Belajar Subak ke Museum Subak
Jika ingin berwisata ke Museum Subak, datang saja. Walau masih ada perbaikan Gedung Audio Visual dan Ruang Rapat, tetapi Daya Tarik Wisata (DTW) yang berlokasi di Banjar Sanggulan, Desa Banjaranyar, kecamatan Kediri Kabupaten Tabanan itu masih bisa menerima kunjungan wisatawan. “Kami memang ada perbaikan gedung, tetapi jika ada kunjungan wisatawan kami akan mengajak wisatawan menyaksikan atraksi museum outdoor yang menyajikan miniatur jaringan irigasi subak,” kata Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Museum Subak Ida Ayu Nyoman Ratna Pawitrani.
Museum Subak yang selalu dibuka setiap hari mulai dari jam 08:00 wita – 16:30 Wita, hari Jumat buka dari jam 08:00 – 12:30 wita itu memang sempat tutup ketika Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) itu mulai mewabah di Pulau Dewata. Ketika pemerintah membuka pariwisata untuk masyarakat lokal pada 9 Juli, Museum Subak juga sudah dibuka. “Museum Subak sempat tutup karena arahan Bupati Tabanan. Juli 2020, Museum Subak sudah menerima sertifikat tatanan kehidupan era baru bidang pariwisata karena sudah menerapkan protokol kesehatan. Artinya, sudah boleh buka, tetapi masih ada perbaikan,” paparnya.
Atrakti wisata agraris di outdor, memang menyimpan banyak cerita, mulai dari aktivitas masyarakatnya, tentang budaya dan banyak lagi lainnya melalui Miniatur irigasi subak. Jaringan irigasi ini dimulai dari miniatur danau yang dipercaya oleh masyarakat Bali sebagai sumber air untuk mengairi sawah. Bali yang memiliki 4 danau sebagai sumber pengairan subak, lalu mengalir lewat sungai. Air itu turun melalui petaku (air terjun) lalu dikumpulkan di sebuah bendungan. Air akan mengalir lagi melalui aungan (terowongan yang menembus perbukitan). Air tersebut lalu mengalir ke andungan (kolam pengendapan lumpur), sehingga air yang mengalir ke sawah menjadi bersih.
Setelah air masuk ke subak, lalu mengaliri sawah melalui temuku (alat untuk pembajian air ke masing-mnasing sawah), selanjutnya sampai di sawah. Museum Subak memiliki sawah seliuas 1,3 hektar. Museum outdoor juga dilengkapi dengan Bale Subak, Pura Bedugul, Bale Timbang, dan Rumah Tradisional Petani Bali. “Wisatawan yang berkunjung tetap diberikan pemahaman tentang Subak yang sudah menjadi aktivitas masyarakat di Bali. Hanya, wisatawan belum bisa melihat alat-alat tentang subak, karena diatasnya masih proses rehab,” tegas Ratna Pawitrani.
Di tengah pandemic Covid-19 ini, jelas Ratna Pawitrani kunjungan wisatawan ke Museum Subak berbeda dengan sebelumnya, kunjungan untuk wisatawan asing saja sebelum pandemi itu antara 10 orang hingga 15 orang per hari. Dalam setahun, mendapatkan 5.000 – 6.000 pengunjung, baik itu wisatawan domestic dan mancanegara. “Saat itu, kunjungan sehari-harinya adalah wisatawan mancanegara. Tetapi, pada musim libur seperti Mei, Juni dan Agustus itu didominasi wisatawan domestic,” paparnya. [B/*]
Balihbalihan merupakan website yang membahas seputar informasi pariwisata dan seni budaya di Bali