Yayasan Rumah Berdaya Saraswati Luncurkan Film ‘Teba Modern’ untuk Menggugah Kesadaran Lingkungan

 Yayasan Rumah Berdaya Saraswati Luncurkan Film ‘Teba Modern’ untuk Menggugah Kesadaran Lingkungan

Siswa sedang menyaksikan pameran seni cukil/Foto: doc.balihbalihan

Sore itu, puluhan siswa Sekolah Dasar (SD) Negeri 2 Guwang, Gianyar telah menempati tempat duduk yang memang disediakan untuk mereka. Penampilannya tampak rapi, mengenakan baju olaraga seragam dan ditemani oleh guru kelas mereka.

Beberapa diantara mereka, tampak terpesona dengan seni cukil yang terpasang rapi di dinding ruangan itu. Mereka terkadang menebak ide dan maksud dari karya seni yang dipajang itu. Karya seni cukil itu memang belum dibuka secara resmi, namun mereka tampak menikmati lebih awal.

Itulah suasana pemutaran film dokumenter berjudul ‘Teba Modern’ secara perdana untuk public di Kulidan Kitchen and Space, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar, Bali pada 24 Januari 2025. Acara ini juga dihadiri oleh para pegiat lingkungan, seniman, aparat Desa Guwang dan lainnya.

“Film dokumenter ini dibuat untuk menyampaikan pesan bahwa solusi atas perubahan iklim dan pengelolaan sampah organik dapat dimulai dari langkah kecil di sekitar kita,” kata Ketua Yayasan Rumah Berdaya Saraswati (YRBS), I Made Agung Eka Nugraha disela-sela acara.

Baca Juga:  SDN 17 Kesiman Peringati Hari Buku Sedunia dengan Buku Kreatif Anak Berdaya

Meski sebagai alat kampanye, tetapi film ‘Teba Modern’ ini ditampilkan secara holistik, baik dari para pengguna Teba Modern, aparatur desa, pemuka agama Hindu sebagai tokoh masyarakat, LSM lingkungan, dan pemerintah (Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Gianyar).

Adanya pandangan-pandangan dari berbagai pihak yang mendukung penerapan Teba Modern, diharapkan mampu menginspirasi komunitas lain untuk mengadopsi solusi serupa untuk menciptakan lingkungan yang lebih sehat dan lestari.

Eka Nugraha mengatakan, film dokumenter ini sebagai medium kampanye dan edukasi ini diproduksi oleh YRBS. Produksi film dokumenter didukung oleh Samdhana Institute dan Voices for Just Climate Action (VCA) atau Aksi Perubahan Iklim Berkeadilan Indonesia.

Talkshow dalam acara peluncuran dan pemutaran film dokumenter ‘Teba Modern’/Foto: doc.balihbalihan

Karya film dokumenter ‘Teba Modern’ menjadi bagian dari kampanye global, menyebarluaskan praktik-praktik baik (best practices) dari solusi lokal inspiratif untuk meningkatkan kesadaran dan mendorong partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah berkelanjutan.

Baca Juga:  ‘Natya Sani’ Menganugrahkan ‘Abisatya Sani Nugraha’ Kepada 50 Pengabdi Seni dan Budaya di Desa Peliatan

Film yang berdurasi sekitar 30 menit itu mengangkat kisah tentang keberhasilan dari upaya dan aksi penanggulangan sampah organik yang telah dilakukan oleh warga di Kabupaten Gianyar, Bali. Penanggulangan sampaj ini telah dilakukan sejak dulu hingga saat ini.

“Film dokumenter ini dibuat untuk menyampaikan pesan, bahwa solusi atas perubahan iklim dan pengelolaan sampah organik dapat dimulai dari langkah kecil di sekitar kita. Kami ingin menginspirasi masyarakat untuk berperan aktif dalam menjaga kelestarian bumi,” ujarnya.

Selain sebagai inovasi metode pengelolaan sampah organik secara mandiri, Teba Modern juga mengusung nilai-nilai kearifan lokal Bali. “Teba berasal dari bahasa Bali yang memiliki arti halaman atau pekarangan belakang yang berada di tiap rumah,” jelasnya.

Di masa lalu, lanjut Eka Nugraha, material organik atau limbah dapur dibuang ke teba yang biasanya ditanami pohon kebutuhan sehari-hari, seperti pisang, kelapa, bunga, dan tanaman lainnya. Tanaman ini tumbuh subur, dan jarang yang kena penyakit.

Baca Juga:  Prof. Bandem : Janger Muncul di Bali Utara, Kemudian Berkembang ke Bali Tengah dan Selatan

“Sistem Teba Modern melalui sumur komposter dapat mudah diaplikasikan karena sistemnya yang sederhana dan warga juga secara langsung mempraktikkan pemilahan sampah yang dimulai dari rumah tangga,” paparnya.

Pendiri (founder) YRBS, Komang Adiartha mengungkapkan, selain di tingkat rumah tangga, sistem Teba Modern pada perkembangannya kini telah digunakan di ruang-ruang lainnya, seperti sekolah-sekolah, perkantoran, dan sebagainya.

Hal ini sangat positif, karena pengelolaan sampah organik berbasis sumber ini akan membantu pengurangan volume sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Selain mengurangi penumpukan sampah, petugas di TPA menjadi lebih ringan.

Seperti yang diketahui, perubahan iklim disebabkan oleh konsentrasi Gas Rumah Kaca (GRK) yang sebagian besar berasal dari aktivitas manusia salah satunya dikarenakan pencemaran lingkungan dan pengelolaan sampah yang buruk.

Baca Juga:  Peringati Hari Kartini, Griya Perempuan Art Event Jilid 2 Tampilkan 77 ‘Daya Perempuan’

“Acara ini menyuarakan harapan di tengah tantangan global terkait dampak perubahan iklim, dan mengajak publik menjadi bagian dari perubahan melalui langkah nyata menyelamatkan lingkungan,” papar Komang Adiartha.

Sebelum peluncuran dan pemutaran film dokumenter ‘Teba Modern’ itu, diawali dengan kegiatan talkshow yang diikuti oleh pengunjung. Kegiatan ini sebagai upaya memberikan pandangan ataupun informasi terhadap ‘Teba Modern’.

Talkshow ini menghadirkan narasumber Wayan Balik Mustiana (pengguna Teba Modern dan pegiat lingkungan), Catur Yudha Hariani (PPLH Bali), dan Medy Mahasena (sutradara film documenter ‘Teba Modern’) dan dimoderatori oleh Ni Ketut Sudiani (jurnalis independen).

Catur Yudha Hariani menyatakan, timbulan sampah yang tinggi dan tidak terkelola dengan baik di TPA akan menghasilkan gas metana yang berbahaya. “Gas metana merupakan salah satu GRK yang dapat mempercepat pemanasan global,” terangnya.

Baca Juga:  Ni Nyoman Tjandri Perkenalkan Arja Klasik Di Kalangan Milenial

Medy Mahasena menyampaikan harapannya, dalam penayangan film ‘Teba Modern’ ini. Hal itu disampaikan lewat visual yang relevan, cerita yang dekat dengan realitas, dan solusi yang bisa langsung dilakukan.

Karena itu, karya film ini dikemas ringan, namuan sangat menarik, sehingga bisa ditangkap pesan yang disampaikan. “Kami juga tujukan film ini untuk anak muda agar dapat lebih peduli dengan alam dan lingkungan lewat hal-hal sederhana,” ungkapnya.

Setelah talkshow dan waktu sudah mulai gelap, para peserta kemudian diajak menyaksikan film dengan edukasi itu. Acara kemudian dilanjutkan dengan menikmati pameran seni cukil dengan tajuk ‘Teba Modern, Aksi Lokal’.

Karya-karya seni cukil yang ditampilkan ini berasal dari mahasiswa dan mahasiswi Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar sebagai peserta pameran. Karya seni itu merupakan hasil interpretasi tentang Teba Modern dan refleksi pentingnya menjaga kelestarian alam. [B/darma]

Balih

Balihbalihan merupakan website yang membahas seputar informasi pariwisata dan seni budaya di Bali

Related post