Keren….! Menulis Aksara Bali di Facebook dan Instagram

 Keren….! Menulis Aksara Bali di Facebook dan Instagram

Generasi muda menulis aksara Bali dengan senang.

Generasi muda kini tak merasa beban menulis Aksara Bali. Mereka, tampak ceria dan senyum-senyum senang saat melakukan salah satu kegiatan melestarikan aksara, bahasa dan sastra Bali itu. Ketika dihadapkan pada aksara Bali, mereka langsung menulis tanpa bertele-tele lagi. Mereka duduk, seperti di bangku sekolah. Di depanmnya telah tersedia laptop lengkap dengan Keyboard Aksara Bali. Ketika waktu dimulai, mereka kemudian asyik menulis, dan serius mengikuti workshop yang menarik itu.

Itulah acara Kriyaloka (Workshop) “Ngripta Font” atau Ngetik Aksara Bali dengan Keyboard Aksara Bali” serangkaian Bulan Bahasa Bali ke-5 di Kalangan Ayodya, Taman Budaya Bali, Senin 13 Pebruari 2023. Pesertanya merupkan anak-anak muda setingkat SMA/SMK. Tampil sebagai narasumber Cokorda Rai Adi Pramartha, Ph.D dan Wayan Yogik Aditya Urdhahana,SS.,M.Pd.H serta I Wayan Artha Diputra,S.Pd.B. sebagai moderator.

Cokorda Rai Adi Pramartha mengaku sangat bangga, melihat generasi muda yang sangat antusias mengikuti workshop mengetik aksara Bali ini. Aksara Bali yang umumnya dipikirkan hanya untuk orang tua, orang yang dianggap generasi tidak modern ternyata beda. Anak-anak muda juga senang menulis aksara Bali, walau itu dengan cara mengetik. “Setelah memperhatikan peserta workshop tadi, para peserta tampak tidak ada kesulitan di dalam menulis,” ungkapnya.

Hal tersbut, mungkin karena para peserta kebanyakan memiliki pemahaman menulis aksara Bali, sehingga kini mereka hanya mengalihkan medianya saja. Sebelumnya menulis di atas daun lontar ataupun di atas kertas, sekarang mengetik di atas sistem digital. Jadi pemahamannya tidak berubah, tetapi cara atau medianya yang berbeda. “Karena itu, sebelumnya banyak yang bilang menulis Aksara Bali itu susah, tetapi kini menjadi mudah,” sebut pembuat Keyboard Aksara Bali ini.

Baca Juga:  Arja Klasik Duta Kota Denpasar Didukung Seniman Muda

Menulis dengan keyboard ini lebih mudah. Aksara itu dibuat pada satu titik. Aksara t, gantungan t itu ada di tombol yang sama. Kuncinya, mereka harus mengenal aksara (a na ca ra ka dan lainnya) secara baik, karena semuanya ada disana. Gantungan dan lainya ada pada satu tombol yang sama, tinggal sekarang kombinasi yang disesuaikan dengan warna yang ada di di sana. “Anak-anak muda sangat nyaman menulis aksara Bali dengan keyboard karena tulisan itu nantinya bisa diedit,” ucap Dosen Informatika Fakultas Mipa Unud ini.

Kalau ada yang salah menulis, lanjut Cokorda Rai Adi Pramartha akan bisa diperbaiki. Bahkan, bisa diperbaiki oleh temannya. Melalui teknologi ini, pembelajaran menulis aksara lebih baik dari pada menulis diatas kertas. Menulis aksara dengan tangan hasilnya juga tak terlalu bagus, dan susah mengkoreksinya. “Sekarang, dengan menulis aksara Bali secara digital, maka itu bisa dituliskan di atas Facebook Wall, Facebook dan Instagram. Itu memang tujuan mereka sekarang,” ujarnya meyakinkan.

Menulis Aksara Bali
Para peserta workshop ngetik aksara Bali sangat serius belajar menulis aksara Bali.

Kalau dulu menulis di atas kertas, begitu kertas habis anak-anak lalu menulis di tembok. Nah, sekarang mereka menulis di tembok Facebook, Instagram atau Facebook wall. Disitu menjadi kebanggaannya. Apalagi setelah menulis teman-temannya menanyakan, apa tulisan itu, apa artinya, bagaimana menulisnya. Maka penulis aksara Bali menjadi orang yang special. Terutama, ditanyakan oleh mereka yang bukan dari kalangan Bali, sehingga menjadi kebanggaan buat penulis aksara. “Itu yang saya dapatkan dari kalangan anak muda setelah biasa mengetik aksara Bali,” paparnya.

Cokorda Rai Adi Pramartha menambahkan, setiap kali memperkenalkan Keyboard Aksara Bali, komentar anak-anak muda bilang keren. Itu yang seungguhnya dituju. Kalau sudah merasa keren, maka mereka mau melakukannya. Syukurnya pemerintah mendukung melakukan perubahan kurikulum. “Perangkat sudah ada, anak-anak mau berubah, tetapi kurikulum tak berubah, ini yang tak ada gunanya. Sekarang ada kurikulum Aksara Bali dalam format digital. Ini artinya pemerintah tidak main-main. Gubernur tak hanya mengeuarkan SK terkait dengan penggunaan Aksara Bali, tetapi diikuti dengan kurikulum yang juga berubah,” sebutnya.

Baca Juga:  Bubuh Men Tasik, Disukai Masyarakat Lokal, Warga Cina dan Turis

Di Bali, dalam melestarikan aksara, bahasa dan sastra Bali semua gayung bersambut. Tak hanya satu Dinas saja yang melakukan, tetapi dinas-dinas yang lain mau merubah kurikulum dengan senang hati, sehingga lebih banyak anak-anak menulis Aksara Bali di internet. Dengan begitu otomatis Aksara bisa dicari. “Sejauh ini aksara Bali tak bisa dicari secara digital. Semakin banyak menuliskan di sana, maka aksara Bali semakin bisa dilacak di dunia digital. Memang, saat ini penggunaan Aksara Bali dalam ranah digital masih dianggap rendah. Mudah-mudahan dengan didistribusikan perangkat ini aksara Bali bisa naik dan lebik dikenal,” harapnya.

Menurut Cokorda Rai Adi Pramartha, di Indonesia ada tiga aksara yang sudah diakui oleh negara sebagai standar nasional Indonesia, yakni Aksara Bali, Aksara Jawa dan Aksara Sunda. Tetapi, hanya Aksara Bali yang progresnya paling cepat, punya keyboard aksara Bali, dan punya peraturan daerah khususnya tentang aksara Bali. Kalau daerah lain, menyebut aksara daerahnya dengan aksara daerah, tetapi beda dengan aksara Bali disebut Aksara Bali. “Saya bersyukur perangkat yang masih belum sempurna ini, semua orang bisa menerima. Kekurangan pasti ada, tetapi sudah ada yang mau menggunakan,” ucapnya penuh syukur.

Adanya keyboard Aksara Bali mendorong Penyuluh Bahasa Bali untuk mengembangkan font yang berbeda. Tampilan hurupnya yang berbeda. Selama setahun ini, Penyuluh Bahasa Bali sudah menyelesaikan 9 font aksara Bali, sehingga ada banyak pilihan. “Dulu font dibuat oleh orang luar Bali, seperti dari Amerika, Bandung, dan hanya satu dibikin dari warga local dari Karangasem. Nah, sekarang malah lebih banyak pilihan,” tutupnya. [B/*]

Related post