Uncle Button dan Chagy: Dua Badut Profesional Dunia Hibur Siswa Alam Atelier School Canggu

 Uncle Button dan Chagy: Dua Badut Profesional Dunia Hibur Siswa Alam Atelier School Canggu

Badut mengajak anak-anak ikut terlibat dalam permainan/Foto: doc.balihbalihan

Suara anak-anak itu riang menyambutnya. Sejak sore, mereka duduk rapi di aula sekolah yang nyaman tak henti-henti bertepuk tangan. Mereka menyambut kedatangan seseorang dengan wajah berias bedak tebal serta dengan polesan berbagai warna mencolok. Orang itu datang dengan menaiki sepeda mini sambil melambai-lambaikan tangannya.

Orang dengan busana berwarna-warni itu berputar-putar di belakang yang hadir. Lalu mengangkat sepedanya ke areal tempat pertunjukan dan melanjutkan permainannya di atas stage. Anak-anak yang berstatus siswa itu lagi-lagi bersorak senang. Orang itu pun, kemudian merespon dengan memperagakan berbagai ekspresi wajah lucu.

Itulah kegembiraan acara A Clown & Magic Show for a Cause di Alam Atelier School, Canggu, Minggu 10 Agustus 2024. Acara magical moment ini menghadirkan pemain Badut ternama dunia, yaitu Uncle Button asal Malaysia dan Chagy asal Amerika Serikat. Kedua Badut kreatif ini hampir satu setengah jam menghibur anak-anak yang hadir itu.

Badut memikat anak-anak dengan naik sepeda mini /Foto: doc.balihbalihan

Menarik dari pertunjukan itu, Uncle Button dan Chagy tak hanya menghibur dengan berbagai kreativitas gerak mirip pantomime, namun juga melalui warna-warni property yang dibawanya. Mereka menyelipkan pesan-pesan poistif, seperti tak membuang sampah sembarangan, membersihkan tangan pada tempatnya, bersikap disiplin, ramah dan menghargai orang.

Baca Juga:  Kelompok Makanti Puisi Gelar Lomba Menulis dan Membaca Puisi. Guru Menulis Puisi untuk Mengasah Pikiran

Namun, dari gerak dan benda peraga itu, kedua Badut itu menyampaikan pentingnya budiperkti dan sikap toleransi di dalam kehidupan. Semua itu, dibungkus menarik dengan pertunjukan Badut dipadu sulap yang menginspirasi. Saat atraksi itu, sungguh membuat anak-anak terhibur. Termasuk, sekitar 40 anak-anak Panti Asuhan Sidhi Astu yang juga bergembira senang.

Aksi dan ekpresi Badut yang memikat itu, membuat anak-anak lebih percaya diri. Maka, beberapa anak ada yang maju menghampiri Badut itu. Demikian pula, ketika Badut itu mengajukan pertanyaan atau mengundang penonton untuk diajak ikut bermain, anak-anak yang hadir langsung ke depan. Bahkan, orang tua pun ikut berkolaborasi.

Badut yang konon sudah ada sejak zaman Yunani Kuno dan Romawi Kuno itu memang selalu menarik untuk disaksikan. Itu karena para pelaku seni Badut ini mampu menyampaikan pesan-pesan moral, utamanya pengharapan dan kasih menjadi pesan yang sangat penting disampaikan kepada anak-anak sejak usia dini.

Dengan begitu, anak-anak dapat memiliki fondasi yang kuat baik secara individu maupun dalam keluarga. “Kami mengundang Uncle Button dan Chagy untuk menyampaikan pesan kepada anak-anak yang hadir mengenai pengaharapan, kasih, dan menanamkan budi pekerti,” kata salah satu owner Alam Atelier School, Supiani Winata, disela-sela pertunjukan Badut itu.

Baca Juga:  ‘Chroma of Emotions’: Berkarya Seni Menuju Kesehatan Mental

Supiani Winata mengatakan, kedua badut ini merupakan badut profesional yang sudah melanglang buana di puluhan negara dan disetiap pentas selalu menyampaikan kebaikan dan pesan-pesan khusus. “Saya melihat generasi sekarang maupun keluarga sangat membutuhkan kasih sebagai fondasi untuk saling dekat dan memahami,” ucapnya.

Badut melakukan atraksi termasuk sulap untuk memikat hati anak-anak/Foto: doc.balihbalihan

Begitu pula dari sisi pengharapan, wanita yang juga memiliki sekolah yang sama di Jakarta itu melihat banyak anak-anak yang gampang putus asa, sehingga penting diberikan pertunjukan seni untuk menyampaikan pesan. “Saya pikir, kedua pesan ini, yaitu pengharapan dan kasih ini cukup kuat untuk disampaikan,” tegasnya.

Pada pertunjukan Badut kali ini, Supiani Winata mengaku sengaja mendatangkan anak-anak dari Yayasan Sidhi Astu karena terkait dengan kegiatan amal. Acara ini disiapkan tiket dan setiap tiket yang terjual disumbangkan ke yayasan tersebut. Selain siswa di sekolah ini, anak-anak yang hadir juga datang dari sekolah lain.

Supiani Winata mengatakan, pelajaran budiperkti dan kasih memang menjadi hal penting yang diberikan kepada siswa di Alam Atelier School. Sekolah yang berdiri sejak 2016 di Canggu itu, merupakan sekolah yang berlandaskan pada alam. Siswa mulai umur 6 bulan hingga 6 tahun sangat menyukai belajar di alam yang bebas, bersih dan beraneka kehidupan.

Baca Juga:  Pebruari Asyik! The Nusa Dua Gelar Dua Event di Bulan Penuh Cinta

“Dalam memberikan pendidikan, sekolah ini melakukan pendekatan Reggio Emelia, yakni pendekatan untuk anak-anak sebelum SD yang sangat popular dan digunakan di berbagai negara. Itu pendekatan yang menarik disini. Karena, anak-anak adalah arsitek dari pembelajaran mereka dan cara terbaik untuk belajar adalah dari ketertarikan mereka,” jelasnya.

Perlu disadari, ketertarikan anak-anak itu sering kali menjadi awal mula mereka mempunyai project, seperti mengenai lingkungan, sains, dan lainnya. Pendekatan ini juga ditekankan terkait Lingkungan yang didalamanya termasuk budaya, utamanya budaya Bali menjadi salah satu elemen penting yang dipelajari di sekolah ini.

Salah satu caranya, dengan menempatkan benda-benda natural dari berbagai unsur Bali maupun Indonesia. Dengan begitu, anak-anak belajar dan mencari tahu tentang barang tersebut. “Kami tidak hanya sekedar menempatkan sesuatu, tapi ada tujuan seperti melatih motorik anak-anak untuk menjadi lebih kreatif,” terangnya.

Namun yang lebih penting, dari sisi pengajar. Melalui pendekatan Reggio Emillia ini, guru-guru di Alam Atelier School itu sebagai fasilitator dan menjembatani ketertarikan dari anak-anak, sehingga mereka nantinya akan menjadi seorang pemikir atau critical thinkers. [B/darma]

Balih

Balihbalihan merupakan website yang membahas seputar informasi pariwisata dan seni budaya di Bali

Related post