Parade Wayang Kulit, Ida Bagus Putu Tilem Singarsa Sajikan “Alengka Brastha”

 Parade Wayang Kulit, Ida Bagus Putu Tilem Singarsa Sajikan “Alengka Brastha”

Ida Bagus Putu Tilem Singarsa Duta Kabupaten Badung pada Parade Wayang Kulit PKB XLV./Foto: dok.balihbalihan

Teknik permainan wayangnya sangat khas. Pakem “darma pewayangan’ masih terasa kental, bahkan itu yang membuat penyajiannya selalu menarik. Kisah dibeber dengan bahasa kawi, bahasa Bali halus juga Bali lumrah. Pesan disampaikan dengan lugas.

Walau demikian, kesan lucu tetap dibangun untuk menurunkan suasana tegang, serta menciptakan suasana akrab. Ketika matembang, dan menyuarakan setiap tokoh dalam seni dua dimensi itu, maka bisa ditebak kalau ia adalah dalang yang sudah memiliki pengalaman pentas.

Itulah penampilan dalang muda dalang, Ida Bagus Putu Tilem Singarsa pada Utsawa (Parade) Wayang Kulit Ramayana serangkaian Pesta Kesenian Bali (PKB) XLV di Kalangan Ayodya, Art Center (Taman Budaya Bali), Sabtu 1 Juli 2023. Malam itu, pementasannya didukung oleh Sanggar Seni Dewa Ruci, Banjar Lambing, Desa Sibang Kaja, Kecamatan Abiansemal sebagai duta Kabupaten Badung.

Lakon yang diangkat “Alengka Brastha” yang menyisipkan pesan cinta seni budaya kepada generasi muda Bali sebelum kebudayaan kita diklaim oleh pihak lain.

Baca Juga:  Puncak Piodalan di Pura Luhur Tanah Lot 16 Agustus 2023

Kisah ini dimulai dari perjalanan Sang Rama bersama Laksmana mencari Dewi Shita yang diculik oleh Rahwana. Rama bersekutu dengan pasukan wanara di bawah pimpinan raja kera Sugriwa.

Para wanara ditugaskan menyusup dan menyebar ke seluruh penjuru guna menemukan kerajan Alengka. Hanoman, wanara putih yang sakti dan perkasa ditugaskan berangkat menuju arah selatan dari gunung Suwela dengan pasukan kera yang pemberani.

Seekor burung besar yaitu kakak Sang Jatayu yang bernama Sang Sampati memberi petunjuk menuju arah Alengka. Hanoman berangkat sendiri menyeberangi Samudra menuju Alengka, sedangkan pasukannya agar menunggu di Gunung Windya.

Tanpa disadari, ia mendengar suara tangis wanita yang berada di sebuah taman. Sang Rahwana sedang merayu Dewi Shita. Ketika Rahwana pergi, kesempatan untuk bertemu sang Dewi. Setelah Dewi Shita tahu, utusan Sang Rama datang memberikan semangat hidup yang baru kepada Sang Dewi.

Ida Bagus Putu Tilem Singarsa Duta Kabupaten Badung pada Parade Wayang Kulit PKB XLV./Foto: dok.balihbalihan

Hanoman menghancurkan Taman Alengka Pura. Para raksasa dikalahkan termasuk Sang Aksa anak Sang Rahwana dan Sang Meganada anak Rahwana yang lain, segera datang dengan senjata nagapasa berperang menghadapi Hanoman. Hanoman terkena panah dan jatuh.

Hanoman disiksa dan diseret oleh para raksasa dibawa ke hadapan Rahwana. Ekor Hanoman disulut api, semakin lma semakin berkobar. Hanoman bangkit dan melompat dengan api yang menyala membakar bangunan. Kerajaan Alengka bagaikan gunung yang terbakar.

Baca Juga:  Mr. Gabriel dan Bli Ciaaattt… Garap Dramatari “Panjisemirang” Siap Pentas di PKB XLV

Kisah itu, disajikan oleh Dalang Ida Bagus Tilem dengan menarikan wayang berbahan kulit sapi itu. Semua itu diawali dari persiapan tabuh pengiring wayang yang mulai ditata sejak awal tahun 2023. Hal itu dilakukan karena para penabuh yang akan mengiringi ngewayang kebanyakan pemula, sehingga perlu disiapkan secara matang.

“Saya melibatkan penabuh pemula, tetapi mereka sudah mempunyai basic bermain gender. Tentu saja, bermain gender untuk mengiringi wayang berbeda dengan bermain gender instrument biasa,” ujarnya.

Meski persiapan terbilang singkat, namun penampilan seni pewayangan yang ditunjukkan betul-betul maksimal. Maklum saja, IB Tilem Singarsa sudah belajar mendalang sejak usia belia. Pada tahun 2015, ia juga pernah memainkan Wayang Ramayana pada PKB tahun ini. “Saya melakukan persiapan tidak sampai satu bulan, untuk fokus ke ceritanya ini,” terangnya.

Terkait pengembangan seni wayang, kata IB Tilem, secara umum dalang punya hak untuk mengembangkan cerita, jadi tetap bahannya Kekawin Ramayana. Sebagai seorang dalang, harus bisa mengemasnya agar lebih menarik, namun tidak mengurangi makna dan inti cerita.

Dalang pun bisa mengimprovisasi pertunjukan dengan menyisipkan pesan-pesan moral. “Dalam pertunjukan ini, ada pesan juga yang diselipkan untuk generasi muda Bali, yakni jangan sampai meninggalkan tradisi seni budaya Bali. Jangan tergiur budaya luar sampai meninggalkan budaya kita sendiri,” pungkasnya. [B/puspa]

Balih

Balihbalihan merupakan website yang membahas seputar informasi pariwisata dan seni budaya di Bali

Related post