Sejarah dan Perkembangan Daya Tarik Wisata Pantai Seminyak
Bagi penggemar wisata pantai, pasti tahu dan mungkin sudah pernah ke Pantai Seminyak. Pantai ini berada di sebelah utara Pantai Kuta dan Pantai Legian, tepatnya berada di kawasan Desa Seminyak, Kecamatan Kuta, Kabupaten Badung, Bali. Suasana pantai bersih dan indah.
Lokasinya, sekitar 10 Km barat daya Kota Denpasar atau dapat ditempuh dengan sekitar 30 menit perjalanan dari Bandara Ngurah Rai. Fasilitasnya juga sangat lengkap, terdapat banyak restorant, hotel, maupun villa, sehingga menjadi pilihan bagi wisatawan.
Pantai Seminyak memiliki pasir putih yang sangat lembut dan landai. Pantai ini terkenal dengan keelokannya, pemandangan sunset, tempat berselancar, beach club, tempat kuliner, dan menjadi tempat berjemur serta jalan-jalan santai menikmati suasana pantai yang nyaman.
Masyarakat local, Wisatawan Domestik (Wisdom) ataupun Wisatawan Mancanegara (Wisman) menyukai pantai ini, karena bersih dan ramah. Pada saat libur hari raya, sekolah dan libur lainya, pantai ini akan banyak dikunjungi masyarakat local untuk relaksasi dari rutinitas.
Ketua Pengelola Pantai Seminyak I Komang Rudita Hartawan mengatakan, dulu Pantai Seminyak berantakan tak sebagus Pantai Kuta dan Pantai Legian. Pantai ini terkesan kumuh, bahkan sebagai tempat pembuangan sampah dari lingkungan sekitar.
“Saya yang senang merantai kembali ke kampung, kemudian ditunjuk oleh Jero Bendesa Adat Seminyak untuk mengelola Pantai Seminyak mulai tahun 2003,” kata Komang Rudita saat melakukan pengawasan di Pantai Seminyak, Jumat 17 Mei 2024.
Ia bersama teman-temannya kemudian membersihkan pantai ini dengan bergotong royong. Saat itu, pantai ini dipenuhi semak belukar, gubuk tua yang tak berpenghuni. Semuanya kemudian dibersihkan, semua dirapikan, lalu dilanjutkan dengan kegiatan penghijauan.
“Ketika mendapat mandat dari pemuka desa, kami kemudian membentuk pengelola, namun mulai membersihkan sampah-sampah yang ada di kawasan pantai. Kami langsung membentuk tim kebersihan. Baru kemudian membentuk tim pengelola pantai,” paparnya.
Setelah itu, membuat asosiasi pedagang pantai, sehingga para pedagang yang berjualan di Pantai Seminyak terdaftar semuanya. Mulai saat itu, Pantai Seminyak menjadi lebih rapi, sehingga menjadi tujaun wisata. Masyarakat local, memanfaatkannya untuk jalan-jalan bersama keluarga.
Kemudian diikuti dengan wisatawan yang menikmati suasana pantai dan sunset. Pantai Seminyak kemudian menjadi pusat belajar surfing, karena pantainya tak terlalu ramai, seperti di kawasan Pantai Kuta dan Legian. Wisatawan banyak memilih pantai ini untuk bersantai.
“Kami kemudian mendapat dukungan dari pihak ketiga khususnya dalam urusan kebersihan pantai. Kami diberikan traktor untuk membersihkan pantai, sehingga menambah kembali tim kebersihan. Pantai Seminyak kembali berkembang,” kenang Komang Rudita.
Selanjutnya, mulai 2004 membentuk tim keamanan untuk menjaga keamanan para wisatawan yang ingin menikmati Pantai Seminyak. Apalagi, pihak hotel setempat mendukung dengan memberikan bantuan faslitas umum shower, public toilet dan lainnya.
Selain itu, hotel-hotel di sekitar Seminyak juga memberikan Corporate Social Responsibility (CSR) untuk membangun faslitas pantai, sehingga Pantai Seminyak menjadi daya tarik yang nyaman dan amana. Wisatawan kembali berdatangan, dan terus mengalir ke Pantai Seminyak.
Daya tarik Pantai Seminyak kemudian mampu mendorong jumlah kunjungan ke hotel-hotel dan restoran-restoran, khususnya yang terletak di pinggir pantai. Mereka, merasa senang. Bahkan, sampai sekarang pengelola hotel dan restoran masih berpartisipasi untuk kebersihan pantai.
Saat ini, pedagang yang ada di Pantai Seminyak sekitar 75 persen merupakan warga Seminyak, dan sekitar 25 persen merupakan warga luar Seminyak. Berkurangnya warga luar itu, karena ada yang sudah pensiun, meninggal lalu diganti oleh warga Seminyak.
Ada tradisi yang sudah dijalani para pedagang di Pantai Seminyak. Sebelum membuka dagangannya, mereka wajib menyapu di areal pantai. Sementara petugas kebersihan pantai hanya mengambil sampah-sampah yang ditaruh di tong sampah tersebut.
“Tong sampah yang merupakan bantuan dari pengelola hotel di kawasan Seminyak sudah ada di sepanjang pantai. Para pemilik usaha itu hanya membersihkan pantai, lalu menaruh di tong sampah yang telah ada, kemudian diambil petugas kebersihan pantai,” papar Komang Rudita.
Pantai Seminyak dibuka mulai pukul 06.00 Wita karena pada jam-jam itu, wisatawan yang berlatih surfing sudah eamai. Para pedagang berjualan sampai malam, sampai jam 24.00 Wita. Sementara jasa lonjer sudah tutup mulai pukul 18.00 Wita.
Kemudian dilanjutkan dengan pedagang warung pantai, sehingga mereka bisa bergiliran dalam melayani para tamu pantai. “Saat ini, kunjungan tamu cukup membludak. Bahkan, melebihi dari kunjungan pada saat pariwisata normal, sebelum pandemic,” akunya polos.
Hanya saja, lanjut Komang Rudita, dari segi jumlah prosentase wisatawan domestik dan asing tidak bisa dicatat, karema pintu masuk ke Pantai Seminyak itu banyak, sehingga tak bisa menghitung secara detail.
Pantai Seminyak mulai berkembang pesat
Menurut Komang Rudita, perkembangan kawasan wisata Seminyak secara trastis dimulai tahun 1988 dan 1989. Berkembangnya pariwisata Kuta, kemudian Legian, lalu berlanjut ke kawasan Seminyak. Gotel dan tempat makan mulai dibangun, karena sudah adanya wisatawan di sini.
“Saya mulai berhenti ke sawah itu sekitar tahun 1989. Sebelumnya, saya sering mengikuti orang tua ke sawah. Mencangkul, menyabit dan aktivitas petani lainnya di sawah. Mulai saat itu Seminyak berubah drastis karena didesak dengan kemajuan pariwisata,” tuturnya.
Bisa dibilang, lanjut Komang Rudita perkembangan pariwisata Seminyak terlalu cepat, sehingga masyarakatnya seakan belum siap. “Namun, sekarang kami warga Seminyak sudah sangat siap. Kami warga Seminyak tidak mau menjadi penonton di rumah sendiri,” ucapnya serius.
Kemajuan pariwisata Seminyak terus berkembang, investor juga terlalu banyak. Syukurnya warga Seminyak sudah terlibat langsung, seperti memiliki art shop kecil, villa, usaha makanan dan minuman, sehingga masyarakat tidak menjadi penonton di rumah sendiri.
Dulu, jumlah pedagang di Pantai Seminyak sebanyak 450 buah. Lalu, dengan perjalanan waktu sekarang ada sebanyak 179 pedagang pantai. Jenisnya sangat beragam, antara lain sewa lonjer, sewa boot, souvenir, soft drink dan masas.
Jadi, mereka semua diberikan pelatihan oleh pihak hotel. Hal itu, karena pelanggan pada pedagang itu kebanyakan dari tamu-tamu hotel yang tinggal di Seminyak. Pengelola hotel di Seminyak sangat peduli, sehingga Sumber Daya Manusia (SDM) para pedagang itu ditingkatkan.
Masyarakat dilatih untuk mencari souvenir yang disukai wisatawan, cara memijat yang bagus untuk pengelola masas, melayani tamu di lonjer. Hotel yang tak memiliki kawasan pantai, juga diberikan kesempatan untuk memiliki lonjer, sehingga tamu mereka juga dapat berjemur di pantai.
“The Haven Seminyak yang berada di jalan depan, tetapi mereka memiliki lonjer dan payung di pantai ini, sehingga seolah-olah mereka juga hotel di pinggir pantai. Kami berudah melibatkan semua emelen yang ada di sini untuk menjaga kawasan Pantai Seminyak,” jelasnya. [B/darma]
Balihbalihan merupakan website yang membahas seputar informasi pariwisata dan seni budaya di Bali