Minikino Film Week 11: Festival Film Pendek Internasional Berbasis di Denpasar, Jembatan Budaya

 Minikino Film Week 11: Festival Film Pendek Internasional Berbasis di Denpasar, Jembatan Budaya

Konferensi pers Minikino Film Week 11 di ARTOTEL Sanur – Bali/Foto: darma

MINIKINO Film Week 11 tahun 2025, bakal menghadirkan 254 film pendek dari 59 negara, dan tersusun dalam 34 program yang diputar di berbagai lokasi pemutaran. Selain mengangkat audiens sebagai pusat, skala festival tahun ini juga semakin meluas.

Sepanjang periode festival akan berlangsung 196 aktivasi kegiatan, termasuk pemutaran publik, diskusi, market, hingga aktivitas edukasi. Angka-angka ini menegaskan posisi Minikino Film Week 11 sebagai festival film pendek paling dinamis di kawasan, dengan jangkauan yang terus berkembang.

“Bali kembali bersiap menyambut Minikino Film Week 11, festival film pendek internasional berbasis di Denpasar, yang akan berlangsung pada 12–19 September 2025,” kata Direktur Festival, Edo Wulia saat konferensi pers di ARTOTEL Sanur – Bali, Selasa 2 September 2025.

Tahun ini, festival hadir di berbagai titik di seluruh Bali, dengan pusat kegiatan di Dharma Negara Alaya dan MASH Denpasar. Selama lebih dari satu dekade, Minikino Film Week telah menjadi ruang pertemuan bagi pembuat film, penonton, dan para pelaku industry.

Baca Juga:  Colourful Souls: Pameran Seni Kolaborasi Artotel Sanur dan Sanggar Bares Lodtunduh

Termasuk pelaku industri dari berbagai penjuru dunia. Di sinilah cerita-cerita lintas budaya dipertemukan, perspektif baru dibuka, dan jejaring kolaborasi tumbuh. “Sementara kita merayakan kisah-kisah dari seluruh dunia, tidak mungkin mengabaikan kesakitan dan keresahan yang sedang terjadi di berbagai belahan dunia,” ungkapnya.

Dalam masa-masa seperti ini, nilai pertemuan dan keterhubungan budaya jadi semakin mendesak. “Film pendek memiliki kekuatan untuk menjembatani jarak antar bahasa, budaya, juga antara mimpi dan harapan, akhirnya menjadi jembatan hubungan antar manusia,” ujarnya.

Minikino Film Week 11 menghadirkan sebuah semangat baru: menaruh audiens sebagai pusat festival. Visual utama karya ilustrator Beng Rahadian menampilkan 11 karakter penonton, masing-masing terinspirasi dari beragam pengalaman sinematik para penikmat film pendek.

“Dalam setiap festival, sebenarnya bintangnya adalah penonton. Kalau filmmaker sudah memiliki panggungnya, apa artinya panggung tanpa penonton?” tegas Beng seakan memberi pesan sederhana namun kuat.

Baca Juga:  Press Call Bali Berkisah di ARTOTEL Sanur: Tiga Pemenang Baca Puisi, Empat Penulis Muda Bagi Pengalaman

Minikino Film Week 11 menegaskan perannya bukan hanya sebagai festival pemutaran film, tetapi juga ruang bersama untuk berbagi perspektif, menjembatani budaya, dan merayakan pertemuan manusia lewat film pendek.

Direktur Program, Fransiska Prihadi menekankan, kurasi tahun ini mengajak penonton melihat dunia melalui beragam sudut pandang, baik yang intim maupun yang luas. “Di tengah dunia yang penuh perubahan, film pendek menjadi alternatif cara kita membaca zaman dan keluar dari ruang arus utama pemberitaan public,” bebernya.

Setiap film pendek di 11 adalah undangan untuk berhenti sejenak, mendengar, dan membuka diri pada pengalaman hidup yang seringkali personal bagi para pembuat film dari seluruh dunia, termasuk Indonesia. “Kami percaya keberagaman perspektif inilah yang membuat festival ini hidup,” ungkapnya.

Melanjutkan semangat ini, Minikino Film Week 11 menghadirkan beragam program untuk merangkul berbagai lapisan ekosistem film pendek: pembuat film, audiens, komunitas, dan profesional industri.

Baca Juga:  Aksi Regenerasi dan Superstar di Taman Ayun Barong Festival 2025

Salah satu sorotan utamanya adalah Short Film Market, yang tahun ini memasuki edisi ketujuh. Di sinilah percakapan lintas generasi dan komunitas terjadi, ide-ide dibagikan, dan kolaborasi baru bermula.

“Short Film Market adalah ruang di mana energi ekosistem film pendek terasa paling hidup. Di sinilah pembuat film dan profesional saling bertemu, berbagi pengalaman, dan menemukan peluang kerja sama,” ujar Putu Wulandari Dyana, Koordinator Short Film Market.

Minikino Film Week 11 juga memperkuat jejaring internasionalnya melalui Bali-Glasgow Filmmaker & Programme Exchange, sebuah kolaborasi dengan Glasgow Short Film Festival (GSFF) yang didukung oleh British Council – Connections Through Culture.

Filmmaker Skotlandia Holly Parnell serta Direktur GSFF, Matt Lloyd, akan hadir di Bali untuk mengembangkan proyek film barunya, sementara filmmaker Indonesia Haris Yuliyanto dan Direktur Program Minikino, Fransiska Prihadi, sebelumnya menjadi perwakilan ke GSFF pada Maret lalu.

Baca Juga:  Karya Kreatif Generasi Muda: 7 Kecamatan Pentaskan Kekhasan Budaya Daerah dalam Pawai Budaya Gianyar

Sebagai bagian dari pertukaran program, GSFF juga akan membawa program film pendek bertajuk “Whatever It Takes” ke Bali.

Dukungan pada talenta baru juga menjadi bagian penting Minikino Film Week 11 melalui Shorts Up 2025, sebuah program inkubasi yang pertama kali diluncurkan pada 2024 atas inisiatif Minikino dengan dukungan penuh dari Manajemen Talenta Nasional Seni dan Budaya, kini bekerja sama dengan Purin Film Fund (Thailand).

Empat kelompok pembuat film muda terpilih telah menjalani proses mentoring sejak Juni dan akan mempresentasikan proyek film mereka selama festival. Program ini menjadi pijakan penting bagi generasi baru pembuat film untuk memasuki ekosistem film yang lebih luas.

Selain merangkul pembuat film, Minikino Film Week 11 berkomitmen membuka akses lebih luas bagi audiens melalui Sinema Inklusif. Tahun ini, festival menyiapkan 5 film dengan Audio Description untuk penonton dengan hambatan visual, dan 5 film lainnya dengan Subtitles for the Deaf and Hard of Hearing (SDH).

Baca Juga:  Rasa Nusantara ‘Masakan Jawa’ di Lidah Lokal Restoran

Inisiatif ini menegaskan upaya Minikino Film Week 11 menghadirkan pengalaman menonton yang lebih setara dan inklusif bagi semua orang.

Kesadaran akan potensi film pendek sebagai media pendidikan melahirkan Minikino Film Week Education, divisi baru Minikino sejak 2024 yang berfokus menciptakan pengalaman belajar berbasis film pendek untuk anak-anak, remaja, sekolah, dan komunitas.

Tahun ini, Minikino Film Week 11 mengundang komunitas, guru, murid sekolah, dan mahasiswa dari Denpasar, Badung, Tabanan, hingga Buleleng untuk terlibat langsung dalam program edukasi.

Hampir 60 film pendek dalam lebih dari 10 program disertai Panduan Nonton dan Belajar yang dirancang untuk memfasilitasi diskusi setelah menonton, guna mendorong kemampuan berpikir kritis dan memperluas wawasan peserta.

Baca Juga:  ARMA Fest 2024 Dibuka dengan Membunyikan ‘Kepuakan’, Sajikan Seni Pertunjukan Berpadu Kuliner

Selain itu, ada pula Community Screening, sebuah kolaborasi dengan komunitas lokal di berbagai titik Bali, mulai dari ruang kreatif, sekolah, hingga pusat kebudayaan, yang bertujuan membuka akses lebih luas ke film pendek dan mengajak penonton baru untuk ikut serta.

“Film pendek memicu rasa ingin tahu, membangun empati, dan melatih daya pikir kritis. Itulah sebabnya kami bekerja sama dengan sekolah dan komunitas untuk memperluas akses dan menghadirkan pengalaman menonton yang mendalam,” ujar Tim Minikino Film Week Education, Ritaro Hari Wangsa.

Semua inisiatif ini bertujuan merawat ekosistem film pendek yang sehat dan berkelanjutan. Dengan mempertemukan penonton, pembuat film, komunitas, dan profesional industri, Ritaro Hari Wangsa 11 menciptakan ruang di mana cerita-cerita bertemu dan masa depan perfilman pendek dirancang bersama.

Minikino Film Week 11 mengundang siapa saja untuk menonton, berdiskusi, dan merayakan film pendek bersama. “Mari rayakan film pendek bersama. Mari rayakan cerita-cerita kita,” ajaknya. [B/darma]

Related post