Alih Aksara dan Alih Bahasa “Lontar Babad Pasek Badeg” Disempurnakan di Unud

 Alih Aksara dan Alih Bahasa “Lontar Babad Pasek Badeg” Disempurnakan di Unud

Kini, kemajuan jaman dimanfaatkan untuk menggali dan melestarikan naskah-naskah lontar yang menjadi kekayaan masyarakat Bali. Naskah-naskah lontar yang rusak dimakan rayap, karena lama tidak pernah dibaca atau dibuka dirawat dan disalin kembali. Dengan demikian, alih aksara dan alih bahasa lontar penting dilakukan, sehingga bisa dibaca dan dipahami isinya. Bali, memiliki ribuan lontar, karena masing-masing warga, dadia, dan geriya umumnya memiliki naskah lontar.

Pasemetonan Pasek Badeg, Desa Sebudi, Karangasem juga memiliki lontar. Lontar Babad Pasek Badeg itu kini telah dialih-akasarakan dan dialih-bahasakan, bekerjasama dengan Unit Lontar Universitas Udayana. Untuk penyempurnaan hasilnya dilakukan acara Diseminasi Alih Aksara dan Alih Bahasa Lontar Babad Badeg, di Ruang Soekarno, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Udayana (Unud), Jumat 30 September 2022.

Kegiatan yang dikemas dalam diskusi terpumpun, Focus Group Discussion (FGD) menghadirkan Sekretaris Unit Lontar Unud, Putu Eka Guna Yasa, S.S., M.Hum memaparkan isi lontar tersebut. Namun, diawali dengan pemaparan tahapan eksekusi alih aksara dan alih bahasa oleh Tim Unit Lontar Unud, Ida Bagus Anom Wisnu Pujana, S.S dan dimoderatori I Made Agus Atseriawan, H.S., S.S.

Ida Bagus Anom Wisnu Pujana mengatakan, terdapat tiga naskah lontar dan satu lempengan tembaga yang dimiiliki Pasemetonan Pasek Badeg yang diupayakan agar isinya dipahami masyarakat. Dua naskah dalam kondisi rusak, satu naskah lontar dalam kondisi baik. Kemudian naskah dalam dua lembar lempengan tembaga, yang setelah dibaca isinya sudah termuat di naskah lainnya. Satu naskah dalam kondisi baik yang diberi kode B, inilah yang diputuskan untuk dialihaksarakan dan dialihbahasakan.

Naskah lontar itu tertulis menggunakan aksara Bali dan campuran bahasa Kawi Bali, dengan ejaan Purwa Dresta. Tanpa judul dan belum diketahui siapa pembuat dan tahun pembuatannya. Babad Badeg kode B itu berisi 15 lembar naskah lontar. Alih aksara dilakukan agar memudahkan pembacaan, kemudian lebih mudah memahami isinya.

Baca Juga:  Masyarakat Bali Rayakan Tumpek Kandang untuk Memuliakan Binatang

Sementara itu Eka Guna Yasa mengatakan, lontar Babad Badeg ini berisi dua hal. Pertama, cerita penaklukan Kerajaan Bali yang dipimpin Raja Bedanawa oleh Kerajaan Majapahit yang dipimpin Raja Hayam Wuruk. Ketika Kerajaan Bali dapat ditaklukkan, pemerintahannya kosong. Untuk mengisi kekosongan itu Majapahit mengutus Dalem Cili atau Dalem Ketut Kresna Kepakisan menjadi pemimpin.

Kedua, naskah lontar itu berisi silsilah keluarga Pasek. Disebutkan ada Pasek Gelgel, Pasek Denpasar, Pasek Tangkas, Pasek Nongan dan Pasek Badeg. Di situ, Pasek Badeg juga disebut sebagai prasanak Puseh.

Dalam FGD tersebut, guru besar Fakultas Ilmu Budaya Unud, Prof. Made Suastika dan Prof. Nyoman Suarka memberikan sejumlah masukan, seperti pentingnya rekonstruksi aksara dari keempat naskah lontar Babad Badeg tersebut, sehingga isinya dapat dipahami lebih komprehensif.

Bendesa Desa Adat Badeg Tengah Jro Nyoman Sidia menjelaskan, alih aksara dan alih bahasa ini merupakan langkah awal menelusuri jejak leluhur mengenal silsilah keturunan pasemetonan. ”Kami hanya ingin kejelasaan apa sebenarnya isi dari naskah yang diwarisi para leluhur kami, “ kata Jro Nyoman Sidia yang juga Kelian Pasemetonan Dadia Taman.

Pihaknya menyebutkan ada tiga naskah lontar dan dua lempeng tembaga murni milik Pasemetonan Dadia Taman, Banjar Badeg Tengah, Desa Sebudi, Selat, Karangasem yang selama ini tersimpan rapi di Merajan Dadia tanpa dibaca secara utuh. “Kami ingin mengenal secara utuh apa saja isi dari naskah tersebut. Karena keterbatasan kami, maka semeton Dadia memutuskan bekerjasama dengan lembaga resmi yakni Unit Kajian Lontar Unud, “ ucapnya seraya mengucapkan terimakasih kepada Tim ahli dan semua pihak yang terlibat dalam proses alih aksara dan bahasa ini. [B/*]

Related post