
Karya Adinda Cahaya Melati Purba itu memang indah yang mengangkat aktivitas perempuan memetik kopi. Karya itu menggambarkan karakter orang sudah tua, seorang ibu yang selalu bekerja memetik kopi.
“Saya seorang ibu yang selalu memetik kopi sebagai bukti daerah Toba rata-rata para perempuannya memiliki pekerjaan memetik kopi. Karya ini, saya selesaikan sekitar dua mingu. Sekarang ini sudah terjual, saya sangat senang,” ucap Adinda Cahaya Melati Purba.

Sementara karya Angelina Ulibasa Butarbutar berjudul “Partungkoan-I Love My Batak Culture” mengangkat sebuah pertokoan atau gedung tinggi yang menunjukan karya kota di daerah Toba yang diperkenalkan kepada masayuarakat luas.
“Saya awalnya sebagai pemain musik, kali ini mencoba ikut melukis, dan ikut pameran kali ini. Saya senang ikut pameran di Bali, sekaligus dapat untuk berjalan-jalan di Pulau Dewata,” sebut Angelina Ulibasa Butarbutar.
Sedangkan Charis Martin Purba, seniman Toba yang terlibat dalam pemeran itu mengaku sangat bangga bisa berpameran di Sanur. Bali sudah dikenal di dunia, tetapi Toba ini bagus namun kurang dikenal, sehingga pameran menjadi ajang memperkenalkan alam dan budaya Batak.
Ajang ini memberikan mafaat bagi dirinya dan perkembangan seni lukis di Toba. Di Bali, mereka bisa melihat seniman Bali dalam berkarya, serta meniru seniman Bali untuk rumbuh besar. “Pameran ke Bali ini memang diajak oleh teman-teman di Bali,” ucapnya bersyukur.
Melalui pameran ini, pihaknya kemudian berharap bisa meningkatkan kemampuan seniman Toba, sekaligus bertambah. Semua pengalaman di Bali ini, akan dibawa dan di pratekan di Toba, sehingga dapat meningkatkan kemampuan untuk menghasilkan karya.
“Orang tua kami, memanjakan kami dulu. Tetapi, sekarang kami berusaha menumbuhkan diri untuk menjadi seniman lukis. Kami juga akan mengajak teman-teman lain untuk menekuni karya seni melukis,” tekadnya.
Ayu Sri Wardani kemudian menjelaskan proses pameran di Bali ini. Pamera Тoba Bali Art Project ini sesungguhnya sebuah perjalanan dari tahun 2023, tepatnya awal Maret. Dirinya mengawali dengan mengajak lima seniman Bali ke kawasan Toba Sumatera.
Kehadirnnya itu, melihat lebih dekat dengan Toba, meneyentuh alam air, melihat lingkungan, serta masyarakat dan budayanya yang khas. “Awalnya, kami datang ke sana berlima, dan kemudian berangkat sendiri sudah sekitar lima kali,” ucapnya.

Seniman Bali ini datang untuk mengedukasi anak-anak tingkat SMP, SMA dan dewasa untuk mengenalkan seni lukis. Terutama, orang-orang yang tinggal di kawasan Danau Toba. Saat itu, melakukan pemeran di 7 kota, seperti di Kawasan Danau Toba.
Mulai dari Kampus IT DEL Laguboti, Toba Caldera Resort (The Kaldera), Coffee Hotel Ayola Dolok Sanggul, Damar Toba Balige, Toba Art Gallery Balige, Piltik Coffee Silangit, dan Pondok Berata Dapdap Tarabunga.
Kelima seniman itu, kemudian menjadikan pengalaman itu sebuah karya, lalu berkolaborasi dengan mereka untuk menggelar pameran. “Tujuannya, seperti visi Indonesia, yaitu merajut nusantara melalui karya seni. Salah satunya daerah Toba ini yang kita garap,” ungkapnya.
Toba dipilih, karena daerah ini sering memandang sebelah mata terhadap seni rupa. Mereka lebih banyak menggeluti seni suara musik, sehingga penghargaan terhadap seni rupa itu rendah,” imbuhnya.
Intinya, ke Toba untuk membangun infrastruktur eko sistem seni rupa. Ini memang berat, karena biasanya itu menjadi tugas negara. “Saya berpikir, dari pada saya mengkritik, lebih baik membangun bangsa dengan apa yang ada pada diri saya,” ucapnya.
Kebetulan, mereka berlima ini memliki visi yang sama, sehingga sejalan. “Sebagai seniman, apa yang bisa kita berikan kepada masyarakat. Di kawasan itu banyak memiliki generasi yang bagus, sehingga kami datang, mereka menjadi lebih semangat berkarya,” lanjutnya.
Selama di Bali, mereka tidak hanya mengurusi pameran, tetapi juga melakukan kegiatan lain sebagai upaya penyegeran wawasan, seperti diajak ke Taman Budata Art Center untuk melihat cara memajang karya, ke Instiut Seni Indonesia (ISI) Bali.
Termasuk mengunjungi studio seniman-seniman, gallery, museum dan ke tempat-tempat menjadi pusat seni rupa di Bali. “Setelah pulang, mereka bisa mendapat sesuatu untuk dikembangkan di Toba,” harapnya.

Ayu Sri Wardani mengaku, anak-anak yang berpameran ini adalah mereka yang mengikuti workshop yang jumlahnya sangat beragam, mulai dari usia 14 tahun hingga 49 tahun. Anak-anak yang ingin ikut pameran itu sangat banyak, tetapi karena ini pameram tetap melakukan seleksi.
Kirator, Wayan Seriyoga Parta mengatakan, pameran Toba – Bali Art Project merupakan rangkaian kegiatan seni rupa di Toba yang digagas oleh kelompok seniwati tergabung dalam Pertiwi.
Niatan baik ini kemudian disambut bersama para sahabat dan didukung oleh para sahabat dan berbagai pihak. Semuanya tergerak atas dasar semangat yang sama berkontribusi membangun kesenian di Toba khususnya seni rupa.
Program ini dimulai sejak bulan Maret 2023, merupakan bagian dari proyek Merajut Nusantara (Weaving The Colours of The Archipelago) melalui karya seni. Berawal dari napak tilas atas perjalanan rupa yang telah dimulai Erland Sibuea dan Ni Ketut Ayu Sri Wardani.
Mereka melakukan perjalanan, mengamati, merasakan, bersentuhan langsung dan menyerap keindahan alam dan kebudayaan Toba. Bersosialisasi, membuat workshop, edukasi ke sekolah dan masyarakat tentang Seni Rupa.
“Itu gayung bersambut, maksud baik kami disambut dengan antusias oleh berbagai pihak terutama para seniman Toba, sehingga terjalin kolaborasi yang penuh kehangatan dengan seniman-seniman di kawasan Danau Toba,” paparnya.
Mereka itu seperti fotografer Edward Tigor Siahaan, Sebastian Hutabarat, dan Charis Martin Purba. Termasuk seniman seperti Febrantonius Sinaga, Tunggul Panjaitan, Aan Turnip dan Jesral Tambunan seniman muda gorga (pande gorga), serta pelaku kreatif lainnya.
Atas inisiatif Sebastian Hutabarat (Toba Art Gallery) di Balige, turut merespon acara ini dengan membuat serangkaian program melibatkan seniman lokal, pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), bersama guru-guru seni rupa, anak-anak sekolah dan masyarakat umum.
“Ide kemudian terkembang dari lawatan menjadi pameran bertajuk Pertiwi Negeriku Pameran Toba dilaksanakan tanggal 22 September – 25 Oktober 2023, secara serentak digelar pameran seni rupa di 7 (tujuh) Lokasi di Kawasan Danau Toba,” akunya polos. [B/darma]

Balihbalihan merupakan website yang membahas seputar informasi pariwisata dan seni budaya di Bali