Pemerintah, Orang Tua, Guru dan Masyarakat yang Berperan Meningkatkan Penggunaan Basa Bali
Widyatula (Seminar) Basa, Aksara dan Sastra Bali serangkaian dengan Bulan Bahasa Bali (BBB) VI di Gedung Ksirarnawa, Taman Budaya Bali, Senin 5 Pebruari 2024 berlangsung akrab dan kreatif. Suasana itu, membuat kegiatan seminar menjadi lebih hidup.
Widyatula yang mengangkat topik Basa, Aksara dan Sastra di dalam kurikulum pendidikan di Bali itu menghadirkan dua narasumber masing-masing Dr. I Wayan Suardinaya, seorang Dosen Unud dan Dr. Ni Wayan Sariani, SPd, seorang Guru SMPN 1 Kuta Selatan.
Setelah kedua narasumber memaparkan makalahnya, salah satu guru SMK Negeri 1 Klungkung, Wayan Widiarsa mengusulkan, naskah-naskah aksara Bali sangat kurang, sehingga perlu diperbanyak khususnya naskah pembelajan bahasa Bali untuk siswa SD.
“Kami mengamati, siswa-siswa SD khususnya kurang mendapatkan pembelajaran Bahasa Bali dari guru yang memang memiliki dasar mengajar bahasa Bali. Selama ini, bahasa Bali kebanyakan diajar oleh guru kelas,” ungkap Widiarsa.
Hal ini berbeda dengan di daerah lain, sebut saja di Kabupaten Badung semua pelajaran Bahasa bali diajar oleh gutu yang sesuai bidangnya. “Ini perlu menjadi perhatian khusus, maka perlu ada guru yang memang memiliki latar pendidikan Bahasa Bali,” ujarnya.
Sementara, salah satu guru SMPN 1 Denpasar mengusulkan pembelajaran mesatwa Bali sebagai tambahan pelajaran bahasa Bali di sekolah. Hal ini akan dapat memperbanyak mateti pembelajaran bahasa Bali itu sendiri.
Aksara Bali ini penting diberikan untuk generasi, sebab aksara Bali itu yang dapat menyelamatkan budaya Bali. Pria ini kemudian meminta narasumber untuk menjelaskan kronologi dari tulisan bahasa menjadi basa, khususnya dalam bahasa Bali.
Sedangkan Wayan Nuriana, guru SMA 1 Denpasar mengaku senang mengikuti acara ini, sehingga lebih sering dilaksankan dan bukan hanya pada Bulan Bahasa Bali saja. Untuk membumikan bahasa Bali itu, mesti memperbanyak media bacaan.
“Saya sering berkunjung ke tok buku, sangat jarang menemukan media bacaan bahasa Bali. Apalagi buku bacaan bahasa Bali untuk anak-anak, sehingga hampir tak ada buku literasi anak anak. Ini yang perlu mendapat perhatian,” usulnya.
Sebelumnya, Narasumber Sariani menyampaikan beberapa hal dalam implementasi basa Bali di dalam kurikulum sekolah. Pengembangan teknologi saat ini terus meningkat, maka penggunaan gadget digeser dikit, masukan satua atau cerita, dan pantun.
Hal itu diberikan, karena ia ingin mengajak guru-guru basa Bali tidak hanya berdiam diri. Sariani lalu menerangkan, ada empat pihak yang berperan dalam meningkatkan penggunaan basa Bali, yaitu peran pemerintah, peran orang tua, guru dan masyarakat.
Dihadapan 500 peserta widyatula itu, Sariani menyebutkan implementasi bahasa, aksara dan sastra dalam pelajaran SD, SMP dan SMA mampu meningkatkan Budi pekerti, jati diri hingga membentuk generasi unggul.
Untuk membumikan basa, aksara dan sastra Bali, khususnya di lingkungan sekolah, maka peran guru bahasa Bali sangat penting. “Guru bahasa Bali mesti membiasakan penggunaan basa Bali sehari-hari bagi anak-anak didiknya, terlebih dalam pembelajaran basa Bali di sekolah,” terangnya
Kepala Dinas Kebudayaan (Disbud) Provinsi Bali, I Gede Arya Sugiartha saat membuka Widyatula Basa, Aksara dan Sastra Bali dalam Kurikulum Pendidikan di Bali yang dirangkaikan peluncuran buku berjudul “Enten” karya para guru Bahasa Bali itu mangajak guru-guru untuk membumikan basa Bali di sekolah.
Guru bahasa Bali diharapkan bisa memberikan penggunaan basa Bali sehari-hari bagi anak-anak didiknya terlebih dalam pembelajaran basa Bali di sekolah. Intinya memporsikan Basa Bali sejajar dengan Bahasa lain seperti Bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris.
“Dalam ajang Bulan Bahasa ini, bagaimana makna Jana kerthi mampu dibumikan dan diimplementasikan di lingkungan sekolah, mulai dari Paud, SD, SMP hingga SMK,” ucap Mantan Rektor Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar itu.
Dalam perkembangan di masa kini, dunia pendidikan memerlukan banyak kajian terutama berbagai disiplin ilmu. Karena banyak karya sastra ditulis dalam lontar menggunakan Basa Bali maupun Basa Jawa Kuno yang banyak menyimpan pengetahuan penting.
“Ketika setiap hari mengajarkan bahasa Bali, kita harus membangun manusia Bali unggul, pertama jati diri, jadi unggul bisa dilalui dengan berbagai jalan. Lewat guru, untuk bisa mengetahui apa isi lontar itu, sehingga banyak pengetahuan bisa menjadi penyelamatan bagi kehidupan kita,” pungkasnya. [B/puspa]
Balihbalihan merupakan website yang membahas seputar informasi pariwisata dan seni budaya di Bali