Made Kaek dan Arwin Hidayat Gelar Pameran Seni Rupa ‘Tabrak’ di Museum Arma Ubud

 Made Kaek dan Arwin Hidayat Gelar Pameran Seni Rupa ‘Tabrak’ di Museum Arma Ubud

Made Kaek dan Arwin Hidayat gelar pameran ‘Tabrak’ di Museum Arma Ubud/Foto: ist

Made Kaek dan Arwin Hidayat, seniman asal Bali dan Yogyakarta akan ‘duel’ kekaryaan dalam pameran seni rupa di pengujung tahun 2024. Pameran bertajuk ‘Tabrak’ itu bakal berlangsung di Museum Arma Ubud, mulai Jumat, 20 Desember 2024.

Pameran yang dikuratori Alexander Goetz ini akan dibuka oleh Founder Museum Arma Anak Agung Gede Rai, budayawan Jean Couteau, dan sastrawan Warih Wisatsana pukul 18.00 Wita dan akan berlangsung hingga 14 Januari 2025.

Sejumlah karya senman asal Bali dan Yogyakarta yang disajikan dalam pameran ini menyelami batas-batas visual yang intuitif, serupa perjalanan imersif di antara realitas alternatif, makhluk-makhluk hibrid, dan lanskap psikologis.

Meski perjalanan kreatif mereka sangat personal dan introspektif, keduanya terhubung melalui beberapa elemen, yaitu abstraksi, transformasi, dan paduan dimensi.

Baca Juga:  Arma Library Talk; Perbincangkan Perjalanan Rudolf Bonet dan Wujudkan Laboratorium Kreatif Anak Muda

Pendiri Sawidji & Co. Dian Dewi Reich dalam tulisan di katalog pameran menyebut karya-karya Made Kaek dan Arwin Hidayat mengajak masuk ke alam mereka masing-masing, di mana unsur organik dan surreal menjadi hidup melalui citra yang bermuatan.

“Sebuah perjalanan introspektif ke dalam alam bawah sadar, menawarkan kesempatan untuk mengeksplorasi aspek-aspek tersembunyi dalam kesadaran,” kata Dewi.

Made Kaek dan Arwin Hidayat gelar pameran ‘Tabrak’ di Museum Arma Ubud/Foto: ist

‘Tabrak’, yang berarti crash, segera menarik kita ke kedalaman kesadaran hidup. Entah dipandang sebagai alam bawah sadar, kesadaran yang lebih tinggi, atau kesadaran yang tergeser, inilah di mana tempat energi kreatif yang mentah muncul.

Judul pameran ini mungkin menimbulkan asosiasi dengan kehancuran, kontras, atau sesuatu yang tak diinginkan dan berbahaya. Namun, hal ini dapat dipandang sebagai sesuatu transformatif. Ketika memikirkan dua badan air yang saling bertabrakan, mereka menyatu, menjadi satu.

Baca Juga:  Festival Seni Bali Jani Ajang Berkembangnya Teater di Bali Ida Bagus Anom Ranuara : Teater Penting Dalam Dunia Pendidikan

Demikian pula, tabrakan energi kreatif Made Kaek dan Arwin Hidayat tidak menandakan sesuatu yang kehancuran, melainkan penyatuan kreativitas intuitif yang dihadirkan kepada kita dalam ruang yang sama, memadukan energi liar yang sama.

“Kedua seniman menghilangkan kehausan dari sungai yang sama, tanpa permisi, tanpa batasan dan eksplisit dalam cara mereka masing masing,” tegas Dewi.

Dewi mejelaskan visi dan esensi mereka adalah kesadaran murni dalam metafora visual. Makhluk-makhluk kriptik yang enigmatik oleh Made Kaek sering disebut mistis dan bagian dari dunia lain. Lahir dari proses yang intuitif sekaligus disiplin, ciri khas makhluk-makhluk Made Kaek membawa pesona yang buas.

Karya-karya Arwin Hidayat berbagi bentuk mentah dan intuitif yang terlihat dalam karya Made Kaek, Tetapi, di mana makhluk-makhluk Made Kaek berdiri sebagai individu, figur-figur Arwin Hidayat bermorfosis dan membaur satu sama lain.

Baca Juga:  GM Sven Remo Pertahankan SenS Hotel sebagai 10% Hotel Peringkat Teratas di Seluruh Dunia

Kombinasi elemen primitif dan kontemporer, kosakata visual Arwin Hidayat membentang, mengambil dari kumpulan referensi sosial dan budaya yang lebih luas. Pola ilustratif dari estetika visualnya konsisten dalam estetika visualnya, seperti yang terlihat dalam kategori folk art.

Made Kaek dan Arwin Hidayat gelar pameran ‘Tabrak’ di Museum Arma Ubud/Foto: ist

Bersih dan ilustratif, garis hitam tebal membentuk mata, gigi, dan pola. Roda, simbol- simbol falik dan feminin yang berulang, tersebar di setiap komposisinya. Bentuk yang disederhanakan yang beresonansi dalam karya Arwin Hidayat berkesan ‘outsider art’ yang juga hadir dalam karya Made Kaek. Meskipun kedua seniman tidak masuk ke dalam kategori ini secara implisit.

Namun, dunia Arwin Hidayat tidak dibentuk oleh pembatasan. Tidak seperti makhluk- makhluk Made Kaek, bentuk-bentuk Awin Hidayat tidak didasarkan pada identitas sentral. Mereka adalah hibridisasi eratik dari berbagai elemen.

Membaur dan menyatu, menciptakan dunia yang ngawur, di mana tidak ada yang terpisah. Bahkan inversi warna, di mana figur-figur terbalik ke dalam dan ke luar, anggota tubuh menyatu, menunjukkan bahwa tidak ada yang berdiri terpisah.

Baca Juga:  Kriyaloka Tembang Macapat PKB XLIII Ungkap Syarat Utama Sebagai Penari Dramatari Arja

Komposisi Arwin Hidayat, semuanya bermorfosis dalam dunia yang berjukstaposisi. Kesan manusia terlihat seperti binatang dapat ditemukan dalam karyanya. Menggemakan kebinatangan dari makhluk-makhluk Made Kaek. Portofolio Arwin Hidayat yang luas, dari lukisan dan keramik hingga tekstil batik dan mural, menerjemahkan bahasa visual ini ke berbagai media.

Sementara itu, Made Kaek memelihara makhluk-makhluknya menjadi makhluk yang sepenuhnya terealisasi dengan kepribadian yang semakin dewasa. Sedangkan Hidayat menangkap energi nonidentitas itu sendiri. Menunjukkan ambiguitas mutlak dalam dunia fragmen yang disatukan kembali melalui formula hukum anti-alam.

Pameran ‘Tabrak’ mewujudkan hasil perpaduan antara lanskap psikologis intuitif Kaek dan Hidayat. Dalam tabrakan kreatif mereka, dualitas makna terungkap.

Dengan menyelam ke dalam alam mereka masing-masing, kita menyaksikan bagaimana dunia mereka memancarkan energi yang sama dari kreativitas tak tersaring sambil berbagi dua realitas yang berlawanan.

Baca Juga:  Festival 'Merayakan Marya' dengan Pergelaran Seni dan Pameran Arsip di Puri Kaleran Tabanan

“Yang satu membentuk identitas individu yang jelas, karakter yang merefleksikan konstruksi kemanusiaan kita, sementara yang satunya menghancurkan semuanya,” jelas Dewi.

Dewi menegaskan ‘Tabrak’ dalam konteks ini bukanlah peristiwa kekerasan, melainkan penggabungan dua pemikiran kreatif yang membawa kita ke dalam psikologis manusia yang berbeda.

Pada akhirnya, peleburan kekuatan kreatif yang berbeda ini mengundang renungan yang lebih dalam tentang sifat identitas, kesadaran, dan wilayah yang tidak terpetakan dari psikis manusia. [B/*/darma]

Balih

Balihbalihan merupakan website yang membahas seputar informasi pariwisata dan seni budaya di Bali

Related post