Rare Bali Festival 2024 Ajak Anak-anak Bermain Permainan Tradisional dan Mendongeng
Bagi yang rindu dengan masa anak-anak datanglah ke Rare Bali Festival (RBF) yang berlangsung di Taman Budaya, Art Centre Provinsi Bali. Selama dua hari, festival yang digelar Yayasan Penggak Men Mersi itu mengajak para pengunjung mengenal dan ikut merasakan permainan tradisional yang mulai jarang dilakukan.
Anak-anak di jaman ini, seakan tak mengenal permainan yang memiliki nilai-nilai untuk tumbuh kembang anak. termasuk pula mendengarkan satwa (cerita/dongeng). Termasuk pula megending rare (menyanyi lagu anak-anak) yang sarat dengan pesan dan mampu menciptakan karakter bagi anak-anak.
Berbeda dengan dulu, mesatwa (tradisi bercerita) itu biasa dilakukan kepada anak-anak sebelum tidur, sehingga mereka dapat belajar budipekerti dalam cerita dengan nilai-nilai positif itu. Maka itu Rare Bali Festival hadir untuk memperkenalkan kembali budaya anak-anak yang terkikis olerh krmajuan jaman.
Rare Bali festival, mengakomodir berbagai kegiatan anak dalam rangka menggali, mendokumentasikan, menginovasi, dan menyebarluaskan nilai-nilai budaya warisan tradisi Bali yang adi luhung untuk generasi. Berbagai aktivitas budaya anak yang ditampilkan dalam festival ini meliputi permainan tradisional, seni, dan literasi.
”Permainan tradisional dan dongeng adalah tradisi budaya yang banyak mengandung nilai-nilai luhur. Akan tetapi, saat ini permainan tradisional dan dongeng sering dianggap sebagai warisan masa lampau (jaman old) yang tidak penting bagi generasi baru (jaman now),” ungkap Ketua Yayasan Penggak Men Mersi, Kadek Wahyudita sehari sebelum EBF dimulai, Senin 22 Juli 2024.
Hadirnya Gadget yang menyajikan berbagai permainan berbasis digital membuat permainan tradisional dan dongeng menjadi kehilangan ruang dan peminatnya. Padahal, permainan tradisional dan dongeng memiliki manfaat yang sangat besar terhadap pendidikan karakter dan mental anak usia dini.
Seperti bersikap sportif, jujur, disiplin, kreatif, tanggung jawab, sopan santun, saling menghargai, dan saling menolong. “Permainan tradisional memiliki peran yang penting untuk olah pikir (kecerdasan otak), olah rasa (keserdasan emosional), olah budi (kecerdasan spiritual), dan olah raga (kesehatan fisik),” jelas Dek Wahyu.
Selain kehilangan peminat, jumlah para guru atau maestro yang mengetahui jenis-jenis permainan tradisional dan dongeng sudah sangat terbatas. Made Taro yang akrab di sapa sebagai Pekak (kakek) Taro yang merupakan maestro permainan tradisional dan dongeng di Bali yang inten menularkan hal itu, kini berada pada usia yang mulai usur.
Karena itu, Penggak Men Mersi sebagai sebuah wadah yang konsen terhadap budaya anak merasa penting melakukan pendokumentasian secara cepat dan dengan cara-cara kreatif untuk mendenyutkan kembali permainan tradisional dan mendongeng agar mudah, asik, dan kembali diminati oleh generasi.
“Mendokumentasikan dan mengaktivasi permainan tradisional adalah upaya untuk merawat salah satu jati diri bangsa dan sebagai cara mewariskan nilai-nilai serta merawat adab generasi untuk dapat menghargai dan mencintai kebudayaannya,” sebut pria yang juga selaku Kordinator Tim Kreatif PKB tiap tahunnya.
Dek Wahyu menegasdkan, Rare Bali Festival digelar dalam rangka aktualisasi program Dana Indonesiana, LPDP, Kemendikbud RI tentang Dokumentasi Karya Maestro Made Taro sebagai sosok pelestari budaya anak. Selain itu, juga dimaksudkan untuk merayakan Hari Anak Nasional (HAN) yang jatuh pada tanggal 23 Juli 2024, melalu cara kreatif.
Ketua Panitia Rare Bali Festival 2024, Putu Suryadi mengatakan, kegiatan Rare Bali Festival kegiatan mendokumentasi karya maestro Made Taro dan Festival yang diterjemahkan menjadi pembuatan 3 video tutorial maplalianan (bermain) yang diciptakan oleh Made Taro.
Ketiga video tutorial ini terdiri dari keranjang duren (permainan untuk anak perempuan), Kulkuk (permainan untuk anak laki-laki), dan pompongan (permainan untuk anak disabilitas). “Video tutorial ini akan disebarluaskan untuk generasi,” ujarnya.
Rare Bali Festival 2024 mengusung tema “Merawat Tradisi, Cipta Inovasi, Untuk Generasi” dengan mengangkat berbagai budaya anak jaman dulu. “Spirit tema ini sesungguhnya telah lebih dari 50 tahun dilakukan oleh Made Taro untuk generasi,” ujarnya.
Pengabdian panjang Made Taro inilah yang membuat Yayasan Penggak Men Mersi mengangkat Made Taro menjadi sub tema Rare Bali Festival 2024. RBF 2024 memiliki ragam kegiatan seperti parade budaya anak, workshop, lomba, pergelaran, pameran, dan saresehan.
Rangkaian RBF kali ini berkaitan dengan karya-karya Made Taro diantaranya: Lomba Meplalian karya Made Taro tingkat TK Kota Denpasar. Lomba Aransemen Musik/Gending Rare karya Made Taro, dan Lomba Membuat Gambar Ilustrasi Permainan karya Made Taro.
“Pada acara pembukaan juga akan ditampilkan screening film documenter Made Taro, dan 3 video tutorial permainan tradisional karya Made Taro untuk anak laki-laki, perempuan, dan anak disabilitas,” jelasnya
Selama 2 hari penyelenggaraannya, RBF Tahun 2024 akan melibatkan sedikitnya 1.000 lebih anak-anak dari TK hingga SMP yang ada di wilayah Kota Denpasar yang dikordinasikan secara langsung oleh Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga Kota Denpasar.
RBF Tahun 2024 didukung berbagai komunitas dan sanggar seperti: Sanggar Kukuruyuk, Sanggar Hung Bali, Grup Musik Etnik EMONI Bali, Komunitas Bali Mendongeng, Komunitas Sama Kaki, Sanggar Sura Diva, Haridwipa Gamelan Group, Ental Puppet Theater, Sanggar Seni Kebo Iwa, Sanggar Gora Yowana Budaya.
Komunitas Budang Bading Badung, Sanggar Seni Saba Sari, KOKAR Bali, Prodi Fotografi ISI Denpasar, Perhimpunan Fotografer Bali (FPB), Sanggar Buratwangi dan Sanggar Wintang Rare asal Tabanan, serta banyak lagi komunitas-komunitas lainnya. [B/darma]
Balihbalihan merupakan website yang membahas seputar informasi pariwisata dan seni budaya di Bali