Paguyuban Kandapat Desa Sedang Bergerak Dibidang Seni, Budaya dan Agama

 Paguyuban Kandapat Desa Sedang Bergerak Dibidang Seni, Budaya dan Agama

Budaya Bali memang harus dijaga dan dilestarikan. Karena itu, Yayasan Paguyuban Kandapat merupakan organisai sosial secara khusus bergerak dibidang seni, budaya dan agama berdiri ditengah-tengah masyarakat. Paguyuban beralamat di Jalan Panji No 7, Banjar Sedang Kelod, Desa Sedang, Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung, Provinsi Bali ini ada untuk mengabdikan diri dibidang seni dan budaya Bali, serta agama sebagai umat hindu. “Organisasi ini, mengawali bersama teman-teman lima tahun lalu dengan visi dan misi mengajegakan seni, budaya, adat dan agama Hindu Bali,” kata Ketua Paguyuban, Putu Gede Hendrawan beberapa waktu lalu.

Dalam perjalanan waktu, Paguyuban kandapat ini kemudian dilegalkan, sehingga memiliki payung hukum dengan bentuk akte pendiri dan sudah terdaftar di Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkuham). Yayasan ini berdiri memiliki tujuan untuk mengajekan dan melestarikan budaya Bali, serta memajukan seni utamanya seni tradisi dengan nilai-nilai dimiliki dapat memberikan keyakinan dan tuntunan dalam kehidupan. “Guru wisesa (pemerintah) memberi apresiasi hal ini, sehingga yayasan ini pun mendapat pembinaan dari guru wisesa di Kabupaten Badung, Provinsi Bali hingga pusat, sehingga Disjen Bimas Hindu sempat berkunjung ke yayasan ini,” jelasnya.

Paguyuban

Paguyuban ini lebih sering ngayah di pura-pura, sebagai bentuk mengajegkan seni dan budaya itu dalam bentuk nyata. Dalam sisi seni, paguyuban sudah melakukan Festival Sedang Barong Festival mulai 2018 dan 2019, karena pandemi maka kegiatan yang rencana digelar setiap tahun akhirnya tak dilaksankan lagi. “Kami mengundang seniman generasi yang baru belajar mapang barong memberikan ajang dan makendang tunggal. Karena ada penilian, maka peserta yang terbaik diberikan penghargaan. Ini sesuai misi, jika di desanya ada pelawatan barong maka mereka bisa ngayah memakai pakem barong, sehingga ada taksu,” sebutnya.

Baca Juga:  Bubuh Men Tasik, Disukai Masyarakat Lokal, Warga Cina dan Turis

Kegiatan rutin yang dilakukan, berupa ngaturang ayah pada sesuwunan untuk mempertebal keyajinan sebagai orang Hindu. Karena itu, di yayasan ini berkumpul melakukan sembahyang setiap kliwon, purama, tilem dan rari suci lainnya. “Sekali lagi, terbentuknya Yayasaan Kandapat ini sebagai salah satu cara memotifasi semangat ahar tetap mempertebal keyakinan sebagai umat Hindu Bali,” ungkap pelaku pariwisata itu.

Paguyuban

Meski sudah berdiri sekitar lima tahun lalu, namun kegiatan seni budaya khusus dalam wadah Pasraman Non Formal dibuka, Minggu 27 Pebruari 2022 lalu. Kegiatan pasraman non formal ini ini dibuka oleh Kepala Kementrian Agama Kabupaten Badung yang diwakili Plt Kasi Pena Hindu, Ida Bagus Putu Anom Arisedana. Pasraman non formal akan terus digenjot, karena penting untuk menciptakan sumber daya manusia yang unggul. Di era modernisasi ini, pembelajaran seni budaya melalui pasraman luar biasa karena bisa memfiltetisasi pengaruh di jaman global ini.

Pada saat pembukaan kegiatan tersebut semua anggota melakukan seni budaya. Pupuh-pupuh berkumandang diiringi geguntangan bunyinya manis mengetuk hati. Olah vocal tradisi yang keluar dari para penembang itu, memberikan fibrasi positif disetiap sudut ruang damai itu. sementara di bale Bali, ibu-ibu duduk manis memperagakan ajaran Weda melali kegiatan mejejahitan. Para orang tua membelah bambu kecil menyulapnya menjadi tangkai sate unik. Sebagian lagi mempersiapkan sebuah bangunnan sederhana tempat ritual. Sementara di bale dangin, para pemuda khusuk mengolah pernafasan menetralkan pikiran dan upaya menjaga kesehatan diri.

Jro Bendesa Desa Adat Sedang Jaya Putra mengatakan, adanya paguyuban ini sebagai jalan melestarikan adat, agama budaya. Paguyuban ini sebagai tempat sharing, bertukar pikiran. Jika ada tamu yang datang, maka disinilih tempat sharing untuk melestarikan adat, agama, dan budaya. Kalau sudah melakulam kegiatan ini, dapat memberikan pendidikan mental dan spiritual. “Ini adalah proses yang berhubungan dengan perjalanan sekala dan niskala, Maka, jangan pernah memperlihatkan kemampuan spiritual kita pada orang lain. Kami berharap kegiatan ini juga berimbas pada generasi muda untuk mencinti budayanya sendiri,” harapnya.

Baca Juga:  Pameran Seni Rupa di Teba Kangin Pemanis Menikmati Seni Sambil Mengenal Alat-alat Pertanian Tempo Dulu

Perbekel Desa Sedang Budiyoga mengaku senang dengan kegiatan ini. Pembelajaran seni dan budaya penting untuk melestarikan seni dan budaya. Ini kewajiban bagi kita semua. Pasraman ini banyak memberikan edukasi. “Kami mendukung keberadaan yayasan ini sebagi edukasi masyarakat untuk melestarikan seni dan budaya. Mudah-mudahan ini berkelanjutan, seperti Barong Festival. Kami dari pemerintah desa akan selalu mensuport kegiatan untuk pelestarian seni dan budaya Bali, sehingga dapat memperkokoh generasi muda kedepan,” ungkapnya. [B/*]

Balih

Balihbalihan merupakan website yang membahas seputar informasi pariwisata dan seni budaya di Bali

Related post